"Lepaskan tangan kamu! Dia sudah pergi." titah Tristan setelah mereka masuk kedalam toko.
"Tunggu sebentar, Pak. Biarkan dia pergi dulu." jawab Alana dengan mata masih melirik melihat keluar memperhatikan Ica yang tengah menaiki motor.
"Kau pura-pura memanasi atau memang nyaman dengan rangkulan tanganmu ini?" Alana langsung menoleh memicingkan mata.
"Dih.. Nyaman merangkul lengan Bapak? Enak saja, kalau bukan Bapak yang duluan merangkul pinggang saya, saya juga tidak mungkin merangkul lengan Bapak." Alana melepaskan tangannya yang melingkar di lengan kiri Tristan.
"Saya hanya membantu dirimu saja agar wanita itu tidak menuduh mu jalan bareng dengan om-om. Seenak saja saya yang tampan paripurna ini dibilang Om pria botak, perut buncit, nggak terima saya."
Alana tersenyum usil. "Cie yang perhatian sama saya, yang mau bantuin saya, yang membela saya, hati-hati loh, Pak. Berawal dari simpati nanti jatuh hati." Alana menaik nurunkan alisnya iseng menggoda Tristan
Tristan bergidik ngeri namun jantungnya berdegup kencang. "Ih... Dasar gak waras." Dia pun langsung keluar lagi dari dalam meninggalkan toko yang di sana menuju toko yang ada di tempat lain.
"Pak jangan kabur, Pak. Kabur tandanya mengiakan ucapan saya." pekik Alana membuat beberapa karyawan di toko menoleh.
Tristan hanya menoleh ke belakang tanpa memperdulikan ucapan Alana.
"Hahahaha Pak Bos menggemaskan."
"Al.." teman satu profesi menepuk pundak Alana.
"Eh, monyong monyong. Ngagetin saja kamu, kalau jantung saya copot bagaimana? untuk jantung ini buatan Tuhan kalau buatan manusia asal ikat yang ada aku udah mati mendadak." Alana males dada merasa kaget.
"Ngomong mu itu Al, sekata-kata saja. Ada hubungan apa kamu sama Pak Tristan?"
"Ya, hubungan layaknya pegawai dan bos, hanya itu." Alana dan teman baru yang bernama Silvi beriringan masuk. Silvi membantu Alana berjalan takut jika teman barunya tersandung.
"Kalau hanya pegawai dan Bos nggak mungkin sedekat itu, Al. Kalian seperti terlihat pasangan namun sering cekcok tapi terlihat romantis."
"Hahahaha pikiranmu terlalu jauh. Mana mungkin kita menjadi sepasang kekasih. Kita itu bagaikan langit dan bumi, enggak mungkin bersatu. Kamu tahu kan bagaimana diriku ini, banyak sekali kekurangan yang ada dalam diriku. Sedangkan Pak Tristan, dia begitu sempurna." Kata Alana sambil mendudukan bokongnya di meja kasir.
"Tidak ada yang tidak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak."
"Tapi aku aminkan sajalah, mudah-mudahan Pak Tristan menjadi kekasih dan suami masa depanku yang mau menerima segala kekuranganku," ucap Alana.
"Aamiin." dan di aminkan oleh kedua orang itu lalu tertawa.
"Ekhem.." deheman seseorang membuat keduanya menoleh.
"Pak Tristan..!" Alana dan Silvi saling lirik, lalu Silvi kembali ke tempat kerjanya yang juga menjadi kasir. Karena ada dua kasir di setiap toko.
"Ngapain Bapak balik lagi ke sini? Bapak masih kangen ya sama saya? Atau Bapak belum mengatakan kata i love you pada saya?"
"Hadeh ni anak percaya diri banget," batin Tristan.
Tristan memicingkan mata menatap tajam Alana. "Saya cuman mau tanya, minyak wangi apa yang kau pakai?"
"Hah?! Bapak balik lagi cuman mau menanyakan minyak wangi? Saya kira bapak ketinggalan berucap kata i love you gitu. Eh, tahunya minyak wangi. Tapi, parfum saya wangi ya?"
"Bau minyak nyong-nyong, baju saya Jadi ketularan bau minyak gosok gara-gara kamu menempel di lengan saya." Jawab Tristan mencebik kesal, dan wanginya begitu tidak Tristan sukai. Dia pun mengambil baju yang ada di toko.
"Hehehe, tadi saya pakai minyak Gosok Pijat Urut, Pak. Salah Bapak sendiri enggak protes sedari awal dan malah merangkul pinggang saya. Kan jadi ketularan wanginya."
"Lupa..." hanya itu yang Tristan katakan sambil berjalan keluar melewati kedua kasir yang tengah saling lirik.
"Eh, Pak Tristan aneh, deh." Ucap Silvi.
"Rada-rada gila. Gila karena aku hahahaha."
"Huh dasar somplak.." Namun Silvi pun ikut tertawa.
*******
"Benar udah gila nih otakku, hanya karena dengar dia berdoa menginginkan aku menjadi kekasih sekaligus suaminya membuat pikiranku blank tiba-tiba. Niat mau berkata nanti sore aku jemput eh, malah lupa saking grogi nya. Bisa-bisanya seorang mantan Playboy seperti saya grogi hanya karena wanita macam Alana. Udah gak waras nih otak." Tristan menjitak kepalanya sendiri. Tristan pun memfokuskan penglihatan ke jalan mengemudikan mobilnya menuju toko yang satunya.
"Lisa... Ngapain dia berantem dengan pria di pinggir jalan?" nampak dari jauh Tristan mendapati mantan kekasihnya tengah bertengkar dengan seorang pria.
Dari gerak-gerik tersebut, Lisa sepertinya terlihat marah dan menangis. Tristan pun memberhentikan mobilnya tak jauh dari kedua orang itu, dia pun keluar namun langkahnya terhenti ketika Lisa menyebut nama dirinya.
"Aku sampai rela kehilangan Tristan demi bersamamu. Namun, apa yang terjadi, kau malah menghianatiku. Di belakangku kau berselingkuh dengan sahabatku sendiri bahkan kalian begitu mesra saling bercumbu."
"Sa, aku minta maaf aku benar-benar tidak bermaksud untuk mengkhianati mu. Aku dan sahabatmu tidak memiliki hubungan apapun."
"Halah.. Aku tidak percaya pria pembohong sepertimu. Aku rela menolak lamaran Tristan demi dirimu tapi nyatanya kau memperlakukanku seperti ini. Tristan jauh lebih baik dari dirimu, aku menyesal berselingkuh darinya, aku menyesal menolak lamaran pria yang begitu tulus mencintaiku. Mulai hari ini, kita putus!"
Tristan tersenyum getir, dia tidak jadi menghampiri Lisa dan kembali masuk ke dalam mobil.
"Aku pikir kau wanita setia, baik, lemah lembut. Ternyata di belakangku, kau menghianatiku. Tapi aku bersyukur Tuhan telah menunjukkan Siapa dirimu yang sebenarnya. Aku pun bersyukur kalau aku terlepas dari wanita yang bermuka dua, baik di depan namun buruk di belakang." Dia kembali melanjutkan perjalanannya. Sekarang sudah jelas jika Lisa bukanlah wanita yang baik dan tidak pantas untuk ia kejar dan tidak pantas ia cintai.
********
"Jeng, baju yang ada di toko di Delano fashion saat ini lagi diskon loh, kita belanja ke sana, yuk?"
"Benarkah? kalau lagi diskon saya mau beli. Toko di sana kan bajunya bagus-bagus, bahannya berkualitas dan harganya pun cukup terjangkau oleh kita," balas Dewi semangat untuk belanja.
"Ayo jeng, jeng sebelum diskonnya habis." Ketiga ibu-ibu yang nampak glamor itu segera masuk ke toko baju mencari barang-barang diskonan.
Ketiganya memilih ke sana ke mari pakaian yang akan mereka beli. Setelah mendapatkannya lalu mereka ke kasir.
"Mbak kami mau bayar."
Alana yang tengah berjongkok minum langsung berdiri, matanya terbelalak melihat Ibunya di sana. Begitupun dengan Dewi yang juga terkejut bisa bekerja di toko besar.
"Alana, kamu kerja di sini?" Sapa salah satu temannya Dewi yang mengenali jika wanita itu anaknya Dewi.
Alana tersenyum. "Iya tante, daripada aku berdiam diri di rumah mending bekerja cari uang untuk menghidupi diriku sendiri."
"Kamu hebat bisa masuk keterima kerja di delano fashion. Setahu tante tidaklah mudah untuk bekerja di sini," ucap bangga ibu-ibu itu.
"Ah Tante bisa saja. Mungkin keberuntungan ku kali Tante." Balas Alana ramah sambil menghitung baju yang di beli oleh mereka.
"Bener loh, Alana, kamu itu hebat bisa kerja di sini. Gaji nya pun setahu saya 4 juta, beda dari tempat yang lainnya. Di toko lain hanya di bayar 2,5 atau 3 tanpa di kasih uang jajan dan baju setiap minggu."
Dewi semakin terkejut, dalam hati berkata, "4 juta perbulan, di kasih uang jajan, di kasih baju bagus merek terkenal? wow bisa ku mintai uang nih buat keperluanku. Ica saja bekerja hanya dapat gaji 2,5 perbulan. Ada gunanya juga."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Nurul Faridah
dasar emak emak katanya menyesali perbuatannya giliran denge nominal uang langsung jadi mK lMpir lg
2023-01-27
0
玫瑰
Adeh.. tak sedar diri.
sudah mengusir, menganiaya, membuat Alana menderita..
senang² je nak minta wang orang..
tak sabar tunggu reaksi Alana..
2022-10-07
0
Anis Sulis
waduhhh emak e alana gak tobat2,kemaren ngusir alana,malemnya nangis2 nyesel.....,tahu alana gaji 4jt udah ijo aja matanya.....
2022-10-07
0