Tristan bengong mendengar kecerewetan wanita yang ada di depannya. Wanita itu terus saja berbicara tanpa rem bagaikan mobil melaju namun remnya blong.
"Stop! Dari tadi kamu terus ngoceh mulu gak capek tuh mulut sampai berbusa begitu, hah? lagian saya tidak akan mungkin membawa kasus ini ke kantor polisi nanti siapa yang akan membayar jasa-jasa pengacara untukmu? kau? kau kan tidak akan mampu."
Tristan ingin kembali masuk ke mobil namun ada satu hal yang mengganjal di pikirannya. "Eh, gadis bintik-bintik. Ngapain dirimu malam-malam di luaran sendirian keluyuran seperti ini?"
Alana mendongak bingung harus berkata apa, tidak mungkin kan Kalau dia mengaku sedang minggat dari rumahnya? nanti apa kata Tristan.
"Hah, ini aku sedang cari angin malam. Ya, males aja terus di rumah. Mending cari angin malam biar pikiranku sedikit jernih. Lagian kan seharian ini kerja di toko Bapak membuatku sedikit lelah. Jadi aku butuh refreshing meringankan pikiranku dengan cara berjalan-jalan di malam hari." Alana mengelak dengan caranya, dia terus berpikir perkataan apa yang akan lontar kan di saat pertanyaan lainnya Tristan ajukan.
Alana tidak ingin bosnya ini mencurigai sesuatu darinya.
Tristan mengernyit dia tidak mempercayai apa yang Alana ucapkan. "Kalau lelah ya istirahat di rumah, bukan keluyuran malam-malam seperti ini atau jangan-jangan kau minggat dari rumah?"
Benarkan, Tristan mencurigai sesuatu. Alana gelagapan harus berkata apa lagi. "Hahaha Bapak ini aneh sekali, mana mungkin saya minggat dari rumah saya sendiri toh mustahil kan?"
Tristan mengangguk-angguk. "Benar juga ya, mustahil. Tidak mungkin bagimu kabur dari rumahmu sendiri terkecuali orang tuamu membiarkanmu pergi."
"Sudahlah ini bukan urusanku, ini urusan dirimu sendiri, mau kau pergi dari rumah mau kau diusir pun aku tidak peduli." Tristan kembali masuk kedalam mobil menyalakan mobilnya kembali dan dia bersyukur mobilnya menyala lagi.
Alana memberenggut kesal. "Punya Bos nggak peka banget, tawarin saya numpang kek, ngajak saya ke mana kek, saya kan jadi bingung sendiri harus ke mana malam-malam begini? Mana tempat ini sepi lagi, cari kontrakan pun bingung ke mana?"
Alana mengedarkan pandangannya menatap sekeliling tempat ia kembali bersusah payah berjalan mendekati kopernya.
Sebenarnya Tristan merasa curiga kenapa Alana ada di luar malam-malam begini dia memperhatikan Alana yang tengah bersusah payah berjalan dan matanya memicingkan mata di saat melihat dia menghampiri sebuah koper di pinggir jalan.
"Apa dia beneran diusir dari rumah atau beneran kabur dari rumah?" ada dua kemungkinan yang Tristan pikirkan. Merasa kasihan dan tidak tega melihat seorang wanita tengah kebingungan sendirian di pinggir jalan. Tristan pun memundurkan kembali mobilnya tepat di hadapan Alana.
Kini Alana yang bingung kenapa mobil bosnya ini mundur dan berhenti. "Loh, kenapa malah berhenti di depanku? ahhh jangan-jangan dia mau mengajakku? kalau benar begitu beruntungnya aku ini." batin Alana girang ada yang mau menolongnya.
Tristan membuka kaca mobilnya. "Masuk, saya tahu jika kau sedang diusir dari rumah buruan masuk!"
"Enggak siapa juga yang diusir dari rumah saya itu cuman ingin mandiri saja." Alana masih saja gengsi sambil tangannya memegangi kopernya menunduk sedih dan juga girang.
Tristan menghilangkan nafas pria itu pun kembali turun. Dia mengambil koper lalu memasukkannya.
"Eh, eh, Pak. Mau di bawa ke mana koper saya?"
"Jangan sok gengsi ataupun pura-pura tidak membutuhkan pertolonganku. Saya tahu jika saat ini kau tengah kebingungan mencari sebuah tempat tinggal. Masih untung Tuhan mempertemukan kamu dengan saya makanya saya berniat ingin menolong kamu. Coba saja jika kamu dipertemukan dengan pria-pria jahat di luar sana, apa kabar dengan dirimu?"
"Ih Bapak kok ngomongnya gitu sih mendoakan saya bertemu dengan orang-orang jahat? Mana ada orang jahat mau menjahati wanita cacat seperti saya ini?" protes Alana sambil berjalan masuk ke mobil setelah Tristan membukakan pintu mobilnya memberikan kode lewat mata untuk masuk ke dalam.
Tristan pun ikut kembali masuk ke dalam. "Orang yang ingin berbuat jahat tidak akan memandang fisik mereka, yang penting tujuan mereka tercapai meskipun engkau cacat kemungkinan besar orang jahat itu ada termasuk juga keluargamu yang kemungkinan berbuat jahat padamu." Tebak Tristan ngasal membuat Alana diam tak berkutik karena apa yang di katakan Tristan ada benarnya juga jika keluarganya sering berbuat jahat padanya.
"Kau benar pak, keluarga pun suka berbuat jahat padaku apalagi orang lain yang juga kemungkinan bisa berbuat jahat terhadap ku," batin Alana.
"Termasuk dirimu dong, Pak. Kau pun orang lain pasti kemungkinan juga kau akan berbuat jahat padaku."
Sontak Tristan langsung menoleh ke samping kemudian menatap tajam Alana kemudian kembali menatap depan. "Ngawur kamu, kalaupun saya akan berbuat jahat kepadamu mana mungkin saya menolongmu dan memberikan pekerjaan untukmu sudah sedari kemarin kau kuhabisi ataupun kau ku cincang-cincang dan buang ke laut."
Alana pergidik ngeri. "Iishhhh sadis bener dah kau ini, Pak. Masa gadis manis cantik berlesung pipi sepertiku ini kau habisi lalu cincang-cincang emangnya aku daging apa?"
"Iya, Kau kan memang daging coba lihat tubuhmu saja banyak dagingnya, gendut." Tristan sedikit menyunggingkan senyum tipis tak terlihat disebut bibirnya.
"Wah kau sudah menghina fisikku lagi, Pak. Tadi kau menghina wajahku mengatai ku bintik-bintik, sekarang kau mengatai fisik ku gendut, kau kurang ajar juga nih pak." Alana manyun tidak terima padahal hatinya biasa saja tidak merasa sakit hati ataupun bagaimana.
Tristan hanya menggeleng kepala tanpa lagi memperdulikan ocehan wanita di sampingnya. Tujuannya saat ini ialah mencari makanan dan mengambil apa yang namanya pesankan.
Pertama Tristan mengambil baju di butik yang namanya sebutkan. Lalu mencari ayam crispy pesanan Andrew. Kemudian membeli sate ayam 50 tusuk pesanan Mama Jihan. Terakhir membeli sup buah pesanan Andrew.
Selama membeli sesuatu Alana tidak ikut Tristan dikarenakan Gadis itu tengah terlelap di dalam mobilnya hingga Tristan tidak berani untuk membangunkan dia.
Tristan pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah orang tuanya. setidaknya di depan rumah Tristan lebih dulu mengeluarkan beberapa tentengan di kedua tangannya masuk ke dalam rumah.
"Uncle Ayah, mana pecanan atu?" pria tampan mirip Andrian ini berlari mendekati Tristan menanyakan pesanannya.
"Ini pesanan yang Andrew inginkan." Tristan memberikan tendangan di sebelah kanan tangannya. Andrew pun sedikit berlari dan duduk di karpet bulu.
"Sedari tadi Andrew sudah tidak sabar ingin memakan makanan yang ia pesan darimu."
"Maaf, Mah. tadi sedikit ada insiden hingga aku agak lama membelinya."
"Insiden?" Mama Jihan memperhatikan penampilan putranya dan matanya terbelalak ketika melihat luka di kening Tristan. "Astaga ya Tuhan, Tristan..! ini kening kamu kenapa? kamu kecelakaan?"
"Ya, seperti itulah, Mah. Mah, hmmmm aku membawa seorang wanita." Tristan tidak ingin menyembunyikan Alana di mobilnya, jadi ia ingin jujur kepada Mama Jihan.
"Hah?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
玫瑰
Jangan gaduh terus,...nanti jatuh cinta pula..
Asal jumpa gaduh..hahaha
2022-10-05
0