"Tristan, kau sudah pulang? bagaimana hasilnya, apa lamarannya diterima?"
Langkah Tristann terhenti di saat hendak menapaki anak tangga ketika mendengar pertanyaan Mama Jihan yang berjalan dari arah dapur. Dia pulang ke rumah orang tuanya.
Tristan menghelakan nafas, "Gagal, Mah."
Wajahnya murung di landa kesedihan. Tristan pun mengurungkan niatnya yang hendak ke kamar dan duduk terlebih dulu di ruang keluarga bareng mama Jihan dan papa Marco.
"Apanya yang gagal Tristan?" Kali ini papa Marco yang bertanya. Pria dewasa itu menutup beberapa dokumen kerjaannya lalu membereskan dokumen serta laptopnya.
"Melamar Lisa gagal, ditolak mentah-mentah sama dia."
"Kok bisa? bukankah dia mencintaimu? katanya kau bilang dia pasti akan menerima dirimu, tapi kok gagal sih?" ucap Mama Jihan.
"Aku pikir sih begitu, yang aku tahu Lisa itu beneran baik, beneran terlihat mencintaiku, namun setelah ku menjelaskan apa kekuranganku padanya dia menolak mentah-mentah niat baikku ini. Asem kan, Pah, Mah."
Mama Jihan dan papa Marco menoleh, "Maksudmu kamu memberitahukan ketidaksempurnaanmu?"
"Iya, Pah, Mah, karena Tristan ingin dia tahu ketidaksempurnaan Tristan sebelum kita menikah. Maka dari itu Tristan memberitahukan kekurangan Tristan kepadanya dengan harapan dia mau menerima setiap kekuranganku. Eh, nyatanya gagal di tengah jalan."
"Berarti dia tidak mencintaimu, kalau dia benar-benar mencintaimu dia akan menerima setiap kekuranganmu," ucap Papa Marco.
"Bener, Tan. Tak mengapa kau ditolak sekarang dan tentunya ini tidak terlalu menyakitkanmu, daripada nanti Lisa mengetahuinya setelah menikah yang ada dia semakin marah dan merasa dibohongi oleh dirimu."
"Perempuan banyak, jangan cuma mengandalkan satu wanita. Bukan hanya dia yang mau sama kamu di luaran sana pun pasti masih ada yang mau sama kamu," timpal Papa Marco.
"Pasti ada sih. Tapu masalahnya ada tidak yang mau menerima ketidaksempurnaanku?"
"Pasti ada, Mama yakin pasti ada. Makanya kamu jangan pantang menyerah untuk mencari wanita yang benar-benar mau menerimamu."
"Pesan Papa, kalau kamu ingin mendapatkan cinta tulus dari seorang wanita maka kamu pun harus mencintainya secara tulus tanpa ada niatan tertentu. Jika suatu hari kamu bertemu seorang wanita yang memiliki kekurangan dan kamu tertarik padanya, maka cintailah kekurangannya itu daripada kelebihannya. Di dunia ini tidak akan ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata."
Tristan mendengarkan nasihat papa dan Mamanya, lalu merenungkan kembali apakah dirinya juga mencintai secara tulus?
"Instead of waiting for perfection, run with what you do, and fix it along the way.”
(Daripada menunggu datangnya kesempurnaan, jalankan apa yang kamu lakukan, dan perbaiki di sepanjang jalan)
"MY IMPERFECTION is the thing i feat the most when i whan to be in a serious relationship. And the result my Imperfection that makes my partner reluctant to accept me."
( ketidak sempurnaanku adalah hal yang paling aku takuti di saat ingin menjalin hubungan serius. Dan hasilnya ketidaksempurnaan ku lah yang membuat pasanganku enggan menerimaku."
Tristan membuang nafas berat. "Mungkin ini sudah jalan takdirku dan mungkin ini juga salah satu hukuman Tuhan atas kelakuan yang pernah dulu ku perbuat. Aku pasrah jika memang tidak ada lagi wanita yang mau menerima kekuranganku. Lebih baik sendiri daripada berdua namun tidak bisa saling menerima satu sama lain."
Mama Jihan mengusap lengan Tristan dia ikut sedih atas apa yang Tristann alami. Mau bagaimana lagi, ini semua Tuhanlah yang memberikannya."
"Jangan pantang menyerah, Mama yakin pasti suatu saat nanti akan ada wanita yang mau menerimamu dengan segala kekuranganmu."
Papa Marco pun ikut merangkul Tristan memberikan kekuatan untuk putranya. "Kami di sini mendukungmu, janganlah kau merasa sendirian apalagi berpikir tidak ada yang menyayangimu karena kami akan selalu ada bersama anak-anaknya dalam suka maupun duka."
Tristan terharu, matanya berkaca-kaca dia melirik menatap silih berganti Papa Marco dan Mama Jihan. Dia bersyukur bisa mendapatkan keluarga yang mau membesarkannya, yang mau menerima dirinya, yang mau memaafkan segala kekurangannya, dan tetap menjadi orang tuanya."
"Terima kasih, Pah, Mah, sudah menyayangiku begitu tulus. Terima kasih selalu ada di saat dalam keadaan apapun."
*******
"Pergi ke mana saja kamu dengan pria tadi hingga jam segini baru pulang?" Dewi masih penasaran siapa pria kaya yang mengantarkan anaknya pulang.
"Tidak pergi kemana-mana, hanya mengantarkan ku ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku yang tak sengaja ia serempet," jawab Alana tengah memasak untuk makan malam bersama.
"Kau keserempet? kenapa tidak mati saja, menyusahkan ku saja."
Alana tertegun tersayat perih. Dia terdiam dari pergerakan tangannya yang menggoreng makan. "Kalau Ibu menginginkan ku mati kenapa tidak bunuh saja aku di saat berada dalam kandungan Ibu agar aku tidak terus menyusahkanmu? Kenapa tidak buang saja aku kalau memang kehadiranku tidak diinginkan oleh Ibu? lebih baik aku mati daripada terus begini."
Alana sudah tidak sanggup lagi terus berdiam diri menerima perlakuan Ibu kandungnya sendiri. Dia terlalu sakit, terlalu kecewa dengan semua tindakan ibunya yang selalu semena-mena pada dirinya. Meski banyak yang bilang janganlah kamu melawan ataupun membalas ucapan orang tua di saat orang tua sedang marah karena itu salah satu hal yang tidak dibenarkan dalam agama.
Tapi apakah kita harus diam saja jika orang tua kita semena-mena terhadap anaknya? Anak juga butuh perhatian, anak juga butuh kasih sayang, anak juga butuh bimbingan, anak juga butuh rangkulan. Bukan hanya sekedar cacian, makian, hinaan, dan diperlakukan layaknya seorang pembantu.
Dewi yang hendak menyuap kan makanan ke mulutnya seketika terhenti, dia menyimpan pelan makanan tersebut ke atas piringnya.
"Jadi kamu ingin mati? mati saja kamu sana, Ibu tidak peduli, Ibu tidak sudi memiliki anak cacat sepertimu. Ketidaksempurnaanmu membuat Ibu malu harus mendapatkan hinaan dari orang-orang, karena kamu juga Papa meninggalkan kita."
Alana memejamkan mata merasakan sakit terus-terusan disalahkan. Iya, Alana tahu Papanya meninggal di saat hendak menolong dirinya saat terserat ombak di lautan.
Pada saat itu, Alana masih berumur 7 tahun. Mereka sekeluarga sedang liburan bersama ke pantai, Alana yang senang bisa bermain di pantai memaksakan diri untuk mendekati ombak lautan ingin bermain air sekaligus pasir.
Namun, tanpa diketahui ombak besar tiba-tiba datang menggulung tubuh mungilnya dan pada saat itu bapak nya melihat jika Alana tengah dalam bahaya. Tanpa pikir panjang Papanya ingin menyelamatkan Alana. Akan tetapi, papanya ikut terseret ke tengah hingga tenggelam dan ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Dari sanalah ibunya semakin membenci Alana. Ibunya selalu bilang kalau Alana lah penyebab kematian papanya. Dewi selalu bilang, seandainya Alana tidak mengajak bermain ke pantai maka kejadian itu tidak akan terjadi.
Sejak lahir, Ibunya sudah tidak terima keadaan dia yang terlahir cacat. Dan ibunya semakin bertambah tidak terima mengetahui suaminya meninggal.
"Kamu itu pembawa sial, semenjak kehadiran kamu, keluarga kita selalu mendapatkan cobaan bertubi-tubi. Mulai dari cacian orang, perusahaan Papa bangkrut, hingga Papa meninggal pun karena kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
玫瑰
Betul-betul ibu nya kejam dan tidak redha pada takdir tuhan.
Anak yang jadi mangsa
2022-10-01
0
💕KyNaRa❣️PUTRI💞
eeehhh buk jman skrng jman canggih banyak orng pincang tpi makai kaki palsu ....bisa tuh jlan normal bahkan atlet di luar negri ada yg ga sempurna .....ehhhhhh dasar nenek lampir lu😬😬😬🤮🤮🤮🤮🤮
2022-10-01
0