Di tengah perjalanan pulang Tristan mendapati panggilan dari mamanya Jihan.
"Halo Mah kenapa?"
"Tan, kamu sudah pulang belum?"
"Udah di jalan mau pulang ada apa emangnya?" tanya Tristan sambil tangannya mengemudi setir mobil dan matanya melirik ke sisi kanan sisi kiri depan belakang memperhatikan baju mobil sekitar.
"Kamu bisa minta tolong nggak, untuk membelikan sate ayam 50 tusuk dan juga mampir ke butik yang ada di jalan mawar mengambilkan pesanan Mama."
"Iya, Mah. Baik, mumpung Tristan belum sampai?"
Andrew kamu mau nitip sesuatu nggak sama Uncle Ayah?
Mama Jihan bertanya kepada cucunya.
Atu mau Ayam tlispy make donal cama coup buah.
Dengan tatanan bahasa cadel dan menggemaskan, Andrew menyebutkan apa saja yang ia inginkan.
Dengan setia Tristan mendengarkan kedua orang itu dibalik telepon.
"Tan, beli juga ayam crispy sama soup buahnya dua."
"Iya, Mah. Siap." hal pertama yang Tristan lakukan yaitu mengambil pesanan mamanya dulu di butik jalan mawar. Tristan pun membelokkan setirnya ke kiri.
Lain halnya dengan Alana, gadis berlesung pipi itu tengah berjalan sendirian. Di bawah langit Malam tanpa sinar bintang. Tangan kanannya membawa koper berisi baju, di tangan kirinya memegang tongkat sebagai alat bantu kakinya berjalan.
Semenjak lahir kaki Alana memang utuh. Namun, salah satu kakinya mengalami kecacatan yaitu tidak normal berjalan. Jadi, jika berjalan Alana ter pincang-pincang. Kalau tongkatnya dilepas kaki satunya tidak mampu menopang berat badan tubuhnya.
Tiada henti Alana berusaha berjalan mencari tukang ojek yang selalu menjadi langganan Alana. Matanya ia edarkan berharap ada kendaraan yang lewat di ke depan rumahnya.
"Malam-malam begini mau cari kontrakan di mana? mana malam, mana susah kendaraan, Ck, benar-benar keterlaluan. Aku yang memutuskan keluar kok aku yang repot sendiri, ya."
"Ini salahmu sendiri sih, Al. sok-sokan minggat dari rumah, dasar otaknya tidak bisa memutuskan nanti malah ingin segera."
"Mana lapar, mana belum makan dari tadi sore, mana kedinginan, lengkaplah sudah penderitaanmu ini, Al. Ck ck ck derita orang yang minggat dari rumahnya sendiri."
Merasa lelah terus berjalan, Alana memberhentikan dulu langkahnya dan duduk di pinggir jalan sendirian. Iya mencelupkan kakinya ke depan memijat-mijat kaki tersebut dan matanya terus memperhatikan kiri kanan depan belakang Berharap ada orang yang ia kenal.
"Malam ini aku sendiri, tiada yang menemani. Hanya satu keyakinanku bintang kan bersinar menerpa hidupku bahagia kan datang." Gadis itu malah bernyanyi bintang kehidupan milik milik Nike Ardila.
Mata Alana melihat seekor anak kucing tengah meong-meongan di tengah jalan. "Sepertinya anak kucing itu kehilangan induknya. Kasihan sekali dia, sama seperti ku yang juga sama-sama kehilangan kasih sayang ibuku."
Alana berdiri berjalan mengambil anak kucing berwarna hitam putih itu. Namun, karena saking fokusnya pada kucing tersebut tiba-tiba mobil membunyikan klakson nya membuat ia terperanjat kaget.
"Aaaakhh..." jerit Alana memejamkan mata seraya memeluk kucing.
Braakk..
Tristan masih menjalankan mobilnya sedikit agak kencang. Tangan kirinya mengambil botol minuman di jok samping. Namun ketika ingin membuka tutupnya, minuman tersebut malah jatuh ke bawah kakinya.
"Ck, malah jauh segala." Tristan pun berusaha mengambil minuman itu. Dia sedikit menundukkan kepalanya ke bawah dan tangannya mencari keberadaan botol tersebut.
Setelah mendapatkan botol tersebut, kepala Tristan kembali terangkat ke atas. Namun, ia terbelalak melihat seorang wanita tengah berdiri di depan jalannya hingga refleks ia membunyikan klakson kemudian banting setir ke kanan menghindari gadis tersebut. Alhasil dirinya lah yang menabrak pohon saking kaget dan lupa menginjak rem.
"Astaghfirullah Ya Allah ya Tuhanku." Tristan memegangi keningnya sebab tak sengaja ia terbentur. Dia masih bersyukur Tuhan melindungi dirinya.
Hingga ia dikagetkan oleh suara gedoran dari samping kanan pintu kaca mobilnya.
Alana segera mendekati mobil tersebut, tubuhnya gemetar ketakutan takut jika orang yang ada di mobil tersebut kenapa-kenapa.
Dia pun mengetuk-ngetuk kaca mobilnya berharap orang yang ada di dalam bisa membuka pintu mobilnya. Dan orang yang ada di dalam itu membuka pintu mobil ingin memarahi gadis yang sudah menyebabkan dia kecelakaan.
"Kau ti..." Alana menggantungkan ucapannya setelah mengetahui Siapa pemilik mobil tersebut. "Pak Tristan..! Kau, jadi kamu."
Tristan kembali dibuat kaget. "Alana..! Astaga ya Tuhan, Alana. Kenapa sih setiap kali aku bertemu denganmu hampir saja mobilku ini menyerempet tubuhmu? bagaimana kalau tadi tidak membelokkan mobilku pasti tubuhmu sudah terbentur oleh mobilku?"
Tristan berdiri dengan tangan kanan bertolak pinggang dan tangan kiri memegangi keningnya yang terasa masih sakit.
"Pak Tristan ma.." Alana ingin meminta maaf namun perkataan itu tidak jadi keluar di saat matanya melihat luka memar di kening Tristan dengan sedikit darah keluar.
"Ya Tuhan, Pak.. Kepalamu berdarah..." Alana panik, dia kebingungan mencari lap. Tanpa pikir panjang dia pun merobek ujung lengan baju yang ia kenakan lalu mengelap darah di kening Tristan.
"Pak Maafkan saya. Saya beneran tidak sengaja. Tadi saya mengambil kucing yang ada di tengah jalan tanpa menengok kiri kanan. Saya tidak tahu kalau ada mobil bapak lewat sini. Maafkan saya, pak." Mata Gadis itu nampak berkaca-kaca merasa bersalah telah menyebalkan bosnya kecelakaan.
Tristan terpaku, dia memperhatikan mata gadis yang ada di hadapannya. "Kenapa wanita ini malah menangis?" batin Tristan bingung.
"Sudah, sudah, tidak perlu repot-repot mengelap kening ini. Aku baik-baik saja." Tristan mengambil tangan Alana menurunkan nya.
"Tapi Pak, Anda kecelakaan gara-gara saya, bahkan Anda terluka karena menghindari saya. Bagaimanapun saya harus bertanggung jawab, kalau saya tidak tanggung jawab nanti saya bisa didenda. Nanti saya dituntut ke penjara. Nanti saya mendekam di jeruji besi dan saya tidak mau itu." cerocos Alana tanpa jeda kata.
Tristan kembali terperangah. "Bawel sekali kau ini. Jadi sedari tadi matamu berkaca-kaca menangis itu karena kau takut aku melaporkanmu begitu? takut kau dipenjara begitu?"
Alana mengangguk, dengan polosnya menjawab, "Iya, Pak. Aku takut dipenjara. Jangan penjarakan aku, ya? jangan bawa kasus ini ke ranah hukum, please?" gadis manis memiliki lesung pipi itu menangkupkan kedua matanya memohon Tristan dengan tetapkan menyedihkan.
Tristan membuang nafasnya secara kasar. "Astaga Alana, saya kira kamu menangis berkaca-kaca itu karena kau khawatir terhadap diri saya. Ternyata eh ternyata, kau hanya mengkhawatirkan dirimu saja, benar-benar keterlaluan, nih."
"Ngapain Saya harus mengkhawatirkan Bapak? Bapak kan kaya, banyak uang, pasti dengan mudahnya bisa menyogok polisi ataupun pengacara agar menjebloskan saya ke penjara. Sedangkan saya, saya hanyalah anak yatim tidak memiliki uang, miskin. Lalu kalau saya dituntut sama bapak saya harus bayar siapa? saya harus minta tolong sama siapa? mana mungkin kan saya minta tolong sama bapak? jadi saya lebih mengkhawatirkan diri saya sendiri dibandingkan bapak."
"Hah...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
玫瑰
Jodoh pertemuan itu sudah ditentukan..
moga mereka berjodoh
2022-10-04
0