"Pencuri... pencuri..."
Teriakan orang-orang sekitar mengagetkan Alana. Gadis itu nampak kebingungan, "Siapa yang diteriaki pencuri?" batinnya.
dampak beberapa orang yang tengah berlarian menuju ke arahnya.
"Wah ini tas saya." salah satu bapak-bapak mengaku jika tas yang ada di tangan Alana adalah miliknya.
tas kecil seperti tas selempang yang hanya bisa digunakan untuk dompet ponsel atau mungkin beberapa barang kecil.
Alana kaget. "Ini tas Bapak? ini... ini tadi ada orang yang melemparkan tas ini kepada saya. Saya tidak tahu apapun, sumpah." dia takut orang-orang itu menuduhnya pencuri.
"Wah berarti kau salah satu komplotan dari mereka, ya?" Surga warga lain nya.
"Bukan, bukan saya, saya tidak kenal dia, saya bukan koplokan pencuri." Alana menggelengkan kepala membela dirinya karena memang ia tidak tahu menahu masalah tas itu.
"Halah mana ada maling ngaku kalau maling ngaku penjara penuh."
"Sudahlah, mending bawa saja dia ke kantor polisi! Pincang-pincang kok mencuri, kalau kita menginterogasinya dia tak akan mengaku tapi kalau polisi, mungkin dia mau mengaku dan mau bicara mengenai komplotannya." salah satu dari ibu-ibu mengompori para orang yang mengejar pencuri.
"Jangan Pak, Bu. Saya bukan pencuri, Saya tidak tahu apa-apa." tolak Alana tidak terima dirinya dituduh pencuri.
"Sudahlah, Dek. Kita ke kantor polisi saja dulu nanti kamu bisa jelaskan di sana secara rinci," tutur pemilik tas.
"Bukan saya, Pak. Beneran bukan saya yang mencurinya. Percaya sama saya, bukan saya."
"Ah kami tidak percaya," sergah ibu-ibu yang entah kenapa terus saja mengompori mereka.
"Bawa saja dia, buruan bawa saja! Kalau kalian tidak bertindak tegas pencuri akan semakin berkeliaran mending bawa saja wanita ini ke kantor polisi berikan dia efek jera."
Beberapa orang yang termakan hasutan ibu-ibu tersebut menarik paksa alana akan membawanya ke kantor polisi.
"Tidak... saya tidak bersalah!"
"Ayah itu kenapa? Tante itu di paksa banyak orang. Kasihan dia ayah." Ariel yang sedari tadi bermain kapal-kapalan memperhatikan samping kiri sambil menatap bangunan-bangunan di sekitar.
Mata bocah itu melihat peristiwa yang membuatnya tidak tega. Di tengah perjalanan menuju mall, Tristan dan Ariel melewati jalan yang di mana ada Alana tengah dirundung warga dan diseret paksa ke kantor polisi.
Tristan menengok ke samping di mana Ariel tengah memperhatikan kerumunan orang.
"Tante siapa?" tidak melihat wanita yang disebut putranya sebab tubuh wanita itu terhalang oleh beberapa orang.
"Itu Ayah, Tante itu yang memakai tongkat di tangannya kasihan dia yah, dia sepertinya sedang dalam masalah, bantuin dia Ayah."
Ariel semakin merengek tidak tega melihat paksa orang-orang. Tristan menepikan mobilnya memperhatikan dulu wanita Siapa yang Ariel maksudnya. dan matanya memicing lalu terbelalak jika wanita itu wanita yang dua hari lalu tak sengaja ia serempet.
"Alana..!"
Dengan segera dia ingin turun, "Sayang, kamu tunggu saja di sini ya, jangan keluar mobil! Ayah mau nolongin Tante itu."
"Iya, Ayah. Tolong dia kasihan."
"Jangan bawa saya ke kantor polisi! Saya tidak mau, saya tidak bersalah saya bukan pencuri." Alana berteriak tidak ingin dibawa ke kantor polisi. Tetapi orang-orang di sana seakan tuli dan main hakim sendiri.
"Jangan banyak bacot ikut kami!"
"lepaskan dia!"
Mereka semua menoleh.
"Kamu...!" gumam Alana, mata gadis itu memohon pada Tristan untuk menolongnya saat ini hanya dia yang bisa menolong.
"Siapa kau, kenapa kau mencegah kami?"
"Lepaskan dia! Kalian jangan main hakim sendiri. Apa salah wanita ini?" tanya Tristan.
"Dia ini pencuri, dia salah satu komplotan pencuri. Jadi kami akan membawanya ke kantor polisi."
"Pencuri?" Tristan melirik Alana dan Alana menggeleng berderai air mata.
"Apa kalian semua buta, masa seorang wanita pincang seperti ini bisa mencuri larinya bagaimana?"
"Alah, bisa saja kan dia pura-pura." Ibu-ibu yang terus mengomporinya dengan tuduhannya.
"Apa kau tidak bisa melihatnya, dia itu beneran tidak bisa berjalan normal dan kau malah menuduhnya pencuri," ujar Tristan.
"Saya tidak mau tahu kalian lepaskan wanita ini atau saya akan laporkan kalian ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik dan main hakim sendiri. Siapapun di antara kalian yang sudah mengompori maka akan berurusan dengan polisi hari ini juga. Kalian membawa gadis ini ke kantor polisi sayapun akan membawa pengacara saya dan menghukum kalian semua. Kalian tahu, saya ini polisi," ancam Tristan sedikit berbohong dan ia merasa ada keanehan dari kejadian ini.
Dan benar saja raut wajah ibu-ibu yang mengomporinya terlihat merah padam penuh ketakutan begitupun dengan pria yang juga mengaku pemilik tas itu sama-sama diam dengan sorot mata takut.
"Jadi dibawa ke kantor polisi tidak?" tanya salah satu warga.
"Jangan ada yang bawa dia jika kalian tidak ingin masuk penjara!" Tristan mengambil ponselnya. "Saya akan menghubungi polisi.."
"Jangan...! jangan...! kami tidak akan membawanya ke polisi." Ibu-ibu itu tidak ingin mati di penjara.
"Iya, kami minta maaf sudah berburuk sangka." Pria pemilik tas pun melepaskan cekalannya pada Alana.
Semua orang menyoraki dua orang tersebut kemudian membubarkan diri.
Alana menatap Tristan, "Terima kasih sudah mau membantuku."
"Ya terpaksa, kalau bukan karena atas desakan dari putraku mana mau aku menolongmu."
"Terpaksa atau tidak, setidaknya kau sudah berbaik hati mau menolongku. Jika saja tidak ada dirimu mungkin aku sudah dipenjara atas tuduhan palsu."
"Kau mau ke mana, mau pulang?" entah kenapa Tristan selalu merasa iba melihat wanita ini.
"Mau mencari pekerjaan. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu." Alana bersiap melangkah namun di cegah oleh Tristan.
"Kau mau mencari pekerjaan?" Alana mendongak kemudian mengangguk.
"Kalau begitu kau bisa bekerja di tempatku saja," Tristan menawari alana bekerja di salah satu tokonya.
Hati kecil Tristan memberontak meminta Gadis itu untuk bekerja di tokonya. Ia tidak tega disaat wanita itu berjalan terpincang-pincang menyusuri jalanan. Tristan juga berpikir pasti akan sulit mendapatkan pekerjaan di tengah kondisi nya yang seperti itu.
"Bekerja di tempatmu?"
Iya begini Aku memiliki toko baju dan sedang membutuhkan kasir di sana. Jika kamu berkenan kamu bisa bekerja di toko. pekerjaannya ringan kok Hanya duduk di kasir tanpa harus melakukan banyak pergerakan kaki ke sana kemari. kamu hanya tinggal melayani orang di saat ada yang ingin membayar.
"Itu pun kalau kau mau, kalau tidak aku tidak akan memaksamu. Semua terserah padamu."
Alana diam bertanya dalam hati, "Apa benar pria ini serius mau memperkerjakan nya?"
"Gaji pokok 4 juta perbulan ditambah 250 ribu uang jajan dan akan di berikan selama 1 minggu sekali."
Alana terbelalak kaget, "4 juta..?!" karena setahunya kasir hanya di gaji 3 juta/bulan.
"Mau tidak? ini kesempatan terbaik loh."
"Aku mau." tanpa menolak Alana menyetujuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
玫瑰
moga ini permulaan yang baik untuk hidup Alana.
2022-10-03
0