"Seharusnya Ibu tanya pada diri Ibu sendiri apakah pernah Ibu mengajarkan aku sopan santun? apa pernah Ibu menunjukan bagaimana caranya menghormati orangtua? apa pernah Ibu berlaku lembut padaku? tidak?" Alana tersulit emosi akan perlakuan kasar dari Ibu nya sendiri.
Dewi menggeram marah mengangkat tangannya ingin menampar Alana. "Kau..." Namun tertahan di kala Alana kembali berucap.
"Tampar aku, Bu! Tampar...! Ayo tampar.. aku! Aku sudah sering merasakan rasa sakit akibat tamparan Ibu. Sudah sering Ibu melayangkan tangan ini untuk menyakitiku, udah sering tangan ini menjewer, meniyor, hingga memukulku. Kenapa diam, Bu? ayo tampar..!"
Tidak ada lagi air mata mengalir di wajahnya, rasa sakit atas perlakuan Ibunya sendiri mengajarkan dia untuk tetap tegar dan kuat menghadapi kehidupannya.
Dewi diam terpaku mendengar semua perkataan Alana, putrinya sendiri. Alana mengambil tangan Dewi memukul-mukul kan ke wajahnya sendiri.
"Pukul aku, Bu! Tampar aku..! Ayo pukul agar Ibu puas." Dewi menarik tangannya dari tangan Alana. Dia tertegun dengan perlakuannya sendiri. Lalu, Dewi pergi begitu saja meninggalkan Alana.
Alana melirik Ica. "Apa? kau juga mau memukulku? ayo pukul aku!"
Ica diam bagaikan orang linglung melihat keberanian Alana yang sekarang berani melawan hingga membuat Ibunya juga tidak berkutik. Ica pun ikut meninggalkan Alana dan mengambil tasnya kemudian pergi keluar.
Alana mengatur emosinya, sedetik kemudian dia melepaskan tongkat yang ia pakai dan tubuhnya ke lantai terduduk lesu. Seketika matanya meneteskan air mata penyesalan telah berbuat kasar pada ibunya sendiri.
"Ya, Tuhan... aku sudah membentak Ibu. Tapi aku tidak bisa terus diam, aku tidak sanggup lagi untuk bersabar."
Anak kembali mengambil satu tongkat yang selalu membantunya berjalan. dia berdiri menghapus air matanya berjalan ke dekat kursi mengambil tas lalu pergi untuk mencari pekerjaan.
Sudah cukup baginya terus menyusahkan ibunya. Dia ingin mencari uang sendiri demi menghidupi kebutuhannya sendiri. Alana tidak mau terus-terusan berdiam diri di rumah tanpa melakukan pekerjaan sedangkan dirinya juga butuh pemasukan.
Percuma tinggal di rumah jika orang-orang terdekatnya tidak ada. Dia selalu merasakan kesepian. Mungkin dengan bekerja di luar kehidupan Alana sedikit bisa menyenangkan.
Sudah 1 tahun ini Alana tidak bekerja, dulu ia bekerja di salah satu warung makanan. Namun dirinya dipecat hanya gara-gara anak dari warung makanan itu menyukainya.
*******
Delano fashion
"Ricky, itu baju model Sabrina pesanan orang sudah kau kemas belum?"
"Sudah, bos. Tinggal kirim ke pemiliknya."
"Oh, oke kalau gitu tolong kau ajak yang lainnya, kepak semua pesanan-pesanan ke daerah kota A semuanya! Sore ini juga harus segera tiba di kota A."
"Siap, Bos. laksanakan." Tristan kembali melakukan kegiatannya yaitu mengecek barang-barang yang akan ia pasarkan ke mall-mall yang ada di kota tersebut hingga beberapa luar kota.
Delano fashion, itu nama toko baju milik Tristan. Kini Tristan mampu mengembangkan usahanya hingga ke berbagai kota.
Di tengah kegiatannya menyusun baju-baju, dia dikagetkan oleh suara anak kecil yang ia kenal.
"Ayah.."
Tristan menoleh ke belakang lalu dia tersenyum. "Hai sayang." Tristan langsung mengangkat tubuh mungil putranya.
"Sama siapa datang ke sini?"
"Sama Papa, Mama, dan adik Sinta, tuh.." tunjuk Ariel menggunakan tangan mungilnya pada Mike yang tengah melihat-lihat baju ditemani Claudia dan Putri kecilnya.
Tristan menghampiri mereka. "Tumben sekali owner restoran main ke sini?" ledek Tristan pada Mike yang memang jarang belanja ke toko miliknya.
Mike sudah tidak lagi bekerja sebagai manajer di mall AG trade center. Dia melanjutkan mengurus usahanya di bidang kuliner dan tentunya restoran dia pun juga ada di mall trade center.
"Emangnya nggak boleh? sah-sah saja dong," balas Mike.
"Enggak boleh, yang belanja itu harusnya wanita, masa pria belanja."
"Ketinggalan zaman, ya? Hari gini pria menemani wanita belanja sudah banyak di mana-mana. Aku kan termasuk suami idaman jadi tentunya akan menemani istri tercintaku ini."
Lalu kedua pria itu terkekeh bersama. Semenjak berdamai dengan masa lalunya, hubungan Tristan dan Claudia tentu baik-baik saja. Malah mereka kompak untuk membesarkan Ariel meski tidak harus saling bersama dan tentunya selalu melibatkan Mike di antara mereka jika menyangkut soal Ariel.
"Kalian ini di mana saja bertemu pasti selalu main ledek-ledekan dulu," ujar Claudia namun dia senang masa lalu dan masa depannya akur tidak saling bermusuhan.
"Kalau tidak ada ledekan nggak bakalan seru," sahut Tristan
"Bener, ini sudah menjadi salah satu ciri khas dari kita berdua."
"Ariel nggak diajak nih?" bocah tampan berusia 4 tahun itu ikut me nimbrung ucapan kedua pria dewasa ini.
"Ada yang sirik rupanya ni, Tan?"
"Enggak sirik bagaimana, Ariel kan juga salah satu anggota dari kalian."
"Iya, deh iya, kamu memang salah satu anggota dari kita. Oh iya, kalau kalian mau pilih-pilih pakaian silakan, ada Reni di kasir. Aku mau ke mall dulu menemui Andrian sekalian untuk melihat toko-toko ku yang di sana.
Delano fashion juga sudah ada di mall milik Andrian. Iya, tokonya menjadi salah satu dari sekian penghuni mall tersebut.
"Oke deh, kalau gitu aku sama Claudia lihat-lihat dulu. Sayang, kamu mau ikut Papa atau sama Ayah?"
"Aku mau ikut Ayah boleh, ya, Papa, Mah?"
"Tentu boleh dong, Sayang." Claudia tidak akan melarang putranya dekat dengan Ayah kandungnya.
*******
Sudah ke sana kemari Alana mencari ke pekerjaan mulai dari tempat terdekat hingga sampai ke jarak yang cukup jauh.
Tanpa kenal lelah dan tanpa menyerah Alana terus berusaha berharap secerca cahaya mampir menyinarinya dengan tujuan membantu dia dalam perekonomian.
Alana tengah mencoba melamar menjadi penjaga toko. "Apa di sini ada lowongan pekerjaan? apapun akan saya lakukan asalkan Ibu memperkerjakan saya di sini."
"Maaf Dek, di sini tidak menerima orang dengan kaki pincang seperti adik. Para pekerja di sini harus berpenampilan modis, cantik, dan tentunya berjalan sempurna."
Alana tersenyum miris menertawakan dirinya sendiri. Hampir dari setiap tempat yang ia lamar mencari pekerjaan selalu beralasan mencari yang sempurna, cantik dan modis. Lagi-lagi orang-orang secara tidak langsung menghina fisiknya yang hanya bisa berjalan ter pincang-pincang dengan bantuan satu tongkat di bagian lengan kiri.
"Oh gitu ya, Bu. Terima kasih, kalau gitu saya permisi dulu." Alana pun kembali melanjutkan tujuannya berharap bisa mendapatkan pekerjaan.
Di tengah teriknya mentari menyoroti bumi, keringat bercucuran membasahi dahi, hiruk-piruk keramaian kota membisingkan telinga, Alana di kagetkan oleh seseorang yang menubruknya tanpa sengaja lalu melemparkan sesuatu padanya.
"Hei, Pak... Ini tasnya, Pak." Alana berteriak memanggil orang tersebut.
"Pencuri... pencuri..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Nurul Faridah
wah ini jDinya malah kayak sintron
2023-01-27
0
玫瑰
Jangan pula orang ramai salah faham dan mengira Alana pencuri pula ya thot..kasihan dia..huhu
2022-10-02
0
Ssttttt!!
Ada satu bab sebelum ini belum lolos review. 😭😭 jadi kesannya enggak nyambung.
2022-10-02
0