Malam berganti pagi, bulan pun berubah menjadi matahari. Cahaya sinar mentari pagi menyinari jendela-jendela kamar, menembus masuk menyilaukan mata gadis yang masih terpejam.
Gadis yang begitu terlelap itu merasa terganggu akan kemilau cahaya mentari pagi. Matanya perlahan mengerjap tak dapat lagi tertidur nyenyak.
Kedua tangannya menggeliat, mulutnya menguap. "Rasanya tidurku malam ini begitu nyenyak sekali. Aku berasa mimpi tidur di kasur king size dengan alas yang begitu empuk."
Gadis itu belum sepenuhnya menyadari keberadaan dia saat ini. Rasa nyaman yang ia rasakan membuatnya enggan membuka mata dan ingin melanjutkan lagi tidurnya. Namun, seketika ia tersadar kalau dirinya tidak mungkin tidur di atas kasur dikarenakan dia tengah minggat dari rumah.
"Astaga..! Aku melupakan sesuatu..!" Alana membuka matanya secara kilat, kalau dia mengedarkan pandangannya memperhatikan tempat tersebut.
"Kamar ini begitu mewah? Aku ada di mana?" Alana langsung saja mendudukkan bokongnya.
"Semalam kan aku keluar rumah lalu ikut bareng pak Tristan, apa jangan-jangan dia menjualku lagi?" Rasa panik menghampiri dirinya. Dia takut kalau Tristan berbuat jahat padanya. Lalu, dia memperhatikan penampilan pakaiannya dan merasa lega jika pakaian yang ia kenakan masih utuh.
Tapi, tetap saja Alana khawatir kalau Bosnya itu beneran menjualnya atau meninggalkannya di jalanan sampai ada orang yang membawanya.
"Kemana Pak Tristan? Apa dia beneran menjualku? Kalau aku di jual dimana uang hasil penjualannya?" otak Alana rada-rada geser nih kayaknya, sakit tuk piciknya dia berpikir seperti itu tanpa tahu dulu apa yang terjadi sebenarnya.
Saking khawatirnya dan saking takut serta rasa cemas yang timbul di dalam diri Alana, membuat gadis itu berpikiran kesana kemari secara negatif.
Dia pun mencari alat bantu berjalannya lalu perlahan dia mengambil tongkat itu dan keluar dari kamar.
Baru saja pintu dibuka, tangan seseorang malah mengetuk keningnya membuat Alana mengaduh.
"Awww kening gue...!" pekik Alana terpejam memegangi keningnya.
"Astaga sorry.. Saya tidak bermaksud mengetuk kening kamu. Tadinya saya mau mengetuk pintu malah tidak sengaja yang kena ketukan tangan saya adalah kening kamu," ucap Tristan kaget Alana berdiri di pintu kamar. Tangannya memegangi kepala Alana untuk melihat apakah ketukannya membuat kening tersebut merah atau tidak.
Tadinya dia mau membangunkan Gadis itu untuk mengajaknya sarapan bersama. Dan di saat sedang berada di depan pintu, Tristan menunduk lalu tangannya terulur ingin mengetuk. Akan tetapi yang ia ketuk-ketuk malah kening Alana.
"Bapak bisa bedain nggak sih, mana pintu, mana kening orang? Orang segede gini berdiri di depan pintu masa nggak tahu, sih, Pak? Kalau otak ku geser gimana? Kalau keningku terluka gimana? Nanti aku tuntut loh ke KPAI atas dasar kekerasan dalam rumah tangga." cerocos Alana seperti biasa yang akan cerewet sedang berhadapan dengan Tristan.
Pletak..
Tristan menyentil kening Alana dan Gadis itu kembali mengaduh. "Aaawww..." ringisnya mengusap mengusap kening yang kena sentilan Tristan.
"Kalau ngomong itu jangan sekate-kate, mana saya tahu kalau kau mau membukakan pintunya? Kalaupun tahu saya juga tidak akan mengetuk kening kamu. Lagian kening kamu tuh tidak apa-apa, tidak terluka, tidak lecet sedikitpun. Lalu tadi apa bilang, dilaporin ke KPAI atas dasar kasus rumah tangga? Kita ini bukan suami istri, nona."
Tristan menggaruk keningnya, bisa-bisanya dia dipertemukan dengan seorang wanita yang cerewetnya minta ampun. Dan untuk pertama kalinya dia dihadapkan dengan wanita seperti ini. Dulu saja mantan istri, mantan kekasihnya tidak cerewet Alana. Tapi kali ini, wanita ini sungguh luar biasa bikin telinganya mendengung karena ocehannya.
"Hehehe iya, ya, kita kan bukan suami istri. Eh Pak, kirain saya bapak itu menjual saya pada seseorang. Eh, tahunya ini rumah Bapak ya?"
"Niatnya sih begitu, mau saya jual kau kepada seorang mafia agar tubuhmu dicincang-cincang sampai kecil seperti daging, lalu akan kulemparkan daging tubuh mu ke buaya." Tristan membalikan badannya melangkah.
"Ihhh.. Tega banget sih mau menjual gadis manis berlesung pipi ini. Bapak nggak takut kalau nanti hantu ku gentayangan menghantuimu?" balas Alana sambil mengikuti Tristan seraya menunduk.
Tristan memberhentikan langkahnya tepat di dekat meja makan. Dia membalikan tubuhnya dan berkata, "Bodo amat dan gak peduli."
Dug..
Karena jalan Alana menunduk serta tidak tahu Tristan berhati, membuat Gadis itu terbentur dada bidang Tristan. Keningnya sampai kembali terbentur.
"Aduuhh pak, berhenti kok tidak pakai aba-aba dulu. Jadi nubruk kan kening saya, mana dada Bapak bagaikan beton lagi, keras. Sakit tahu kening saya." Omel Alana memberenggut kesal.
Tristan mengernyit. "Dari tadi saya mulu yang Kau salahkan, kaunya saja yang ceroboh."
Perdebatan keduanya dari tadi diperhatikan oleh Mama Jihan, Marko, Naya, Andrian dan juga Andrew yang tengah menunggu kedatangan keduanya di meja makan.
"Buk..."
"Kapan tita mulai calapannya? atu udah lapar, Uncle Ayah." celetuk Andrew memberhentikan anak yang akan kembali berucap.
Alana terperangah, banyak orang di sana. Dia kebingungan apa yang terjadi dan kenapa banyak orang? Alana mendadak bodoh, dia yang tadinya cerewet sekarang menjadi diam tak berkutik. Malu telah membuat keributan di rumah orang.
"Eh, udah nungguin, ya." Tristan pun duduk.
"Hei gadis bintik-bintik."
"Tristan..." tegur Papa Marko.
"Maaf, Pah." pria itu menunduk tidak berani menatap tatapan tajam Ayahnya.
"Kemarilah, Nak. Duduk di sini bareng tante. Kita sarapan bersama, ya?" suara Jihan membuyarkan Alana dari keterkejutannya.
"Hah.."
Kanaya berdiri, dia membantu Alana berjalan mengajaknya sarapan bersama. "Ayo, tidak perlu sungkan. anggap saja kita ini keluargamu."
Alana masih kebingungan dan tentunya masih malu. Tapi dia tidak menolak di saat Naya menyuruhnya duduk.
"Kamu pasti Alana, ya. Maafkan putra Tante suka bikin keributan. Dia Emang seperti itu sering banget bikin kerusuhan dengan orang lain." Tristan terbelalak.
"Kenapa jadi aku yang di salahin?" batin Tristan.
"Ma maaf, sa saya bikin keributan." Alana gugup, malu sudah cerewet tanpa melihat situasi sekitar.
"Kamu memang bikin ribut, suaramu berisik, cerewet, bawel, seperti burung beo saja," sahut Tristan.
"Kan berawal dari bapak sendiri, coba kalau bapak nggak ketuk-ketuk kening saya, pasti saya tidak sebawel tadi."
"Tuh kan bawel lagi," balas Tristan.
Eh... Alana menutup mulutnya lalu memukul kecil. "Dasar mulut sialan, bisa tidak sih gak usah bawel begini! Malu tahu sama orang sekitar," batin Alana menggerutu.
Mama Jihan terkekeh dan yang lain nya tersenyum. Mereka tak sedikitpun merasa terganggu akan kehadiran Alana.
"Sudah, sudah, mending sekarang kamu makan yang banyak biar ada tenaga untuk melawan Tristan." Jihan menuangkan beberapa makanan ke atas piring Alana membuat gadis itu terbelalak.
"Ajigileee... banyak bener dah tuh makanan. Ini mah untuk satu rumah," batin Alana menelan ludahnya secara kasar melihat satu piring penuh berisi makanan.
"Alana..." panggil Tristan.
"Ya.." Alana mendongak.
"Cuci muka sonoh! ada belek di matamu."
"Hah...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
玫瑰
Jadi heboh dengan kedatangan Alana..
2022-10-06
1
Anis Sulis
lucuuuuu.....alana sama tristan...
2022-10-06
0