Tristan menunjukan Alana kepada mamanya. mata Jihan pun terbelalak saat melihat seorang wanita tengah terlelap di dalam mobil Tristan. Jihan menyeret paksa dengan putranya sedikit menjauh dari mobil tersebut lalu dia mencewer telinga Tristan hingga pria itu mengadu kesakitan.
"Siapa dia, Tan? kenapa ada di dalam mobil kamu? Apa kamu sudah macam-macam kepadanya kan Mama bilang jangan sampai kamu menyakiti wanita lagi apalagi menghancurkan kehidupan seorang wanita kamu dengar gak sih nasehat mama?" Cerocos mama Jihan menjewer kuping putranya.
"Adududuh Mah, jangan jewer atuh, ini kuping Tristan bisa-bisa copot kalau terus-terusan Mama jewer. Tristan nggak ngapa-ngapain dia kok, beneran, sumpah. Aku hanya mengajak dia numpang ke mobilku saja kasihan dia habis diusir orangtuanya dari rumah."
"Apa? di usir dari rumahnya?" Mama Jihan pun melepaskan tangannya dari telinga Tristan. "Kamu gak sedang membohongi Mama kan? kamu nggak sedang pura-pura mania ngarang cerita kan?"
Tristan memutar bola matanya jengah. "Astaga mama, beneran, sumpah. Tristan nggak melakukan apa-apa. Tadi itu waktu Mama menyuruhku mengambil pesanan Mama ke butik yang ada di jalan mawar aku ketemu dia di jalan. Hampir saja Tristan menabrak dia dan untungnya aku cepat banting setir hingga mobil aku yang terbentur, nih bukti dari benturannya keningku benjol."
"Dia itu karyawan baru yang kerja dengan Tristan. Tadinya mau kutinggalin sendirian Tapi, ketika dia tengah kebingungan berdiri celingukkan di pinggir jalan sambil menenteng koper, Tristan merasa kasihan, ya, udah Tristan ajak aja. Kan kata Mama sendiri harus berbuat baik sama seseorang. Makanya Tristan sedang memperbaiki diri yaitu salah satunya berbaik hati pada orang lain." ucap Tristan panjang lebar dari A sampai Z menjelaskan kronologi kejadian yang ia alami hingga membuatnya harus berurusan dengan Alana dan membawa Alana sampai ke rumah orang tuanya.
Mama Jihan mengangguk-angguk. "Oh, mama kira kau berbuat jahat lagi pada seorang wanita."
"Ck, curigaan banget sama anaknya.
Mama Jihan cengengesan. "Mama hanya takut kamu berbuat salah langkah lagi."
"Enggak akan, Mah. Tristan udah taubatan nasuha." Jawab Tristan meyakinkan Mamanya.
"Ya, sudah. Kamu bawa masuk saja dia ke dalam! Kasihan kalau bener dia diusir orang tuanya. Eh, tapi benar kan kalau dia diusir orangtuanya?"
"Sepertinya begitu mana mungkin coba seorang wanita keluar malam-malam sambil membawa koper." balas Tristan sambil berjalan mendekati mobil lalu membuka pintu mobilnya.
Mama Jihan memperhatikannya. Nampak gadis itu begitu terlelap tanpa merasa terganggu oleh pergerakan yang di lakukan Tristan terhadapnya.
Kkkrrrrrhhh...
Tristan dan Jihan saling lirik, keduanya melotot mendengar suara dengkuran keras keluar dari mulut seorang wanita. Kedua orang tersebut malah mengulum senyum ingin tertawa.
"Sssttttt mingkem! Jangan tertawa kamu, buruan bawa dia ke kamar ruang tamu."
"Mama juga jangan tertawa."
Di saat tiba di depan pintu ruang tamu, Papa Marko yang baru saja keluar dari ruangan kerja mengernyit heran.
"Tan, siapa yang kau bawa?"
"Nanti Mama jelaskan, Pah. Kasihan gadis itu biar dia istirahat dulu." Sahut Mama Jihan dan Papa Marko mengangguk.
Tristan masuk ke dalam kamar dia membaringkan perlahan tubuh Alana. namun tangannya malah dicekal oleh Alana.
"Pah, Jangan tinggalin Alana, Pah. Alana mau ikut Papa saja ke surga. Aku tidak sanggup lagi tinggal sendirian di sini, tidak ada yang sayang sama Alana, Pah. Ibu sama Ica nggak pernah sayang sama Alana. Alana ingin ikut Papa Alana ingin bersama-sama Papa, jangan tinggalin Alana, Pah. hiks hiks."
Alana mengigau sambil mencengkram kuat lengan Tristan melepaskannya di dalam mimpinya Gadis itu tengah bertemu orang yang ia sayangi yaitu Papanya di dalam mimpinya Alana memeluk tubuh Papanya mencegah pergi.
Tristan terus memperhatikan wajah kerisauan yang terpancar jelas di raut wajah Alana. Entah kenapa sejak pertama kali bertemu dengan gadis ini hatinya selalu tersentuh untuk menolongnya.
"Aku tidak tahu apa yang sedang kau impikan dan apa yang saat ini kau alami. Namun, hati kecilku berkata untuk menolongmu." Tristan duduk di tepi ranjang kemudian tangannya mengusap rambut Alana memberikan sebuah ketenangan agar Gadis itu tidak mengigau dan risau dalam mimpinya.
Benar saja, apa yang Tristan lakukan membuat Alana kembali tenang dan perlahan dia pun melepaskan genggaman tangan Alana lalu keluar kamar bergabung dengan orang tuanya.
"Tan, jadi Gadis itu memiliki kekurangan?" ucap Marko.
"Iya Pah."
Papa Marco menghelakan nafasnya secara kasar. "Untuk sementara waktu, ajak dia tinggal di sini saja dulu. Papa tidak akan keberatan Kalau gadis malam itu tinggal di sini menemani mama."
"Bener, Tan. Mama dan Papa sudah berbicara tadi Kalau dia tinggal di sini dulu. Mama jadi penasaran terhadap Gadis itu. Apa yang ia alami hingga sampai malam-malam sendirian di rumah membawa koper berisi pakaian."
"Apa tidak akan merepotkan kalian? hmmm maksudku..."
"Karena gadis itu tidaklah sempurna?" tanya Mama dan Tristan mengangguk.
"Jangan pernah menilai seseorang dari ketidaksempurnaannya. Kalaupun kita ingin menolong, menolonglah dari hati yang paling dalam. Mama tidak akan keberatan kalau dia tinggal dulu di sini. Dia itu seorang wanita apalagi dengan keterbatasannya seperti itu, Mama takut di luaran sana banyak orang yang berbuat jahat padanya.
"Mungkin ini salah satu cara Tuhan untuk memberikan kamu sebuah tujuan menolong seseorang. Dan mungkin orang itu adalah gadis itu jadi Papa harap kalaupun kau ingin menolongnya tolonglah dia. Dan Papa tidak akan diam kalau ada anggota baru di rumah ini. Papa akan mencari tahu siapa gadis itu? berasal dari mana? dan kenapa bisa dirinya sampai keluar rumah?"
"Baiklah, kalau Papa dan Mama setuju Tristan ikut apa kata kalian saja."
*******
Kediaman Alana
Dewi tengah duduk menangis memeluk yang ada dia dan putrinya. "Pah, Maafkan Mama yang selalu berbuat kasar kepada putri kita. Mama tidak bisa membohongi hati kecil Mama kalau mama selalu sakit ketika memperlakukan anak kita tidak baik seperti itu. Maafkan Mama juga yang tidak bisa menjaga Alana."
"Tapi mama tidak terima kalau anak kita dilahirkan cacat. Mama malu orang-orang mengetahui Alana cacat, Mama malu diperbincangkan orang kalau kita memiliki Putri yang cacat. Tapi mama juga merasakan sakit hati saat ibu yang melahirkannya berbuat jahat kepada Alana."
"Maafkan Mama terus menyakiti Putri kesayangan Papa. Maafkan Mama membiarkan anak kita pergi dari rumah ini. Mama tidak sanggup lagi terus memperlakukannya kasar. Maka dari itu Mama memilih untuk membiarkan Alana pergi daripada dia harus terus-menerus Mama sakiti lahir dan batinnya. Mama minta maaf, Pah."
Isak tangis pilu terdengar begitu lirih di dalam kamar berukuran 3x3 meter itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Nurul Faridah
memangnya alana bukan anak kandung dewi ya
2023-01-27
0
玫瑰
Anak yang lahir itu cacat atau tidak, bukan ibu bapa yang tentukan. Sempurna atau tidak, kena terima lah takdir nya.
Ramai pasangan yang ingin memiliki anak tetapi tidak dikurniakan anak.
BTW, terima kasih ya author sudah update lagi ♥️♥️
2022-10-05
0