Kini kami sudah berada di acara resepsi pernikahan kak Nadia dan Dr Evan. aku segera menuju dimana kak Lyra sedang duduk santai bersama bang Arman.
Pasangan itu benar-benar romantis.dari jarak beberapa meter aku menyaksikan bang Arman menyuapi kak Lyra puding coklat. dengan tatapan penuh kasih sayang.
Aku sempat berpikir kenapa sikap Pria itu jauh berbeda dengan Dr Kutub. bang Arman begitu lembut dan sangat pandai menghormati wanita. bicaranya selalu menggunakan perasaan. beda benget sama dia yang asal njeplak aja tuh bibir.
"Hai,Fa. kamu sama siapa? Mama dan yang lainnya mana?" tanya kak Lyra sembari mengambil Yanju dari gendonganku
"Aku sama dia,Kak," jawabku
"Dia? dia siapa?" tanya kak Lyra. kedua pasangan itu menatapku
"Ah, itu. beruang kutub. aduh maksud aku, bang Yandra," ya ampun kenapa nih lidah kepeleset terus. kenapa aku seperti orang mempunyai dendam kesumat dengannya
Bang Arman dan kak Lyra saling bertatapan. "Hahaha... ya, kakak setuju dengan panggilanmu itu." kak Lyra membenarkan ucapanku.
"Ngenes banget gelar yang didapat," balas bang Arman tersenyum
"Gelar apa maksudnya?" tiba-tiba dia sudah berada di belakang kami
"Ehem... bukan gelar apa-apa. kamu sudah datang. Mama dan Papa,mana?" akhirnya aku selamat. bang Arman mengalihkan pembicaraan.
"Masih di belakang," jawabnya sembari duduk disamping bang Arman, dan fokus dengan ponselnya.
"Fa, kakak bawa Yanju kedalam dulu ya. sepertinya dia sudah haus, kamu silahkan cari makanan yang enak-enak. tadi kakak dan abangmu sudah cobain bermacam-macam. nih perut rasanya sudah padat sekali. hehe..."
Aku ikut tertawa mendengar celoteh kak Lyra. ya, sepertinya sekilas aku melewati meja hidangan itu memang banyak menu yang menggiurkan. kebetulan aku belum makan.
Setelah kak Lyra masuk, aku masih berdiri ditempat. bingung juga disini tidak ada orang yang aku kenal, karena ini pesta kerabat dari kak Lyra. aku hanya benar2 tamu undangan. hanya kak Nadia dan Dr Evan yang aku kenal, tetapi mereka sedang sibuk menyambut tamu di pelaminan.
"Fa, ayo Abang temenin kamu cari makanan yang enak. tadi Abang udah nyobain sama kakakmu,"
Ucapan bang Arman membuyarkan lamunanku. dan aku segera menerima ajakannya. lumayan ada teman bicara jadi tidak terlihat terlalu kaku. aku berjalan mendahului bang Arman.
Saat aku sudah sampai di meja hidangan. netraku menyapu menu hidangan satu persatu. aku bingung mau makan yang mana. semuanya terlihat menggiurkan. tapi tunggu dulu. kok bang Arman nggak jadi menemani aku?
Aku segera menoleh mencari keberadaan Pria itu. loh kok dia duduk lagi. tau ah, bang Arman nggak jelas deh. tapi yaudah aku ambil sendiri aja, aku masuk di antara kerumunan para tamu yang sedang mengambil menu makanan.
"Mau cobain yang ini?" seseorang menyodorkan sebuah piring kecil yang berisikan kek coklat lumer.
"Dokter Yoga! kok tahu aku menyukai coklat?" ucapku sembari menerima piring kecil yang berisikan kek coklat itu
"Ya tahu dong. karena cewek paling suka coklat. jika kamu sukanya kopi, baru patut dipertanyakan,hehehe..."
"Hihi... Dokter bisa aja,"
"Ayo cobain, enak 'nggak?"
Aku segera mencobanya. "Hmm... enak, lumer banget. Dokter ambil dimana sih? kok aku nggak kelihatan,"
"Udah habiskan itu dulu. nanti jika kurang akan ku ambilkan kembali untuk kamu," ucapnya dengan sungguh.
"Nggak, udah cukup, Dok. hehe.." tolakku.
"Makan itu nggak usah kaya anak kecil," ucapnya membuat aku tidak mengerti
"Maksudnya?"
"Ini. kamu makannya jangan belepotan," dia spontan menghapus sisa coklat di bibirku menggunakan tissue.
Aku benar-benar merasa malu. ku lirik semua mata menatap kami. tubuhku membatu. aku berusaha untuk tetap rileks. "Terimakasih,Dok. aku bisa mengelapnya sendiri. jangan terlalu susur, nggak enak dilihat semua orang," bisikku pelan
Aku menjauhkan diri. dia menatapku dengan senyum simpul. "Kenapa? apakah kamu malu jika orang menyangka kita ada hubungan?"
"Bu-bukan begitu,Dok. tapi...-"
Prrangggg!
Aku tersentak saat mendengar sebuah gelas beradu begitu keras. segera kucari asal suara itu.
Dia? kenapa menatapku dan Dokter yoga begitu?
Aku melihat tatapnya begitu penuh emosi. sebenarnya dia kenapa sih? apakah ada yang salah padaku. apakah aku dan Dr Yoga sudah membuat malu. tapi apa yang salah. sedangkan bang Arman tidak berkomentar.
Tau ah. dia kan beberapa hari ini memang aneh. biarin aja. aku segera menuju meja panjang yang berkonsep standing party. sebelum tanganku menarik sebuah kursi. Dr Yoga sudah terlebih dahulu.
"Silahkan duduk Cikgu," dengan senyum menawan. aku kembali dibuat kikuk oleh perlakuan dokter jantung itu.
"Terimakasih,Dok. aku segera duduk.tetapi ekor mataku masih memperhatikan Dr Kutub itu.
Dia naik ke pelaminan memberi ucapan selamat pada kedua mempelai. dan ikut berfoto bersama pengantin dan rekan-rekannya yang lain. mereka semuanya sudah terlihat akrab. mungkin itu semua para staff di RS. walaupun semua orang berpose secara heboh tapi kulihat Pria itu tak memperlihatkan mood yang baik di wajahnya. ternyata memang sudah begitu Dimanapun dan bersama siapapun aura dinginnya tetap keluar, tersenyum hanya seperlunya saja.
Ngidam apa sih Mama Anggi saat hamil dia. es balok kali 'ya. hihi aku jadi mikir apaan sih? saat aku masih memperhatikan kehebohan mereka di atas panggung. tak sengaja netraku bertatapan dengannya, dia menatapku dengan sorot mata yang sulit aku artikan. yang jelas sama sekali tidak mengandung persahabatan. ku alihkan segera tatapanku, segera berpindah pada Pria yang duduk di hadapanku.
Aku heran kenapa Dr Yoga tidak ikut foto bersama padahal dia juga bagian dari mereka. "Dok, kenapa tidak ikut bersama mereka?" akhirnya aku beranikan bertanya pada Pria yang sedari tadi menemani aku.
"Oh, lagi malas. ntar aja," jawabnya singkat
Saat aku dan Dr Yoga sedang ngobrol. aku merasakan pundakku ada yang merangkul dari belakang. "Taraaaa... hehe.kakak, aku kangen deh,"
"Najuwa! kamu ikut juga. ibu dan ayah mana,Dek?" aku memeluknya, aku juga sangat rindu dengan adik bungsuku itu.
"Ikut dong,kak. bang Yusuf juga ikut,"
"Oh,ya? yaudah kamu duduk dulu. biar kakak ambilkan kamu makan. kamu mau makan apa?" tanyaku pada sibungsu
"Aku makannya nanti saja,kak. aku minta uang dong, mau beli gulali abang-abang yang ada di depan,"
"Ya ampun, Najuwa. makan dulu nanti beli gulalinya," ya kebiasaan buruk adikku yang susah makan tapi suka jajan.
"Mau gulali berapa banyak? nanti Abang beliin. tapi syaratnya harus makan dulu," tiba-tiba Dr Yoga nimbrung pembicaraan kami.
"Abang siapa?" tanyanya polos
"Oya, kakak lupa. kenalin dia bang Yoga, teman kakak," ucapku
"Oh, bang yoga yang waktu itu bawain kita ayam goreng ya,Kak? wah ternyata Abang orangnya baik banget dan Tampan lagi. hehe..." anak kecil itu pandai sekali memuji
"Benarkah? waduh Terimakasih atas pujiannya. soalnya hanya Najuwa yang bilang Abang Tampan," sahutnya
"Masa sih, Bang? emang kak Fatimah nggak mengakui bahwa Abang Tampan? mungkin kakak malu,Bang. hahaha..."
"Cua!" ujarku sembari mempelototi bocah itu
"Kamu udah dari tadi,Nak?" tanya ibu dan Mama Anggi baru datang,dan di ekori oleh Yusuf dari belakang
"Iya, kira-kira sudah tiga puluh menit, Bu. ayah mana?" tanyaku pada ibu.
"Ayahmu dengan Papa disana," tunjuk Mama Anggi
Aku melihat ayah dan Papa Malik begitu dekat. mereka benar2 baik. mereka keluarga kaya raya tidak membedakan status sosial seseorang. aku sangat mengagumi
kebaikan keluarga ini.
Tak ada alasan untuk kecewa jika perasaanku tidak terbalas oleh putra mereka. mulai sekarang aku harus pandai menempatkan diri dan menjaga hati agar tak kembali berharap padanya. aku tidak boleh egois. aku sudah sangat bersyukur karena mereka memperlakukan keluargaku dengan sangat baik. jadi aku tidak boleh bermimpi lagi untuk menjadi menantu mereka.
Saat ibu dan Mama Anggi sudah masuk kedalam. kulihat Yusuf masih berdiri di dekatku.
"Dek, duduklah kenapa berdiri. kamu mau makan apa? biar kakak ambilkan tanyaku pada Pria dingin itu. ya, Yusuf memang tergolong dingin. tetapi dia sangat menyayangi keluarganya.
"Nanti saja,Kak. belum lapar." jawabnya tetapi tatapannya tak terlepas dari Dr Yoga
"Boleh kita kenalan. namaku Yoga," dr itu sepertinya sudah tahu tatapan yang mengintimidasi.
Aku sedikit tegang melihat sorot mata Yusuf. namun akhirnya aku merasa lega. dia menerima uluran tangan Dr Yoga.
"Namaku Yusuf,Bang." sambutnya lumayan ramah
"Wah, huruf depan nama kita sama ya," balas Dokter yoga memecah kekakuan. tetapi Yusuf hanya menanggapi dengan senyum ringan.
"Hai, Suf. kamu udah dari tadi?"
"Belum,Bang. Abang darimana kok baru kelihatan?"
"Itu dari dalam. kamu udah makan? yuk kita ambil makan, soalnya Abang juga udah lapar,"
"Baiklah."
Yusuf dan Dr Yandra beranjak menuju meja hidangan. sementara itu kami hanya terdiam melihat kedekatan mereka.
"Bang Yoga, mana janjinya mau beliin aku gulali. ini makanan aku udah habis lho bang," tiba-tiba situkang jajan membuyarkan pikiran kami masing-masing.
"Hehehe... ayo kita beli sekarang, aku tinggal sebentar ya,Fa." ujar Dr Yoga beranjak sembari menggandeng Najuwa.
Aku hanya tersenyum melihat kepergian mereka. aku merasa sekarang, Dr Yandra dan Dr Yoga seperti orang tidak mengenal satu sama lain, padahal mereka satu profesi dan di RS yang sama. sebenarnya ada apa? padahal sebelumnya aku melihat mereka lumayan dekat.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏🤗
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Yani
Mungkin Dr Ysndra udah ada hati tapi gengsi
2024-07-26
1
Buna_Qaya
nyariin paragraf nya Arman Lyra🤭
2022-10-01
0
Nora♡~
Aahaaah...Jaga2... Doktor Yandra... jangan banyak gingsi.... nanti burung merpati di sembar helang.... baik kamu cepat2 ikat kakinya nanti terlepas kau juga menangis tak berlagu doktor Yoga tuu tampan dan baik pula tuu...lagi pun Cikgu Zara tuu Cantik Rupawan banyak kumbang yang datang...😅🤭lanjuuut..
2022-10-01
1