Makan siang

Setelah Bu Anggi meminta izin pada kedua orangtuaku.mereka juga meminta izin agar aku diperbolehkan tinggal bersama mereka, untuk lebih mudah melakukan metode induksi laktasi.

Ibu dan ayah mengizinkan, selagi aku tidak keberatan dan ikhlas dengan segala yang aku lakukan. malam itu juga aku ikut bersama mereka. rasanya berat sekali untuk berpisah dari keluarga, padahal aku baru beberapa bulan berkumpul dengan orangtua dan adik-adikku.

Tapi demi niat tulusku, yaitu hanya untuk Yanju. bayi mungil yang selama beberapa Minggu ini sudah mencuri hatiku. dan rasa sayang sudah tercurah padanya. aku hanya tidak ingin bayi kesayanganku itu sakit.

Siang ini semua murid sudah pulang. kulihat jam yang menempel di dinding lokal. sepertinya masih ada waktu lima belas menit lagi. kugunakan waktu itu untuk mengoreksi tugas yang sudah dikumpulkan.

Saat aku masih fokus dengan aktivitas, suara notif pesan mengusik konsentrasi, kulirik ponsel yang ada diatas meja

Ayo keluar aku sudah menunggumu

Pesan dari nomor baru. ku usap benda pipih itu. dan melihat profil pengirim pesan yang bergambar lambang palang merah. nomor Dr dinginkah?"

Siapa? Balasku

Keluar saja nanti kamu tahu siapa aku!

"Siapa sih! apakah benar dia? tapi tadi aku sudah bilang tidak ingin dijemput olehnya." gumamku sembari mengemasi buku-buku yang sebagian belum selesai aku nilai.

Sebagian buku-buku yang telah di nilai kusimpan kedalam lemari dan sebagiannya lagi kubawa pulang untuk diselesaikan di rumah.aku segera menuju gerbang sekolah.

Dari beberapa meter kulihat sebuah mobil yang rasanya sudah tak asing lagi. dan si empunya keluar sembari mengukir senyum menawan. aku membalas senyum itu dengan sekedarnya.

"Dokter Yoga! kok tahu aku mengajar disini?" tanyaku sedikit penasaran, walaupun aku sudah firasat bahwa ibu lah yang memberi tahu

"Ya tahu dong. dimanapun kamu berada aku pasti bisa menemuimu," ucapnya sedikit sombong

"Hmm!" balasku menggerakkan sedikit bibir seperti mengejek

"Kamu nggak percaya? dengan kata-kataku?"

"Enggak tuh. lagian buat apa dokter repot-repot mencariku?"

"Buat suatu tujuan,"

"Tujuan? apa maksud Dokter?"

"Maksud aku adalah..-"

Tin...Tin!

Suara klakson mobil memotong pembicaraan kami. Ngapain dia datang sih! padahal tadi aku sudah bilang tidak ingin dijemput olehnya.

"Fa, ayo kita pulang,"

"Maaf, Dok. Fatimah pulang dengan saya," dr Yoga menyela ucapannya

"Maaf, Dr yoga. saya tidak bicara dengan anda!"

"Tapi aku pulang bersama dokter Yoga,Bang. maaf." sambutku yang membuat dia menatap dengan wajah datar,manik matanya terlihat tajam

Dokter Yoga segera membukakan pintu mobil untukku. sebenarnya aku tidak mengerti mengapa sikap dokter yoga begitu manis, ada apa sebenarnya? aku tidak ingin menduga-duga bahwa dia menyukaiku.

Mana mungkin seorang dokter mempunyai titel yang sama dengannya, dan juga memiliki wajah tak kalah tampan. menyukai aku. ah itu benar- benar tidak mungkin.

Saat mobil yang dikendarai Dr Yoga meninggalkan pekarangan sekolah, seiring mobil bergerak aku menatapnya dari balik jendela mobil yang tertutup kaca film yang gelap. kulihat dia masih berdiri ekor matanya tak lepas dari mobil yang sedang aku tumpangi itu.

***

Di perjalanan pulang. aku hanya diam sembari menatap keluar. ada rasa kesal dihatiku. kenapa dia masih memberiku perhatian padahal aku sedang berusaha untuk menghindarinya.

Apakah dia tidak tahu bagaimana sulitnya aku untuk bisa setenang ini saat berhadapan dengannya. aku selalu mengingat pesan ibu. aku tidak ingin kecewa lagi.

Saat aku sedang larut dalam lamunan. tanpa sadar mobil sudah berhenti di sebuah Cafe,aku sedikit terkejut "Loh, kok berhenti di sini Dok? mau ngapain?"

"Mau makan. ayo turun kita makan dulu, kamu pasti belum makan siang kan?"

"Tapi,aku,"

"Tapi apa? kamu memikirkan bayimu. sudahlah dia kan masih ASI dengan Bundanya. lagian kamu masih berproses kan." ucapnya yang membuat aku ternganga

Dari mana dia tahu tentang semua itu? apakah ibu juga yang memberitahunya? tapi aku rasa ibu tidak mungkin mau bercerita banyak pada seseorang yang baru beliau kenal. ah entahlah memory otakku tumpul jika disuruh memikirkan hal yang tidak aku tahu.

Sebuah meja yang sedikit dipojok menjadi pilihan Dr Yoga. Cafe ini cukup mewah, dindingnya yang terbuat dari kaca, memperlihatkan pemandangan kota Medan yang indah, dan dipadu dengan interior modern rustic maka menambah kesan yang mewah dan elit

Ini kali pertama aku masuk ketempat makan yang bisa kutaksir untuk golongan kelas atas.sedikit gugup dan nervous. ya, maklum saja aku yang dibesarkan dari keluarga sederhana maka sejak aku sekolah dasar hingga kuliah, aku selalu menepati standar ekonomi keuanganku.

Bahkan saat kuliah aku harus pandai menghemat uang saku yang ayah berikan, untuk bajet yang sudah di tentukan.

"Fa, kamu mau pesan menu apa?"

"Ah, ya. hmm?" aku melihat daftar menu yang dia sodorkan, sekian banyak menu yang kubaca hanya satu menu yang menarik perhatianku yaitu. steak crispy chicken fillet.

"Yang ini saja,Dok," aku menunjuk menu itu dan minumnya jus jeruk.

"Steak ayam, kamu tidak mau coba steak daging?"

"Ah tidak. aku tidak suka daging,"

"Oh.. kamu tidak suka daging ya. oke, kita pesan sekarang." dia segera memanggil pelayan cafe dan memesan menu yang kami mau

Saat sedang makan, sekilas aku menangkap Indra pengelihatannya sedang menatapku dengan sendok menggantung. sepertinya ada sesuatu yang ingin dia tanyakan tapi entahlah mungkin itu hanya firasatku saja

"Fa, apakah kamu ada masalah dengan Dr Yandra?"

"Uhuk ..Uhuk...!" aku tersedak mendengar pertanyaannya. ya, masalah itu ada pada perasaanku

"Ayo minumlah." dia menyodorkan segelas air putih dengan raut wajah sedikit cemas.

"Maaf jika pertanyaanku membuatmu tak nyaman," serunya sembari mengulang menyendok makanannya

"Ah, tidak apa-apa,Dok. aku tidak ada masalah apapun dengan Dr Yandra." jawabku dengan senyum untuk menutupi perasaanku.

"Syukurlah. ayo habiskan makananmu." ujarnya menutup percakapan dan kembali fokus dengan menu yang ada di piringnya.

***

Siang setelah diantarkan pulang oleh Dr Yoga.aku segera naik keatas untuk menemui putra kesayanganku. sementara Dr yoga masih ngobrol dengan Papa Malik dan Mama Anggi.

Saat sampai di lantai dua. aku berpapasan dengan bang Arman dan kak Lyra. sepertinya mereka sudah rapi dan ingin berpergian.

"Fa, kamu baru pulang?" tanya kak Lyra

"Iya, kak. udah rapi nih, mau kemana kakak dan Abang?"

"Kami mau jalan-jalan sebentar. kakak titip Yanju sebentar ya,"

"Oke, aman kak. Yanju biar sama aku," jawabku dengan senyum

Aku segera mengambil bayi mungil itu dari gendongan kak Lyra, membawanya masuk ke kamarku

Setelah membaringkang bayi mungil itu, aku segera menukar pakaian dan mengambil wudhu untuk sholat Zuhur. setelah sholat aku kembali mencoba memberikan Yanju ASI secara eksklusif.

Walaupun masih terasa kurang nyaman dan canggung, tapi harus sering agar aku terbiasa. saat aku masih fokus dengan latihan pemberian ASI eksklusif

Cklekk!

Pintu kamarku terbuka. aku segera memperbaiki pakaianku dan saat menyadari siapa orang yang berdiri di depan pintu itu. entah kenapa jantungku kembali berdegup tak menentu. namun aku berusaha untuk tenang

"Ah, maaf!" serunya dengan wajah sedikit kaku sembari menggaruk kepalanya.

untung saja aku membelakangi pintu. kalau tidak...? ya ampun, apa sih nih otak!

"Tidak apa-apa,Bang. lain kali tolong ketuk pintu dulu,"

"Baiklah..."

Dia berjalan mendekat dan mengambil Yanju dari pangkuanku. dia menatapku dengan dalam, aku segera menghindar dari tatapan itu.

Ayo Fatimah kamu harus bisa. jangan terpancing lagi oleh tatapan mata hitam kecoklatan itu.

"Abang ingin bermain dengan Yanju? kalau begitu aku kebawah dulu," aku segera beranjak dari pinggir ranjang yang sedang aku duduki

"Fa..."

Langkahku berhenti dan menoleh padanya. "Ada apa,Bang?"

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Ya silahkan,"

"Apakah kamu dan dokter Yoga ada hubungan?"

Pertanyaan itu membuat jantungku tak sehat. apa maksud pertanyaannya? apa urusannya menanyakan hal itu. secepat mungkin ku tepis anggapan yang bermunculan di otakku.

Tidak. pertanyaan itu tidak mungkin bentuk rasa cemburunya pada Dr Yoga. hei.. ayolah sadar dia tidak menyukaimu.

"Maaf,bang. sepertinya aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu," tukasku

"Kenapa? apakah itu benar?"

"Aku rasa itu tidak ada urusannya dengan Abang. jikapun benar apakah ada masalah dengan Abang. nggak kan?"

Aku segera keluar meninggalkan dia yang masih terpaku. entahlah jawaban seperti apa yang sedang aku kemukakan. andai saja Dr yoga mendengarnya maka dia pasti akan tertawa dengan tingkat kepedean ku merasa disukai oleh lelaki itu.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Bagus Fatimah 👍

2024-07-26

1

andira

andira

lanjut Thor

2022-09-26

0

Buna_Qaya

Buna_Qaya

wah Yandra ada apa dengan dirimu

2022-09-26

0

lihat semua
Episodes
1 Mengantar bekal ke rumah tuan Malik
2 Di omeli Ibu
3 Ikut ayah menjemput majikannya
4 Belanja
5 Curhat pada ibu
6 Di kediaman keluarga Malik
7 Jujur
8 Menukar panggilan
9 Di RS
10 Kebaikan Dokter Yoga
11 Penolakannya
12 Kembali curhat pada ibu
13 Makan siang
14 Membeli kado
15 Di Pesta
16 Putri Dokter Yoga
17 Ada apa dengannya
18 Sikapnya yang menyakitkan
19 Luluh
20 Ungkapan perasaan
21 Ayah masuk RS
22 Kembali berdebat
23 Cari makan
24 Bicara dari hati ke hati
25 Di Taman
26 Ungkapan perasaan Yandra
27 Fatimah diantar pulang
28 Acara lamaran
29 Menerima lamaran
30 Sampai ditujuan
31 Fatimah syok
32 Permintaan maaf
33 Salah paham
34 Trauma
35 Kekecewaan Dr Yoga
36 Melahirkan
37 Tabrakan
38 Patah tulang
39 Yandra mumet
40 Baikan
41 Prihal kado
42 Zahra pergi
43 Gosip tetangga
44 Kebahagiaan
45 Menerima tawaran sang dokter
46 POV Dr Yoga
47 POV Dr Yoga 2
48 Sah jadi pasangan suami istri
49 Menuju Hari H
50 Sah menjadi pasangan suami istri 2
51 Resepsi
52 First kiss
53 MP
54 Kekecewaan Zahra
55 Memaafkan
56 Rencana liburan
57 Dirumah Ibu
58 Mobil pick up untuk Ayah
59 Mengetahui yang sebenarnya
60 Kejutan di RS
61 Bertemu mantan
62 Bertemu mantan 2
63 Ujian selesai
64 Berangkat liburan
65 Kejadian tak terduga
66 Minta maaf
67 Menghindari
68 Capek membujuk
69 Siapakah pasien suaminya itu?
70 Sama-sama posesif
71 Ziarah ke makam Arif
72 Rencana Caesar Lyra
73 Dugaan Yandra
74 Kondisi Lyra memburuk
75 Mengetahui tentang Yoga
76 kecemasan Zahra
77 Perubahan sikap Fatimah
78 Positif
79 Memberi kabar Ibu
80 Kemarahan Yoga
81 Nasehat sang istri
82 Hadiah untuk Fatimah
83 Kepergian Mama
84 Fatimah kontraksi
85 Melahirkan
86 Kebahagiaan orangtua
87 Kecurigaan Yoga
88 Ending
89 Pengumuman
90 Novel baru. (Kutukar diriku Demi Sebuah Keadilan
91 Karya baru
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Mengantar bekal ke rumah tuan Malik
2
Di omeli Ibu
3
Ikut ayah menjemput majikannya
4
Belanja
5
Curhat pada ibu
6
Di kediaman keluarga Malik
7
Jujur
8
Menukar panggilan
9
Di RS
10
Kebaikan Dokter Yoga
11
Penolakannya
12
Kembali curhat pada ibu
13
Makan siang
14
Membeli kado
15
Di Pesta
16
Putri Dokter Yoga
17
Ada apa dengannya
18
Sikapnya yang menyakitkan
19
Luluh
20
Ungkapan perasaan
21
Ayah masuk RS
22
Kembali berdebat
23
Cari makan
24
Bicara dari hati ke hati
25
Di Taman
26
Ungkapan perasaan Yandra
27
Fatimah diantar pulang
28
Acara lamaran
29
Menerima lamaran
30
Sampai ditujuan
31
Fatimah syok
32
Permintaan maaf
33
Salah paham
34
Trauma
35
Kekecewaan Dr Yoga
36
Melahirkan
37
Tabrakan
38
Patah tulang
39
Yandra mumet
40
Baikan
41
Prihal kado
42
Zahra pergi
43
Gosip tetangga
44
Kebahagiaan
45
Menerima tawaran sang dokter
46
POV Dr Yoga
47
POV Dr Yoga 2
48
Sah jadi pasangan suami istri
49
Menuju Hari H
50
Sah menjadi pasangan suami istri 2
51
Resepsi
52
First kiss
53
MP
54
Kekecewaan Zahra
55
Memaafkan
56
Rencana liburan
57
Dirumah Ibu
58
Mobil pick up untuk Ayah
59
Mengetahui yang sebenarnya
60
Kejutan di RS
61
Bertemu mantan
62
Bertemu mantan 2
63
Ujian selesai
64
Berangkat liburan
65
Kejadian tak terduga
66
Minta maaf
67
Menghindari
68
Capek membujuk
69
Siapakah pasien suaminya itu?
70
Sama-sama posesif
71
Ziarah ke makam Arif
72
Rencana Caesar Lyra
73
Dugaan Yandra
74
Kondisi Lyra memburuk
75
Mengetahui tentang Yoga
76
kecemasan Zahra
77
Perubahan sikap Fatimah
78
Positif
79
Memberi kabar Ibu
80
Kemarahan Yoga
81
Nasehat sang istri
82
Hadiah untuk Fatimah
83
Kepergian Mama
84
Fatimah kontraksi
85
Melahirkan
86
Kebahagiaan orangtua
87
Kecurigaan Yoga
88
Ending
89
Pengumuman
90
Novel baru. (Kutukar diriku Demi Sebuah Keadilan
91
Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!