Kini sudah beberapa hari semenjak aku mendengarkan jika dia hanya menganggapku hanya sebagai adik. maka aku memutuskan untuk tidak terlalu banyak berharap pada perasaanku ini.
Pagi ini aku sengaja tidak masuk sekolah. aku menjaga Yanju, karena mendengar bang Arman sedang kritis di RS. maka aku menjaga Yanju dengan waktu yang ekstra. semua keluarga ada di RS
Aku benar-benar menyayangi bayi itu. aku menyayanginya bukan karena dia adalah anak dari Pria yang aku cintai,tapi aku tulus sayang dari lubuk hatiku tanpa embel-embel apapun. aku tidak peduli dia anak siapa karena hatiku sudah terpaut oleh bayi mungil itu.
Siang ini aku sedang bermain dengan bayi lucu dan tampan itu. dengan ocehannya yang tak jelas membuat aku tersenyum dan tertawa lucu
Cklekk!
Pintu kamar terbuka. aku segera menoleh untuk memastikan bahwa ada yang masuk. benar saja, sosok yang kini berusaha aku hindari sudah berdiri di belakangku
"Fa, kamu sekarang siap-siap ya. kita akan ke RS, bang Arman ingin bertemu Yanju," ujarnya
"Apakah bang Arman sudah sadar?" tanyaku begitu penasaran
"Alhamdulillah sudah,Fa."
"Alhamdulillah ya Allah... semoga bang Arman cepat pulih ya,Bang," balasku dengan rasa bahagia
"Aamiin... yaudah sekarang kamu siap-siap ya. aku tunggu dibawah,"
"Baik, Bang. aku siap-siap bentar." jawabku. dia segera buru-buru turun, aku sedikit heran melihat sikapnya. biasanya dia akan mengambil Yanju dan memberikan kecupan pada bayi mungil itu. tapi kenapa sekarang dia melupakannya
Ah, sudahlah.mungkin saja masih ada urusan yang lainnya atau ada sesuatu yang ingin dia ambil di kamarnya.
Aku segera siap-siap. dan membereskan semua barang keperluan Yanju yang akan aku bawa ke RS. setelah selesai, aku segera turun sembari menggendong Yanju
Saat aku menuruni anak tangga, sayup-sayup terdengar suara obrolan dan tawa seorang wanita. suara siapa itu? apakah ada tamu bang Yandra? aku segera mendekati arah suara itu.
Saat aku sudah berada di ruang tamu, aku melihat sosok wanita cantik dengan potongan rambut Bob. wanita itu begitu bahagia dengan senyum yang tak terlepas dari bibirnya. begitu juga dokter dingin itu. senyumnya terus mengembang. baru kali ini aku melihat Pria itu dengan raut wajah yang bahagia saat bicara dengan wanita.
"Maaf,saya sudah siap," ujarku sedikit mengalihkan pandangan mereka. aku dan wanita cantik itu saling bertatapan. tetapi tidak ada ucapan yang keluar. aku hanya mengulas senyum kepadanya, begitupun dia hanya membalas senyumku dengan sekedarnya.
"Baiklah... kita pergi sekarang. ayo Wi." ajaknya kepada wanita itu sembari berlalu dari hadapanku.
Aku mengikuti langkah kedua orang itu. kulihat wanita cantik itu sudah begitu akrab dengannya. sehingga tanpa persetujuan apapun dia segera menempati bangku ACC. aku segera duduk di bangku belakang kemudi.
***
Diperjalanan. mereka ngobrol tak henti- hentinya. aku hanya bisa memperhatikan dan mendengarkan semua obrolan mereka. kedua insan itu begitu menikmati dunia obrolan mereka, sehingga mereka melupakan kehadiranku di belakang.
Ada rasa sakit di bathinku melihat senyum indah itu selalu ia berikan kepada wanita yang ada disampingnya. kenapa aku tidak bisa membuat dia tersenyum seperti itu. apakah aku ini memang tidak menarik di matanya?
Sudahlah Fatimah. berhenti berharap, lihatlah dirimu bukan siapa-siapa dimatanya. kamu tidak akan pernah dilirik olehnya. lihatlah wanita itu dia begitu sempurna.
Aku mengalihkan perhatian dengan membawa bayi mungil yang ada dipangkuanku bicara. ditambah dengan ocehannya yang menggemaskan. aku tidak ingin menghiraukan mereka. terserah mereka mau tersenyum ataupun tertawa jungkir balik pun aku tak peduli.
Setelah sampai di RS. kembali lagi aku mengikuti langkah mereka dibelakang. aku merasa seperti seorang baby sitter yang sedang mengikuti majikannya. dia benar-benar melupakan kehadiranku. tapi tidak apa-apa aku hanya melakukan tanggung jawabku kepada bayi kesayanganku ini.
Saat ingin mesuk ke RS. dia meminta Yanju dari gendonganku. "Fa, sini Yanju biar aku yang bawa,"
Aku memberikan Yanju kepadanya. wanita yang ada disampingnya itu memuji dan mentoel pipi bayi itu seperti sedang mencari perhatian. aku hanya menatapnya dengan senyum aneh.
tadi kemana aja mbak? kenapa Baru sekarang memperhatikan bayi itu. apakah tadi saking asyiknya memperhatikan ayah sibayi sehingga melupakan kehadiran anaknya! gumamku dalam hati
Saat ingin memasuki pintu lift perutku mendadak mules.hah... kesel deh dengan kebiasaanku ini, dalam keadaan genting begini masih sempatnya membawaku ke toilet.
"Bang, aku mau ke toilet dulu ya, Abang duluan saja," ujarku kepadanya
"Baiklah, kamu sudah tahu dimana kamar rawat inapnya kan?"
"Sudah bang." aku segera beranjak menuju toilet. aku segera masuk ke toilet RS yang ada di lantai dasar itu. aku memperhatikan fasilitasnya.
"Ini toilet bersih dan elit banget. pasti bayaran rawat inap disini mahal deh. dirumahku saja toiletnya tidak seperti ini."
***
Setelah selesai memenuhi panggilan alam. aku segera keluar. tapi aku bingung, apakah aku harus naik ke atas. sepertinya aku tidak dibutuhkan lagi. Yanju juga sudah dibawa oleh yang mulia dingin.
Aku juga segan. sepertinya aku hanya orang asing. karena aku bukan siapa-siapa diantara mereka. apalagi sekarang bang Arman baru saja melewati masa kritisnya. pasti semua keluarga dan kerabat sedang berkumpul. ditambah lagi ada wanita cantik yang bernama Widi itu. ah sepertinya aku malas banget ketemu dengannya.
Hei Ada ada apa denganmu Fatimah? apakah kamu cemburu dengan gadis itu?
Tidak-tidak. aku tidak cemburu. lagipula dia memang pantas untuk yang mulia dingin itu. ayo Fatimah kamu tidak boleh seperti itu. orangtuamu tidak mengajarkan kamu bersikap benci dan iri hati.
Lebih baik aku pulang saja sekarang. nanti saja aku datang kembali untuk memberikan selamat atas kesembuhan bang Arman.
Bruuggh!
Tiba-tiba tubuhku terasa oleng aku sudah pasrah jika bokongku terjerembab di lantai RS itu. namun aku merasakan sebuah tangan kekar melingkar di pinggangku membuat tubuhku tak jadi menduduki lantai dingin itu.
"Maaf,maaf... aku benar-benar tidak sengaja. apakah kamu baik-baik saja?" tanya seorang Pria tampan yang masih menggunakan Snelli dokternya.
"Ah, ya. aku baik saja. tapi bisa tolong lepaskan tangannya." ujarku yang merasakan tangan dokter itu masih melingkar di pinggangku
"Ah, ya maaf." dia menatapku dengan dalam. aku segera mengalihkan tatapanku darinya, entah kenapa aku tidak ingin membalas tatapan itu. "kalau boleh tahu,kamu dariman?" tanyanya
"Aku tadi dari toilet. aku ingin pulang," jawabku singkat
"Boleh kita kenalan?" ucapnya sembari mengulurkan tangannya
"Namaku, Fatimah Humaira," jawabku dengan seulas senyum aku ukirkan tanpa menerima uluran tangannya
"Nama yang bagus.sama seperti orangnya Cantik. Oya, namaku Yoga Bramasta. dan aku seorang dokter jantung," dia tersenyum sembari menjelaskan tentang dirinya. tidak ada rasa tersinggung diwajahnya saat aku tak menerima uluran tangannya. sepertinya dia pria yang baik. aku membalas senyum itu
"Kamu kesini ada urusan apa? apakah ada saudara yang sakit?" tanyanya Kembali
"Tidak, aku tadi kesini bersama dokter Yandra, aku membawakan anaknya bang Arman dan kak Lyra. tapi tadi dr Yandra sudah naik. dan aku ingin pulang saja," ujarku
"Loh kenapa tidak naik sekalian. kan kamu juga ingin bertemu Pak Arman. Oya, kalau boleh tahu kamu ada hubungan apa dengan keluarga Prof Malik?"
"Tidak ada hubungan apa-apa. aku hanya anak dari supir mereka. ayahku bekerja sebagai supir dan juga merangkap sebagai tukang kebun di kediaman mereka. tapi mereka begitu baik dengan keluargaku, ah, kok jadi curhat sih! dokter sih terlalu banyak pertanyaan!" sesalku sembari tersenyum malu
"Hahaha... santai aja. kalau ingin curhat lebih dari itu aku juga siap kok mendengarkan," jawabnya serius dengan senyum semirk.
Aku hanya tersenyum simpul. "Kalau begitu aku pulang dulu ya, Dok." aku segera beranjak meninggalkannya
"Tunggu dulu! apakah kamu benar-benar tidak ingin naik keatas untuk menjenguk Pak Arman? ayolah. aku juga mau kesana, aku ingin mengantarkan hasil pemeriksaan jantungnya kepada Prof Malik,"
"Aku merasa segan,Dok. karena mereka sedang berkumpul dengan sanak familinya. lain kali saja aku menjenguk bang Arman." ujarku dengan jujur
"Sudahlah, kamu tidak perlu segan. anggap saja kamu bagian dari aku yang ingin menjenguk dan memberikan ucapan selamat kepada Pak Arman. udah ayo kita naik sekarang! lagian kenapa harus malu, kamu itu kan sudah mengenali semua keluarga mereka."
Akhirnya dengan langkah gugup aku mengikuti pria yang baru saja aku kenal tapi mempunyai sikap yang memerintah dan tak ingin di bantah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
titis irene
Fatimah cemburu ya...
2023-01-11
0
Nci
Nah ada dr Yoga buat manasin dokter kutub nih 😅
2022-10-03
2
Cua cua
Lanjut Thor... biar lebih cepat ngejar episode yang disebelah
2022-09-22
0