Dua Minggu aku berada di kediaman keluarga Malik. rasanya waktu begitu cepat berlalu. program mengeluarkan ASI masih terus berlanjut.
Kini sudah mulai terasa tingkat keberhasilan metode itu. walau belum dinyatakan seratus persen. aku juga sudah mulai terbiasa memberi Yanju ASI secara eksklusif.
Siang ini aku dan semua keluarga Malik akan menghadiri acara resepsi pernikahan kak Nadia dan Dr Evan. ibu dan ayah juga ikut menghadiri.
Kurias wajah dengan senatural mungkin. aku tidak terlalu suka dengan makeup, maka yang kugunakan hanya lipgloss dan sedikit bedak padat ku sapukan melalui spon.
"Fatimah....." seru Mama Anggi
"Ya, Ma,"
Aku segera turun sepertinya Mama Anggi sudah menunggu, aku terlambat bukan karena sibuk makeup, tapi aku ketiduran, ini adalah kebiasaan burukku jika tidur suka lupa waktu.
"Kamu sudah siap,Nak?" Mama Anggi sudah berdiri di samping tangga
"Ah,ya. aku sudah siap,Ma." ujarku sembari menuruni anak tangga
"Wah... kamu cantik sekali,"
"Mama, bisa aja. wajahku gini-gini aja kok,Ma. mana ada yang menarik dariku," balasku dengan jujur. memang itu kenyataannya. jika aku menarik tentu saja dokter kutub itu mau membalas perasaanku.
Astaghfirullah.... kenapa pikiranku sampai kesana.
"Kamu itu sangat cantik,Fa. hanya orang buta saja yang tak melihat kecantikanmu," ucap Mama sembari menatap Pria yang baru saja keluar dari kamarnya
Pria itu sudah menggunakan pakaian pesta santai, jas dan cardigan warna sedikit gelap, sangat cocok dengan kulitnya yang putih. cardigan itu sengaja tidak di kancingkan sehingga menampilkan kesan manly.
Aku sedikit ternganga melihat pesona Dokter itu, kembali jantungku berdebar tak berirama. Ya Allah, aku mohon tolong selamatkan perasaanku ini.
"Fa, kamu duluan dengan Yandra, ya. soalnya Yanju sudah haus biar dia cepat asi dengan Bundanya. Mama dan Papa mau jemput Ibu kamu dan sekalian beli kado untuk mereka,"
"Baiklah,Ma."
Ya, kak Lyra dan bang Arman sudah sejak pagi berada di kediaman kak Nadia. aku terpaksa mengikuti perintah Mama. sebenarnya aku ingin bersama Mama Anggi agar bisa perginya barengan dengan ibu dan ayah.
*Di perjalanan*
Yanju sepertinya sudah ngantuk berat, itu bisa terlihat baru sebentar bayi mungil itu sudah tertidur lelap dalam pangkuanku. kami seperti pasangan yang sudah mempunyai seorang bayi. ah, andai saja itu bisa menjadi kenyataan!
Kembali otakku oleng. daripada aku memikirkan hal yang tidak mungkin, lebih baik aku ikut bayi mungil ini ke alam mimpi. kupejamkan mata dan memperbaiki posisi duduk yang nyaman sembari memeluk Yanju.
"Fa..."
Hatiku sedikit terusik mendengar Dr Kutub memanggil. ngapain sih dia manggil-manggil? padahal aku sudah ada disampingnya. Abaikan saja. itu lebih baik untuk kesehatan jantungku.
"Kamu benaran tidur?"
Udah tahu ngapain nanya sih bang?
"Hmm... baiklah. kalau begitu aku akan bawa kamu ke suatu tempat."
Hah? dia mau bawa aku kemana? tidak tidak.
Kudengar dia bersenandung kecil terkadang bersiul, sembari fokus dengan kemudinya. kenapa dia senang sekali? sebenarnya dia mau bawa aku kemana sih?
"Halo, ya dengan saya Yandra Saputra, saya ingin check in. satu kamar hotel VVIP. baik, Terimakasih."
Apa! dia ingin membwaku ke hotel? dasar Dokter mesum. tidak akan kubiarkan!
"Heh, dokter mesum! apa-apaan ingin membawaku ke hotel? jangan mimpi ya,Bang!" aku segera mengatainya dengan rasa kesal
Dia menatapku dengan heran dan kening berkerut. "Kamu kenapa sih? bukannya tadi kamu tidur. berarti tadi tidurmu hanya pura-pura?"
"Iya, aku malas bicara dengan Abang, menjengkelkan dan mesum!"
"Mesum? emang apa yang aku lakukan padamu. ngaco ya nih anak!" ujarnya tak terima
"Terus tadi apa maksud Abang ingin check in,hotel? Abang ingin membawaku kesana 'kan?" tudingku
"Ppffftt hahaha.... ya ampun kamu nih benar-benar ngaco ya! siapa juga yang ingin membawamu ke hotel." tawanya menggelar
"Terus tadi apa maksud Abang boking kamar hotel. dan tadi aku dengar sendiri bahwa Abang akan membawaku kesuatu tempat?" aku masih tak ingin kalah, aku harus mengclear kan semuanya. karena telingaku masih normal tidak mungkin salah dengar.
Dia sedikit terkejut mendengar kata-kataku. tatapannya begitu aneh, senyum yang masih terkembang. "Fatimah, Fatimah..." dia menggelengkan kepala. "Aku pesan kamar hotel untuk malam pertama Evan dan Nadia. dan aku akan membawamu kesuatu tempat yaitu ke butik, membelikan kado untuk mereka."
Penjelasan itu membuat aku terperanjat dan segera mengalihkan pandangan darinya. rasa kesal dihati berubah menjadi rasa malu. air muka yang ku tunjukkan begitu garang kini berubah tersipu.
"Makanya jangan cepat berprasangka buruk." tukasnya dengan ekspresi wajah senang. entahlah mungkin dia senang sudah berhasil mengerjai aku.
"Lagian kenapa tidak bicara yang sebenarnya. kenapa bersikap ambigu," jawabku masih mencari pembelaan
"Bukan tidak jelas. tadi aku ingin memberi tahumu, kamunya malah tidur."
Hening. tak ada pembicaraan lagi. aku masih larut dalam pemikiranku sendiri.rasa malu tak dapat aku sembunyikan. ingin sekali aku mentertawakan diri sendiri.
***
Mobil berhenti di sebuah butik, setelah mematikan mesin, ia menatapku Kembali. "Mau ikut turun?"
"Tidak. aku disini saja,"
"Ayolah sebentar. nanti Yanju bosan jika dimobil saja,"
Aku terpaksa ikut. kebetulan bayi mungil itu sudah bangun. aku segera menggendong dan turun berjalan dibelakangnya
Setelah masuk. netraku menyapu seluruh isi butik dengan liar. banyak busana muslim terbaru dan hijab modern. tentu saja hanya orang yang berkantong tebal mampu belanja di tempat ini.
"Ada yang bisa kami bantu,Mas,Mbak?" dua orang pegawai butik menghampiri
"Saya mau lima pasang lingerie, tolong di bungkus kado,"
"Baik, silahkan lihat-lihat yang lainnya dulu, Mas,Mbak. sambil menunggu," ucap pegawai itu tersenyum ramah. sembari meninggalkan kami
Aku menatap beruang kutub itu dengan mulut sedikit ternganga, aku masih belum percaya bisa-bisanya dia kasih kado itu. dasar mesum, apaan kasih kado yang begituan!
"Tutup mulut kamu,disini suhu ruangannya dingin nanti kamu masuk angin," ujarnya acuh sembari mengambil Yanju dari gendonganku
Aku tersenyum sinis, segera beringsut dari hadapannya. benar-benar mesum
Saat aku melewati meja dimana pegawai toko sedang membungkus kado pesanan Domes alias Dokter mesum.
"Maaf, Mbak. apakah model dan warna seperti ini Mbak 'mau?" salah seorang dari mereka menghampiriku, dengan beberapa helai pakaian kurang bahan itu di tangannya sembari memperlihatkan model dan warnanya
Mataku terbuka sempurna saat melihat bentuk lingrie itu. seperti apakah jika aku menggunakan pakaian itu. Oh ya ampun amit-amit
"Tidak. itu bukan pilihan saya. mbak tanya saja dengan Tuan Dokter itu," jawabku sembari menunjuk si Domes yang sudah ada dihadapanku
Pegawai itu menatapku dengan heran. "Bukankah ini kado buat Mbak dari suaminya?"
"Apa? suami?"
"Sudah bungkus saja, Mbak. saya suka dengan warna dan modelnya. dia memang begitu,dia akan menerima semua pilihan saya," si Domes memotong pembicaraanku yang belum sempat mengklarifikasi pada pegawai itu.
"Wah, Mas dan Mbak, pasangan yang romantis ya. semoga awet hingga tua. kalau begitu tunggu sebentar ya, Mas."
Lagi-lagi pegawai itu salah mengartikan. rasanya aku ingin sekali menggampol mulutnya yang memberi pengakuan palsu pada pegawai itu.
Bukankah dia tidak menyukaiku? tapi kenapa pengakuannya seperti itu kepada pegawai butik. seakan membenarkan bahwa aku adalah istrinya. apakah dia juga membayangkan aku menggunakan lingrie itu?
Aku menatapnya untuk minta penjelasan atas pengakuannya. tetapi dia acuh tanpa dosa.
"Ish.. mengesalkan!" dengusku segera meninggalkan dia
Jujur tak semudah itu bagiku untuk menghapusnya dalam hati. tapi sekarang aku hanya menyebut namanya dalam Do'a. aku tak banyak meminta. tapi aku juga punya harap. semua kuserahkan kepada Allah.
Aku berjalan menuju pojokan, disana terlihat banyak model busana muslim terbaru. ku lirik busana yang terpajang satu persatu. netraku berhenti di salah satu busana muslim yang cukup menarik. warnanya yang natural, juga simple
Aku tertarik dengan busana itu. aku meraba, kurasakan bahannya yang halus dan lembut. sepertinya sangat cocok untukku. lalu dengan perlahan ku tilik bandrol harga yang menggantung di Busana itu. seketika mataku rasanya ingin melompat saat melihat harganya.
Benar-benar harga yang fantastis. satu busana ini bisa menghabiskan gaji honor ku satu bulan. entah kenapa aku tersenyum sendiri membayangkan jika aku membelinya dengan standar keuanganku yang mangap-mangap.
Aku segera melupakan keinginanku untuk memiliki busana itu. ku alihkan perhatian ke yang lain sembari melewati busana itu. ya, walaupun tidak ada satupun yang bisa aku bawa pulang, paling tidak mataku bisa sedikit nyalang dengan melihat-lihat saja.
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Yani
Sabar Fatimah ttp semangat 💪💪
2024-07-26
1
Rabiah Windi
pengertian ibu susu apa ya thor.kok bsa seoarang gadis punya air susu.
2023-12-02
0
Athallah Linggar
maap thor,klo udh pke jas ko pke cardigan?🤔🤔
2023-01-30
0