Belanja

Aku menarik nafas dalam-dalam,dan mengeluarkan secara perlahan. aku harus tetap sabar menghadapi sikap Pria dingin ini. aku segera keluar dan pindah duduk di depan

Dengan debaran yang sama, aku berusaha untuk tetap tenang dan rileks. aku tidak boleh memperlihatkan perasaan sukaku kepadanya, jika dia tahu maka pasti dia akan semakin membenciku

Kini mobil yang dikendarainya sudah bergerak keluar dari perkarangan rumah mewah itu. dan aku tetap santai memainkan ponsel pintarku yang sedari tadi aku pegang

Saat aku menyadari bahwa mobil yang aku tumpangi ini tidak mengarah ke jalan pulang. maka aku memberanikan diri untuk bertanya kepada si pengemudi dingin ini.

"Maaf Tuan, ini bukan arah ke rumah saya.."

Tetapi dia hanya diam seperti tidak mendengarkan ucapanku. aku sedikit kesal namun masih bisa mengendalikan diriku. baiklah aku akan kembali mencobanya

"Maaf Tuan, saya ingin pulang. kenapa arahnya tidak kerumah saya?"

Sudah beberapa detik, masih tidak ada jawaban. dia hanya fokus dengan kemudinya, apakah dia tidak melihat keberadaanku? apakah dia menganggap suara pertanyaanku bagaikan angin lalu?

Kini rasa sabarku sedikit memudar. aku menatapnya dengan nyalang. "Tuan, saya ingin pulang. kenapa anda membawa saya kesini? apakah anda tidak mendengarkan ucapan saya dari tadi? bukankah Anda seorang dokter, apakah telinga anda tidak pernah anda periksa ke THT?"

Tiba-tiba mobil itu berhenti secara mendadak. sehingga tubuhku hampir tersungkur kedepan.aku kembali menatap Pria menyebalkan ini. tetapi matanya lebih dulu mengunciku, sehingga aku sedikit terkejut saat melihat raut wajahnya yang begitu menakutkan.

"Ternyata kamu ini cerewet juga ya! judes lagi," ucapnya dengan nada kesal

"Ya, Pria sombong dan sok Tampan seperti anda memang harus di judesin," balasku tak kalah kesalnya

"Apa kamu bilang,aku sok Tampan?"

"Iya, Anda sok Tampan dan menyebalkan!"

"Heh dengar ya! hanya kamu wanita yang mengatakan aku ini sok Tampan!" ucapnya sembari memegang lenganku, sontak membuat aku sedikit tergugup namun aku segera menepis tangannya itu.

"Lepaskan tangan anda Tuan. jangan sentuh saya." aku menarik lenganku dengan kuat sehingga terlepas dari pegangan pria itu

"Nih, ada perintah ibu negara," dia memberikan aku sebuah catatan belanja

"Maksudnya apa ini?" tanyaku tidak mengerti

"Ya ampun. kamu tidak bisa membaca? bukankah kamu seorang guru. apakah tulisan ibu negara memang sulit untuk dibaca. sudah bawa sini aku bacakan."

Aku menepis tangannya "aku bukan tidak bisa membaca Tuan Dokter. tapi aku bertanya catatan ini untuk apa?"

"Ya untuk belanjalah! mama meminta kamu untuk membeli semua bahan pokok yang sudah dia catat di kertas itu," jelasnya

"Ngomong kek dari tadi!" ucapku pura-pura kesal. padahal sebenarnya aku yang kurang mudeng. ah dasar memory otakku yang sangat minim, sehingga lambat loading.

"Perasaan dari tadi aku udah ngomong. emang dasar kamu saja yang jadi Jaka sembung bawa golok," ucapnya yang membuat aku semakin kesal

"Apa maksud anda bicara seperti itu?" balasku tak terima

"Apa? nggak ada maksud apa-apa!"

"Nggak usah ngeles. saya tahu dengan pepatah atau pantun itu."

"Apa coba?" tanyanya

"Jaka sembung bawa golok. nggak nyambung goblok, gitukan maksud anda?!" ucapku sedikit meninggikan suaraku dan menatapnya dengan kesal

"Pppffft hahahaha....itu kamu sendiri yang bilang bukan aku." tawanya menggelegar sehingga membuat aku sedikit ternganga menyaksikannya

Ternyata aku terjebak oleh ucapanku sendiri. ternyata dia selain tampan,juga sangat pintar mengalahkan lawan bicaranya. ah, dasar kamu Fatimah memalukan dirimu sendiri

"Udah tertawanya?" tanyaku

"Belum... masih lucu." timpalnya yang masih tertawa sehingga rasanya aku ingin sekali mencakar wajahnya, agar tawa ejekannya itu hilang seketika.

***

Kini kami sudah sampai disebuah swalayan. aku segera turun tanpa menoleh ke Pria yang menyebalkan itu. aku masih kesal melihat senyum ejekannya

Aku mengambil semua bahan pokok yang telah dicatat oleh Bu Anggi. aku juga membeli beberapa cemilan ringan untuk sibungsu dirumah. aku menyisihkan belanjaanku dan belanja Bu Anggi, agar tak tercampur. karena belanjaanku akan aku bayar sendiri.

Setelah merasa sudah cukup dan tidak ada yang ketinggalan. aku segera membawa barang belanjaan itu ke meja kasir. namun saat aku ingin membayarnya. aku baru ingat, bahwa tadi Dokter dingin itu hanya memberiku catatan belanjaan tetapi tidak dengan uangnya.

"Mbak, tunggu sebentar ya. saya ambil dompet ketinggalan," ucapku pada kasir itu.

"Baik mbak. tapi jangan lama-lama." ucap Kasir itu sambil menatapku curiga.

Aku segera keluar menemui dokter dingin itu. tetapi saat aku buka pintu mobil. ternyata mobilnya terkunci.

"Ck... dia kemana sih? nyebelin banget! terus aku mau bayar pake apa coba." aku membuka dompetku dan melihat isinya yang menyisakan uang limapuluh ribu, itu hanya untuk membayar jajanan yang aku beli untuk adikku.

Aku masih bengong dan mengedarkan pandanganku untuk mencari sosok yang menyebalkan itu. namun tiba-tiba aku mengingat ada uang di dalam tasku

Aku masih ingat bahwa tadi aku baru saja mengumpulkan uang tabungan Murid disekolah.ah lebih baik aku gunakan saja uang itu dulu.

Aku segera masuk kedalam swalayan itu. dan melunasi pembayaranku. ku tenteng semua belanjaan keluar. saat keluar aku sudah melihat beruang kutub itu berdiri didepan mobilnya sembari berkacak pinggang.

Dia memasang wajah tak berdosa. jika tidak di tempat yang ramai maka aku akan membuat perhitungan dengannya.

"Ayo cepatlah sedikit. lama banget kamu!"

Apa aku tidak salah dengar? seharusnya aku yang marah padamu beruang kutub! kesal batinku

Aku segera menyerahkan barang belanjaan itu. setelah selesai memasukkan semua kedalam bagasi. dia segera masuk kedalam mobilnya.

Saat aku hendak ikut masuk. tak sengaja mataku melihat warung bakso yang berada tidak jauh tempat aku berdiri sekarang. aku segera menuju warung bakso itu

"Pakde, saya pesan baksonya satu, nggak pake sayur."

"Baik Mbak. silahkan duduk." ucap Pakde bakso

Aku segera menuju sebuah meja yang berada agak ke pojokan dikit, sepertinya disini cukup nyaman dan angin kipasnya juga terasa, jadi aku bisa menghilangkan rasa gerah ditubuhku.

Saat aku baru saja menapaki kursi itu. namun aku melihat ada seseorang yang juga ikut duduk di kursi yang ada di hadapanku.

Ya ampun aku meluapkan dia! biarkan dia,cuek saja anggap dia tidak ada.

Aku berlagak cuek seperti tidak ada kejadian. toh tadi dia juga begitu. lagipula jika dia ingin pulang juga tidak apa-apa.

"Silahkan Mbak," Pakde bakso itu datang membawa pesananku

"Terimakasih Pakde."

Aku segera menambahkan bumbu pelengkap bakso itu. saos, kecap dan juga sambalnya. tetapi aku merasa tidak enak pada Pria yang ada didepanku ini

"Apakah tuan ingin pesan juga?" akhirnya aku menawarkannya. mana mungkin aku bisa makan sendiri sementara dia akan memandangiku. jujur saja semenyebalkan apapun dia. tetapi aku tetap saja tidak mampu untuk ditatapnya lebih intens.

"Tidak. ayo cepatlah makannya. aku akan pulang."

Dengan sedikit gugup aku segera menyendok bakso itu, tetapi aku semakin nervous bila berhadapan dengannya.

ya Allah. aku sangat kesal sekali dengan perasaan ini! kenapa dalam genting begini aku tak bisa mengendalikan perasaanku. ayolah Fatimah. dia tidak akan menyukaimu. ayo pasang wajah biasa saja. hilangkan wajah merah meronamu itu. kalau perlu beri sambal di mangkok baksomu itu agar rasa nervousmu hilang.

Sesuai perintah batinku. maka aku mengisi mangkok bakso ku itu dengan sambal begitu banyak, untuk menghilangkan rasa grogiku

"Stop! itu sudah terlalu banyak sambal yang kamu masukkan!"

Bersambung.....

Happy reading 🥰

Jangan lupa dukungannya ya 🙏🥰🤗

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Uangnya Fatimah di gantiin ga ya?

2024-07-25

1

Putri

Putri

Mana lanjutnya kak

2022-09-11

0

Syarifah

Syarifah

lanjutttttttttt

2022-09-11

0

lihat semua
Episodes
1 Mengantar bekal ke rumah tuan Malik
2 Di omeli Ibu
3 Ikut ayah menjemput majikannya
4 Belanja
5 Curhat pada ibu
6 Di kediaman keluarga Malik
7 Jujur
8 Menukar panggilan
9 Di RS
10 Kebaikan Dokter Yoga
11 Penolakannya
12 Kembali curhat pada ibu
13 Makan siang
14 Membeli kado
15 Di Pesta
16 Putri Dokter Yoga
17 Ada apa dengannya
18 Sikapnya yang menyakitkan
19 Luluh
20 Ungkapan perasaan
21 Ayah masuk RS
22 Kembali berdebat
23 Cari makan
24 Bicara dari hati ke hati
25 Di Taman
26 Ungkapan perasaan Yandra
27 Fatimah diantar pulang
28 Acara lamaran
29 Menerima lamaran
30 Sampai ditujuan
31 Fatimah syok
32 Permintaan maaf
33 Salah paham
34 Trauma
35 Kekecewaan Dr Yoga
36 Melahirkan
37 Tabrakan
38 Patah tulang
39 Yandra mumet
40 Baikan
41 Prihal kado
42 Zahra pergi
43 Gosip tetangga
44 Kebahagiaan
45 Menerima tawaran sang dokter
46 POV Dr Yoga
47 POV Dr Yoga 2
48 Sah jadi pasangan suami istri
49 Menuju Hari H
50 Sah menjadi pasangan suami istri 2
51 Resepsi
52 First kiss
53 MP
54 Kekecewaan Zahra
55 Memaafkan
56 Rencana liburan
57 Dirumah Ibu
58 Mobil pick up untuk Ayah
59 Mengetahui yang sebenarnya
60 Kejutan di RS
61 Bertemu mantan
62 Bertemu mantan 2
63 Ujian selesai
64 Berangkat liburan
65 Kejadian tak terduga
66 Minta maaf
67 Menghindari
68 Capek membujuk
69 Siapakah pasien suaminya itu?
70 Sama-sama posesif
71 Ziarah ke makam Arif
72 Rencana Caesar Lyra
73 Dugaan Yandra
74 Kondisi Lyra memburuk
75 Mengetahui tentang Yoga
76 kecemasan Zahra
77 Perubahan sikap Fatimah
78 Positif
79 Memberi kabar Ibu
80 Kemarahan Yoga
81 Nasehat sang istri
82 Hadiah untuk Fatimah
83 Kepergian Mama
84 Fatimah kontraksi
85 Melahirkan
86 Kebahagiaan orangtua
87 Kecurigaan Yoga
88 Ending
89 Pengumuman
90 Novel baru. (Kutukar diriku Demi Sebuah Keadilan
91 Karya baru
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Mengantar bekal ke rumah tuan Malik
2
Di omeli Ibu
3
Ikut ayah menjemput majikannya
4
Belanja
5
Curhat pada ibu
6
Di kediaman keluarga Malik
7
Jujur
8
Menukar panggilan
9
Di RS
10
Kebaikan Dokter Yoga
11
Penolakannya
12
Kembali curhat pada ibu
13
Makan siang
14
Membeli kado
15
Di Pesta
16
Putri Dokter Yoga
17
Ada apa dengannya
18
Sikapnya yang menyakitkan
19
Luluh
20
Ungkapan perasaan
21
Ayah masuk RS
22
Kembali berdebat
23
Cari makan
24
Bicara dari hati ke hati
25
Di Taman
26
Ungkapan perasaan Yandra
27
Fatimah diantar pulang
28
Acara lamaran
29
Menerima lamaran
30
Sampai ditujuan
31
Fatimah syok
32
Permintaan maaf
33
Salah paham
34
Trauma
35
Kekecewaan Dr Yoga
36
Melahirkan
37
Tabrakan
38
Patah tulang
39
Yandra mumet
40
Baikan
41
Prihal kado
42
Zahra pergi
43
Gosip tetangga
44
Kebahagiaan
45
Menerima tawaran sang dokter
46
POV Dr Yoga
47
POV Dr Yoga 2
48
Sah jadi pasangan suami istri
49
Menuju Hari H
50
Sah menjadi pasangan suami istri 2
51
Resepsi
52
First kiss
53
MP
54
Kekecewaan Zahra
55
Memaafkan
56
Rencana liburan
57
Dirumah Ibu
58
Mobil pick up untuk Ayah
59
Mengetahui yang sebenarnya
60
Kejutan di RS
61
Bertemu mantan
62
Bertemu mantan 2
63
Ujian selesai
64
Berangkat liburan
65
Kejadian tak terduga
66
Minta maaf
67
Menghindari
68
Capek membujuk
69
Siapakah pasien suaminya itu?
70
Sama-sama posesif
71
Ziarah ke makam Arif
72
Rencana Caesar Lyra
73
Dugaan Yandra
74
Kondisi Lyra memburuk
75
Mengetahui tentang Yoga
76
kecemasan Zahra
77
Perubahan sikap Fatimah
78
Positif
79
Memberi kabar Ibu
80
Kemarahan Yoga
81
Nasehat sang istri
82
Hadiah untuk Fatimah
83
Kepergian Mama
84
Fatimah kontraksi
85
Melahirkan
86
Kebahagiaan orangtua
87
Kecurigaan Yoga
88
Ending
89
Pengumuman
90
Novel baru. (Kutukar diriku Demi Sebuah Keadilan
91
Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!