Di omeli Ibu

"Loh, Pak Eko kenapa diantarkan bekal untuk makan siang Ma? apakah mama tidak memberinya uang makan?"

"Ya Mama kasih lah. hanya pak Eko itu dari dulu tidak mau makan diluar selain makan masakan istrinya," ucap ibu cantik itu yang sudah tau tentang ayahku

"Oh, yaudah aku pamit dulu ya Ma." Pria itu menyalami tangan wanita yang dia panggil mama itu.

"Yan, tunggu dulu! sekalian kamu antarkan Fatimah pulang mengambil bekal makan siang untuk ayahnya Kembali."

"Tidak usah Nyonya. saya bisa pulang sendiri," tolakku secepat kilat menyambar. aku benar-benar tidak ingin merepotkan Pria itu.

"Tidak apa-apa,Nak. lebih baik kamu diantarkan oleh Yandra. biar cepat, lagipula ayah kamu pasti sudah lapar,"

"Tapi Ma?"

Suara Pria itu sepertinya keberatan. dia menatap mamanya dengan air muka datar dan kurang berkenan.

"Sudah tidak ada tapi-tapian. sekarang antarkan Fatimah, sekalian kamu juga mau ke RS,kan?"

Akhirnya Pria itu mengikuti perintah mamanya. "Baiklah." dia segera berlalu

Sementara aku masih sibuk membersihkan lantai itu. aku jadi tidak enak karena sudah membuat lantai yang begitu licin dan bersih ini terkena noda lauk dan sayur.

"Sudah tinggalkan saja,Nak. nanti biar bibik yang membersihkan. sekarang ayo kamu segera pulang untuk mengganti bekal ayahmu. sebenarnya ibu bisa memberikan ayahmu makan siang. tetapi dia selalu menolak," ucap nyonya Malik itu yang menurutku dia adalah majikan yang begitu baik

"Sekali lagi saya minta maaf Bu. saya sudah membuat lantai ini menjadi kotor. terimakasih juga, ibu sudah begitu baik," ucapku tulus

"Iya, sama-sama. yasudah sana kamu segera pergi, Yandra sudah menunggumu."

Aku segera melangkah keluar. aku melihat dia sudah menungguku.keringat dinginku tiba2 saja keluar. tanpa sengaja netraku bertemu dengan mata hitam kecoklatan itu. tetapi aku segera mengalihkan pandanganku,dan menukar ekspresi wajah sedikit datar.

Dia hanya diam. aku jadi bingung harus duduk dimana. tetapi aku mengambil jalan aman saja, yaitu aku duduk di kursi belakang kemudi. sepertinya itu cukup baik untuk menjaga detak jantungku agar tetap normal.

Setelah aku duduk. dia segera menjalankan mobilnya. sementara aku juga fokus menatap keluar jendela mobil itu. ah ternyata mobil mewah ini empuk banget, tidak seperti tempat duduk angkot yang setiap hari aku naiki. hehe.. aku ini mikir apa sih!

Di tengah perjalanan tidak ada satu katapun yang keluar dari bibir Pria yang sedang mengemudi itu. kenapa dia mendadak jadi bisu? apa sebegitu memuakkan wajahku ini? tau ah. nikmati saja mobil mewah ini. kapan lagi aku bisa naik mobil orang kaya.

Aku tersenyum sambil menikmati empuknya jok mobil mewah itu. sehingga tanpa aku sadari dia menatapku dari kaca kecil yang menghadapku kebelakang.

Ya ampun kenapa aku bisa lupa diri begini. Fatimah, Fatimah. kamu benar2 memalukan. ketahuan sekali jika kamu tidak pernah menaiki mobil mewah

aku merutuki kekonyolan dan ke udikkan diriku.segera aku memasang wajah sok biasa, padahal memang aku ini wanita yang luar biasa. ya, luar biasa memalukan.

Tidak terasa mobil yang aku tumpangi itu sudah berhenti di depan rumahku. sepertinya dia sudah tahu alamat rumah ini, mungkin ayah yang memberikan alamat rumah kepada keluarga Malik.

"Terimakasih Tuan," ucapku yang segera membuka pintu mobil itu

"Ya,ini untuk ongkos kamu naik taksi." dia menyerahkan uang kertas yang berwarna merah.

"Tidak usah Tuan. saya bisa naik ojol saja," tolak ku kembali

"Ambilah. lebih baik kamu naik taksi biar aman!"

Akhirnya aku menerima uang itu. aku merasa benar-benar malu. ya, tapi harus bagaimana lagi,habisnya dia maksa. lagian kata ibu rezeki tidak boleh ditolak, selagi rezeki itu halal tanpa pamrih dan juga embel-embel dibelakangnya, kenapa tidak.

***

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam... kamu sudah pulang? loh kok tempatnya kamu bawa kembali. apakah kamu tunggu ayahmu selesai makan?" tanya ibu

"Makanannya tumpah Bu."

"Kok bisa tumpah? kamu gimana sih, Fatimah!" kesal ibu kepadaku

"Maaf Bu. tadi aku tidak sengaja nabrak seseorang."

"Nabrak?! apakah kamu terluka, Nak? kamu di tabrak siapa, dan dimana kejadiannya?"

Akhirnya aku terlepas dari amukan ibu Kartini. ada rasa bersalah karena merasa salah mengucapkan kata-kata.

"Aku yang nabrak Bu. kejadiannya di rumah tuan Malik. kejadiannya begini. tadi aku saat jalan menuju dimana ayah berada, tetapi mataku tidak melihat jalan, karena fokus melihat sesuatu yang membuat aku kagum. dan pada akhirnya aku menabrak tubuh seseorang, dan dia adalah anaknya Tuan Malik. sehingga bekal ayah tumpah."

Aku menjelaskan kejadian itu. berharap ibu mengerti dengan insiden kecil yang aku alami. tetapi nyatanya aku mendapatkan cecaran amunisi yang membuat telingaku panas'

"Kamu tuh ya, Fatimah. kebiasaan kalau jalan nggak pake mata."

"Jalan menang nggak pake mata Bu. yang biasanya jalan pake kaki. Hehehe.."

Ibu menatapku dengan tatapan yang menakutkan. aku segera mengeluarkan jurus terakhirku, yaitu minta maaf. ya, itulah yang di ajarkan oleh ayah dan ibu. jika merasa salah maka segera minta maaf.

"Iya Bu. aku salah... aku minta maaf ya, Bu," ucapku dengan tulus

"Yasudah. sini tempatnya ibu isi kembali.kamu antar lagi bekal ayahmu. jangan sampai tumpah lagi."

"Siap laksanakan...!" aku mengekori ibu dari belakang. "Bu, apakah ibu pernah main kerumah majikan ayah?" tanyaku penasaran

"Pernah. emang kenapa kamu tanya Begitu?"

"Tapi kapan? kok aku nggak pernah lihat ibu pergi ke rumah mereka?"

"Fa, kamu kan belum beberapa bulan disini. selama ini kamu kuliah kan ngekos, jadi ya nggak pernah lihat ibu kesana. ibu sering kok kerumah mereka. apalagi saat mereka ada acara ibu selalu ngebantuin."

"Sepertinya mereka orang baik ya, Bu," ucapku dengan serius

"Baik banget. makanya ibu dan ayah merasa hutang Budi dengan keluarga tuan Malik.kamu tahu? biaya kuliah dan juga wisuda kamu, mereka banyak membantu."

Ibu menjelaskan kebaikan keluarga tuan Malik selama ini kepada kami. ternyata mereka banyak membantu dalam kuliahku.

"Nih, sekarang kamu antarkan makan ayahmu. jangan sampai tumpah lagi ya. dan ini ongkos buat naik ojek."

"Tidak usah, Bu. aku punya uang untuk ongkos naik taksi," aku tersenyum dan menunjukkan uang kertas yang diberikan oleh si Tampan Itu

Ibu mengerutkan keningnya. "Tumben, pegang duit merah tanggal segini. dapat bonus di sekolah ya," ucap ibu

"Bukan Bu. ini duit dikasih siganteng, alias si tampan anaknya tuan Malik."

"Fatimah! kamu minta uang dengan Tuan Yandra? atau kamu...?"

"Astaghfirullah... ibuku sayang. jangan mikir yang aneh-aneh deh. istighfar Bu, nyebut."

"Astaghfirullah... iya, ibu minta maaf. coba kamu jelaskan bagaimana kamu bisa diberi uang dengan Tuan Yandra?" tanya ibu penasaran

Akhirnya aku menceritakan semuanya, agar ibu kita Kartini tidak berburuk sangka dengan anaknya. dan beliau baru merasa lega setelah mendengar penjelasanku.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Kayanya seru

2024-07-25

1

Itha Honkjy

Itha Honkjy

😆😆😆😆 trnyta Fatimah lucu jga klw ma ibux

2022-12-03

1

Nci

Nci

Dari awal pertemuan Mama Anggi dudah terpesona dengan Fatimah calon mantu 😅

2022-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 Mengantar bekal ke rumah tuan Malik
2 Di omeli Ibu
3 Ikut ayah menjemput majikannya
4 Belanja
5 Curhat pada ibu
6 Di kediaman keluarga Malik
7 Jujur
8 Menukar panggilan
9 Di RS
10 Kebaikan Dokter Yoga
11 Penolakannya
12 Kembali curhat pada ibu
13 Makan siang
14 Membeli kado
15 Di Pesta
16 Putri Dokter Yoga
17 Ada apa dengannya
18 Sikapnya yang menyakitkan
19 Luluh
20 Ungkapan perasaan
21 Ayah masuk RS
22 Kembali berdebat
23 Cari makan
24 Bicara dari hati ke hati
25 Di Taman
26 Ungkapan perasaan Yandra
27 Fatimah diantar pulang
28 Acara lamaran
29 Menerima lamaran
30 Sampai ditujuan
31 Fatimah syok
32 Permintaan maaf
33 Salah paham
34 Trauma
35 Kekecewaan Dr Yoga
36 Melahirkan
37 Tabrakan
38 Patah tulang
39 Yandra mumet
40 Baikan
41 Prihal kado
42 Zahra pergi
43 Gosip tetangga
44 Kebahagiaan
45 Menerima tawaran sang dokter
46 POV Dr Yoga
47 POV Dr Yoga 2
48 Sah jadi pasangan suami istri
49 Menuju Hari H
50 Sah menjadi pasangan suami istri 2
51 Resepsi
52 First kiss
53 MP
54 Kekecewaan Zahra
55 Memaafkan
56 Rencana liburan
57 Dirumah Ibu
58 Mobil pick up untuk Ayah
59 Mengetahui yang sebenarnya
60 Kejutan di RS
61 Bertemu mantan
62 Bertemu mantan 2
63 Ujian selesai
64 Berangkat liburan
65 Kejadian tak terduga
66 Minta maaf
67 Menghindari
68 Capek membujuk
69 Siapakah pasien suaminya itu?
70 Sama-sama posesif
71 Ziarah ke makam Arif
72 Rencana Caesar Lyra
73 Dugaan Yandra
74 Kondisi Lyra memburuk
75 Mengetahui tentang Yoga
76 kecemasan Zahra
77 Perubahan sikap Fatimah
78 Positif
79 Memberi kabar Ibu
80 Kemarahan Yoga
81 Nasehat sang istri
82 Hadiah untuk Fatimah
83 Kepergian Mama
84 Fatimah kontraksi
85 Melahirkan
86 Kebahagiaan orangtua
87 Kecurigaan Yoga
88 Ending
89 Pengumuman
90 Novel baru. (Kutukar diriku Demi Sebuah Keadilan
91 Karya baru
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Mengantar bekal ke rumah tuan Malik
2
Di omeli Ibu
3
Ikut ayah menjemput majikannya
4
Belanja
5
Curhat pada ibu
6
Di kediaman keluarga Malik
7
Jujur
8
Menukar panggilan
9
Di RS
10
Kebaikan Dokter Yoga
11
Penolakannya
12
Kembali curhat pada ibu
13
Makan siang
14
Membeli kado
15
Di Pesta
16
Putri Dokter Yoga
17
Ada apa dengannya
18
Sikapnya yang menyakitkan
19
Luluh
20
Ungkapan perasaan
21
Ayah masuk RS
22
Kembali berdebat
23
Cari makan
24
Bicara dari hati ke hati
25
Di Taman
26
Ungkapan perasaan Yandra
27
Fatimah diantar pulang
28
Acara lamaran
29
Menerima lamaran
30
Sampai ditujuan
31
Fatimah syok
32
Permintaan maaf
33
Salah paham
34
Trauma
35
Kekecewaan Dr Yoga
36
Melahirkan
37
Tabrakan
38
Patah tulang
39
Yandra mumet
40
Baikan
41
Prihal kado
42
Zahra pergi
43
Gosip tetangga
44
Kebahagiaan
45
Menerima tawaran sang dokter
46
POV Dr Yoga
47
POV Dr Yoga 2
48
Sah jadi pasangan suami istri
49
Menuju Hari H
50
Sah menjadi pasangan suami istri 2
51
Resepsi
52
First kiss
53
MP
54
Kekecewaan Zahra
55
Memaafkan
56
Rencana liburan
57
Dirumah Ibu
58
Mobil pick up untuk Ayah
59
Mengetahui yang sebenarnya
60
Kejutan di RS
61
Bertemu mantan
62
Bertemu mantan 2
63
Ujian selesai
64
Berangkat liburan
65
Kejadian tak terduga
66
Minta maaf
67
Menghindari
68
Capek membujuk
69
Siapakah pasien suaminya itu?
70
Sama-sama posesif
71
Ziarah ke makam Arif
72
Rencana Caesar Lyra
73
Dugaan Yandra
74
Kondisi Lyra memburuk
75
Mengetahui tentang Yoga
76
kecemasan Zahra
77
Perubahan sikap Fatimah
78
Positif
79
Memberi kabar Ibu
80
Kemarahan Yoga
81
Nasehat sang istri
82
Hadiah untuk Fatimah
83
Kepergian Mama
84
Fatimah kontraksi
85
Melahirkan
86
Kebahagiaan orangtua
87
Kecurigaan Yoga
88
Ending
89
Pengumuman
90
Novel baru. (Kutukar diriku Demi Sebuah Keadilan
91
Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!