"Kakak ... " Arifa menatap tidak percaya. "Benar ini kakak?" tanyanya lagi untuk memastikan.
"Dramatis banget deh! gak mau peluk Kakak nih?"
Sahutan Farhan membuat Arifa mengurungkan niatnya untuk menangis. Padahal tadinya, Arifa sudah terharu dengan kedatangan kakak semata wayangnya itu. Arifa pun menjadi tertawa lalu memeluk Farhan dengan eratnya.
"Kok Kakak gak bilang sih mau pulang hari ini?" tanya Arifa sambil menatap wajah Farhan dengan kedua tangan yang masih melingkar di pinggang sang kakak.
"Surprise dong!" singkat Farhan lalu tertawa jenaka. "Omong-omong kamu rapih banget, mau kemana?" tanyanya kemudian.
Arifa melepas pelukannya lalu keduanya masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa yang berada di ruang tamu.
"Oh ini, Papah bilang sore ini mau ajak aku ke supermarket ... Kakak ikut ya! aku lagi pengen makan sushi juga. Kalau Kakak pasti udah sering makan sushi di sana."
"Hahaha kamu tau aja sih! Kakak sampai bosen makan sushi setiap hari."
"Kapan-kapan, aku ikut dong Kak ke sana ... aku tuh udah sering banget minta Papah buat ke tempat Kakak tinggal, tapi Papah selalu melarangnya. Heran deh!" ucap Arifa yang menyandarkan punggungnya di sandaran sofa sambil melipat kedua tangan di dada. Pandangannya menatap ke depan dengan raut wajah yang kesal.
"Bukannya ngelarang, Papah cuma gak mau kamu kenapa-kenapa, Fa." Suara Zakaria yang masih berada di depan pintu terdengar oleh Arifa dan juga Farhan. Keduanya pun menoleh ke arah laki-laki paruh baya itu.
"Loh, Papah udah pulang juga ternyata," ucap Arifa sambil menegakkan tubuhnya.
"Sebenarnya berhubung kerjaan Papah lagi senggang, jadi Papah jemput Farhan di bandara ... " Arifa pun menganggukkan kepalanya setelah mendengar penjelasan papahnya itu. "Oh iya, kamu udah rapih kan? yuk kita berangkat!" ajak Zakaria kemudian.
"Sebentar Pah, aku taruh koper di kamar dulu ya!" ujar Farhan yang beranjak dari sofa.
"Iya."
...****************...
Mereka bertiga tampak bahagia, baru kali ini bisa berkumpul kembali setelah sekian tahun lamanya. Walaupun minus kehadiran Sinta, karena mereka saling menguatkan lama-kelamaan rasa sedih yang sempat dirasa pun beralih jadi kebahagiaan yang tiada tara.
Setelah menempuh perjalanan satu jam dari rumah, mobil yang dikendarai oleh Zakaria pun telah sampai di sebuah supermarket terbesar di kota tempat tinggal mereka. Kondisi supermarket itu sedang ramai, bahkan untuk mencari tempat parkir yang kosong pun cukup sulit. Akhirnya setelah hampir sepuluh menit berkeliling area parkir, satu tempat pun ada untuk mobil mereka.
Dengan rasa antusias yang bercampur bahagia, mereka bertiga turun dari mobil dan berjalan dengan langkah yang pasti masuk kedalam supermarket itu. Kali ini, manjanya seorang Arifa sedang tidak bisa jauh dari sang kakak, Farhan.
Bagaimana tidak? hampir lima tahun keduanya sangat jarang sekali bertemu. Bisa dibilang dalam setahun hanya satu kali. Itupun hanya saat akhir tahun saja.
Sebenarnya Arifa memang sudah biasa sendiri, sebab kedua orang tuanya sibuk berkarir dan kakaknya pun sama setelah lulus dari kuliah S1-nya. Sifat dan sikap manja Arifa tidak melulu adanya. Itulah sebabnya kakak maupun papahnya sangat menyayangi dan bisa mengerti dirinya.
Sebuah trolley berukuran cukup besar dipilih Zakaria untuk menaruh barang belanjaan mereka. Terutama stok makanan yang akan mereka taruh di kulkas.
"Anak-anak, ini list yang udah Papah buat untuk keperluan sebulan ke depan. Kalau kalian ingin membeli di luar list tersebut, silahkan beli aja, oke?" ucap Zakaria pada kedua anaknya itu.
"Siap, Pak Bos!" sahut Farhan dan Arifa bersamaan.
Dengan semangatnya, Arifa memegang list belanjaan dan mencari barang sesuai yang ada di dalam list tersebut. Sedangkan Farhan bertugas mendorong trolley mengikuti kemana perginya sang adik. Sementara mereka tengah asik berbelanja, Zakaria pun ikut memantau sambil berjalan santai di belakang mereka.
Sesekali, Arifa bertanya pada sang ayah tentang produk yang kosong untuk diganti dengan stok yang serupa di rak itu. Begitu pula dengan Farhan, ia sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah sang adik yang tidak pernah berubah disaat bersamanya.
"Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu, buatku melambung. Membahagiakan aku, yang haus akan kasih dan sayangmu. Kau tuturkan semua, segala yang pernah kau lewati .... " Arifa mengikuti sebuah lagu yang terdengar di area supermarket itu. Zakaria maupun Farhan tersenyum saat mendengar suara indah yang Arifa miliki.
"Fa, kamu cocok deh jadi penyanyi," puji Farhan membuat Arifa tertawa jenaka.
"Iya, Fa. Apa perlu Papah carikan produser rekaman?" sahut Zakaria dengan tangan kiri yang ia masukkan ke dalam saku celana, sedangkan jemari tangan kanannya itu menggaruk dagunya yang tidak gatal seolah sedang berpikir.
"Ahaha, gak perlu Pah. Aku takut fans-ku banyak, nanti yang ada aku malah gak tenang kalau keluar rumah," jawab Arifa.
Tak terasa sudah hampir dua jam mereka berada di dalam supermarket. Namun sebenarnya sejak tadi barang yang akan dibeli telah selesai di dapatkan. Akan tetapi, semua kasir yang disana rata-rata penuh dengan antrean yang panjang.
Sementara Farhan yang memang malas untuk hal seperti itu, sudah merasa tidak nyaman berdiri lama-lama.
"Aku tunggu di depan kasir aja ya, Pah, Fa. Males banget sebenarnya aku tuh belanja di supermarket kalau ramai gini," izin Farhan sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kasir.
"Ih Kakak, apalagi kalau nanti antar istri belanja dengan kondisi tempatnya lebih ramai, segini aja udah angkat tangan buat nunggu giliran!" ledek Arifa sambil menjulurkan lidah kepada kakaknya itu.
"Biarin aja, nanti istri Kakak belanja sendiri aja, atau gak lewat online juga bisa biar gak angkat-angkat barang," sahut Farhan sambil membalas juluran lidah yang tadi dilakukan oleh Arifa.
"Udah, udah jangan bertengkar ... Farhan mending kamu cari restoran sushi sana. Kalau udah ketemu, kasih tahu Papah tempatnya. Adikmu ini lagi kepengen makan sushi katanya," usul Zakaria sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah anak perempuannya. Arifa yang melihat itu pun tersenyum bahagia.
"Nah, bagus Pah. aku setuju!" ucap Arifa sambil tersenyum pongah kepada Farhan. Akan tetapi, Farhan malah mengacak-acak rambut adiknya itu. Kemudian pergi meninggalkan Arifa dan Zakaria di antrean ke mesin kasir itu.
Seketika, Arifa pun kesal. "Awas loh Kak!" ancamnya, namun membuat Farhan melihatnya tertawa puas. Zakaria hanya menggelengkan kepala menyaksikan kelakuan Arifa dan juga Farhan yang selalu ia rindukan di masa saat ini.
Sebab, sejak kedua anak Zakaria telah beranjak dewasa dan memilih jalannya sendiri-sendiri. Masa dimana mereka kecil selalu Zakaria kenang lewat sebuah video yang pernah ia buat dahulu. Video itupun sering ia tonton di kamarnya kala berada sendiri di rumah.
Benar saja, se-sayang apapun Zakaria terhadap kedua anaknya ... tetap pendamping hidupnya lah yang seharusnya ada di sisi hingga maut memisahkan.
Setelah hampir satu jam mengantre untuk bayar, akhirnya kini giliran mereka. Semua barang yang ada di dalam trolley, satu per satu di taruh di atas meja berjalan untuk di scan penjaga kasir yang berada di ujung meja tersebut.
...****************...
Kini, ketiga manusia yang tadi berbelanja dengan rasa bahagianya telah duduk bersama dalam meja yang sama di sebuah restoran sushi terkenal di sana. Menu pun telah mereka pesan beberapa menit yang lalu.
Farhan dan Zakaria tengah asik berbincang perihal perusahaan dan juga pernikahannya. Sementara Arifa seperti biasa membuka akun sosial media milik artis idolanya. Sesekali Arifa tersenyum saat melihat tingkah idolanya yang menurutnya sangat menggemaskan pada unggahan video Haechan.
Saat tiba pesanan datang, Arifa langsung mematikan ponselnya. Begitu pula dengan kakak dan papahnya yang menghentikan obrolan mereka.
Hidangan pun telah di tata rapih di atas meja. Semua menu yang mereka pesan sangat menggugah selera makan dan ingin segera menyantapnya.
"Selamat makan!" ucap Arifa sambil mengangkat sumpit di tangan kanannya dengan senyuman lebar yang ia tunjukkan. Zakaria dan Farhan pun mengikuti apa yang barusan Arifa lakukan.
Mereka menyantap makan malam bersama itu dengan suka cita.
...****************...
Waktu telah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Dan Arifa bersama kakak serta papahnya baru saja selesai membereskan barang belanjaan mereka ke tempatnya masing-masing.
Rasa kenyang membuat mereka terus menguap dan merasakan kantuk yang luar biasa. Akhirnya, ketiga penghuni rumah itu pergi ke kamarnya masing-masing untuk tidur.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments