Arifa Kena Sial

Arifa baru saja selesai sarapan, tiba-tiba ponsel yang sebelumnya ia letakkan di samping piring itu berdering. Tertera nama Andini di layar persegi panjang itu. Arifa pun segera menjawabnya.

"Hallo, ada apa Din?" tanya Arifa yang langsung to the point sambil menyalakan loudspeaker.

"Fa, kamu dapat undangan ulang tahun Bianka gak? bukannya malam ini ya acaranya?" Adinda bertanya balik pada Arifa.

"Dapat kok. Sebentar ... " Arifa mengecek kembali undangan yang dimaksud Andini di aplikasi Whatsapp. "Kamu dateng gak? acaranya jam tujuh malam loh. Memangnya kamu dibolehin?" sambung Arifa.

"Ya ... gak tahu sih. Aku belum bilang bunda sama ayah. Terus aku juga bingung mau beli kado apa," jawab Andiri yang kedengaran sedikit resah di telinga Arifa.

"Gini aja, yang penting izin dulu. Kalau boleh, baru deh kita cari kado sama-sama," usul Arifa yang membuat Andini berpikir sejenak.

"Ya udah deh, nanti aku kabari lagi ya, Fa," ucap Andini.

"Oke," sahut Arifa mengakhiri panggilan teleponnya.

Seperti biasa, berhubung hanya dia yang ada di rumah, Arifa membersihkan dan membereskan rumahnya. Mulai dar menyapu, ngepel, menyikat kamar mandi, membereskan kamar serta mencuci piring kotor yang masih menumpuk di wastafel.

Tubuhnya masih merasakan efek samping, karena kini ia berkerja sendiri dirumah. Kondisi ekonomi yang tidak seperti sebelumnya, membuat Arifa perlahan berubah.

Hampir empat jam Arifa berjibaku dengan pekerjaan rumah, kini tubuhnya ia rebahkan di atas tempat tidur. Tak lupa pendingin ruangan yang ia nyalakan dengan suhu dua puluh satu derajat celsius. Sejuk dan menenangkan, apalagi dinyalakannya musik kesukaan yang biasa ia dengar.

Tanpa sadar, Arifa tertidur pulas karena terlalu lelah. Bagaimana tidak? rumah dua lantai dengan luas masing-masing lantai kurang lebih enam puluh meter persegi ia lakukan pekerjaan rumah sendirian.

Walau rumah yang dimiliki orang tuanya itu tidak mewah seperti pada pemilik perusahaan kebanyakan, tapi ia merasa nyaman tinggal di dalamnya. Karena tidur terlalu lelap, Arifa tidak tahu kalau Andini terus menelponnya hingga berkali-kali.

Hingga tepat pukul empat sore, Arifa pun terbangun. Dirinya langsung terperanjat duduk di atas tempat tidur saat teringat akan janjinya pada Andini untuk membeli kado bersama.

Arifa turun dari tempat tidur kemudian berjalan menuju meja belajarnya. Diraihnya ponsel yang sebelumnya ia letakkan di atas meja, Arifa terkejut saat melihat pemberitahuan panggilan sebanyak lima puluh kali dan itu rata-rata dari Andini. Iapun menelpon balik temannya itu sambil duduk di kursi belajar. Tak lama, Andini pun menjawabnya.

"Fa! astaga ... kamu darimana aja sih! dari tadi aku telepon gak dijawab sama sekali." Andini berbicara terus dengan nada bicara yang terdengar marah.

"Maaf, Din. Aku ketiduran, hehe." Arifa menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil meringis walaupun Andini tidak melihatnya.

"Astaga, kamu tidur apa pingsan sih, Fa?"

"Pingsan! ... ya tidurlah, Din. Gila aja gue sendirian di rumah pingsan terus sadar sendiri," elak Arifa kemudian tertawa.

"Iya juga sih! ... eh by the way bunda sama ayahku udah ngasih izin. Jadi gimana nih jam berapa kita beli kado?" tanya Andini kemudian.

Arifa melihat waktu di jam dinding yang terpasang di kamarnya. "Udah mau setengah lima ya, gini deh ... jam lima aku berangkat jemput kamu di rumah, aku naik motor."

"Oke, oke ... tapi Fa, ayahku suruh kita naik mobil aja. Apalagi rumahnya Bianka kan di ujung kota, kalau naik motor takut terjadi apa-apa, belum lagi kita pasti pulang malam. Kita kan perempuan Fa. Biar nanti supirku yang antar, gimana?" usul Andini.

"Ya memang, gak ada juga yang bilang kalau kita laki-laki, Din."

Andini tertawa mendengar perkataan Arifa barusan.

"Ya udah deh, berarti kamu jemput aku jam lima ya ?" tanya Arifa memastikan.

"Oke, aku mau siap-siap kalau gitu. Jangan lupa share location rumahmu ya, Fa!"

"Iya, sama aku juga. Sampai ketemu nanti."

"Iya."

Sambungan telepon pun berakhir. Arifa maupun Andini sama-sama berlomba untuk segera selesai bersiap. Dalam satu kelasnya, hanya Andini tinggal di kota yang sama dengan Arifa.

Jarak rumah keduanya pun hanya selisih lima belas menit. Anehnya, dari sejak sekolah taman kanak-kanak keduanya tidak pernah satu sekolah bahkan bertemu sekalipun.

Mereka baru dipertemukan satu sekolah dan satu kelas yang sama saat ini. Sebab sebelumnya, Andini merupakan siswi pindahan dari akademi lain di kota J.

...****************...

"Fa, aku udah di jalan. Kamu udah siap?" tanya Andini di sambungan teleponnya saat waktu telah menunjukkan pukul lima sore.

"Udah kok, Din. Ini aku udah di depan rumah nunggu kamu," jawab Arifa yang mengenakan V neck dress berwarna coklat tua yang berbahan crinkle airflow tengah duduk di kursi depan rumahnya. Tak lupa sebelum itu ia mengunci pintu rumah.

Tak lama suara klakson mobil Toyota Yaris tipe terbaru berhenti di depan rumah Arifa.

"Arifa, ayok masuk!" teriak Andini setelah membuka kaca mobilnya.

Arifa pun menoleh lalu tersenyum. "Iya, Din!" kemudian beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri Andini yang duduk di kursi penumpang. "Aku duduk dimana nih, Din?" sambung Arifa.

Andini menggeser duduknya, "Ayok masuk. Sini duduk di sebelahku."

Arifa mengangguk paham lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Setelah pintu tertutup dengan sempurna, supir pun melajukannya ke tempat yang akan akan di tuju.

Beberapa menit diperjalanan, Arifa dan Andini meminta supir untuk berhenti di sebuah toko kado yang cukup besar. Supir pun mematuhinya dan memarkirkan mobil di depan toko tersebut. Keduanya turun kemudian masuk ke dalam toko.

Pilihan barang yang ada di sana cukup banyak. Mereka sampai bingung harus membeli yang seperti apa. Hampir setengah jam mereka berputar sambil berpikir di dalam toko kado, keduanya pun akhirnya menemukan barang yang cocok.

Setelah membayar, mereka masuk ke dalam mobil kembali kemudian pergi ke tempat diselenggarakannya pesta ulang tahun Bianka. Tiba-tiba Arifa pun teringat kalau ia belum memberitahu papahnya saat ini. Itu artinya ia pergi tanpa izin terlebih dahulu dengan Zakaria.

"Mati aku!" spontan Arifa sambil menepuk keningnya.

"Ada apa, Fa?" tanya Andini yang terkejut mendengarnya.

"Aku lupa kasih tahu papah kalau aku pergi ke pesta ulang tahun Bianka!" ucap Arifa yang mulai gelisah sambil mengeluarkan ponselnya lalu mencoba menghubungi papahnya.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif dan berada di luar jangkauan.

Suara operator yang otomatis itu membuat Arifa berdecak.

"Gimana?" tanya Andini dengan rasa penasarannya.

Arifa menggeleng lalu berkata, "Gak aktif." Wajahnya memelas. "Semoga papah gak marah deh," sambungnya dengan penuh harap.

"Aamiin, nanti coba telepon lagi aja. Siapa tahu udah aktif," usul Andini membuat Arifa menggangguk setuju.

Tepat di pukul tujuh malam, kedua perempuan yang berada di dalam mobil Toyota Yaris itu tiba di sebuah restauran tempat acara ulang tahun Bianka. Mereka pun turun dari mobil lalu berjalan bersamaan masuk ke dalam.

"Din, kok tempatnya kayak privasi banget ya. Kendaraan yang parkir disini juga kelihatannya khusus dan mewah semua," ucap Arifa yang berbisik pada Andini.

"Iya, kamu benar, Fa. Mungkin Bianka sengaja mem-booking tempat ini karena acaranya bisa jadi mewah juga," sahut Andini.

"Benar juga ya."

Sebelum masuk, mereka diminta untuk menunjukkan undangan lalu men-scan barcode ke sebuah layar di lobby restauran. Setelah itu bolehlah mereka dipersilahkan masuk ke dalam.

Baru saja menginjakkan kaki untuk menaiki anak tangga, samar-samar terdengar jelas suara musik yang cukup keras. Tak hanya itu, teriakan orang-orang yang ada di dalam pun ikut membuat pikiran Arifa maupun Andini mengira pastilah sangat ramai.

Setelah berada hampir di ujung anak tangga, terlihat Bianka masih berdiri untuk menyambut kedatangan teman-temannya itu.

"Bianka, selama ulang tahun ya," ucap Arifa sambil mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman begitu pula dengan Andini.

Bianka pun menyambutnya dengan hangat sambil berkata, "Makasih ya udah dateng ke pestaku."

"Sama-sama ... oh iya ini kado dariku," ucap Arifa seraya memberikan kadonya.

"Ini dariku juga," sahut Andini juga melakukan hal yang sama dengan Arifa.

"Makasih, silakan nikmati pestanya," ucap Bianka dengan senyuman bahagia yang tak lepas dari kedua sudut bibirnya.

"Oke. Kalau gitu kita ke dalam dulu ya," pamit Arifa.

"Silahkan."

...****************...

Dua jam sudah pesta itu berlangsung sangat meriah. Selain banyak mengenal teman baru yang bukan hanya perempuan, makanan yang di sajikan pun sungguh lezat. Bahkan untuk minuman saja disediakan berbagai macam.

Satu per satu, semua orang yang hadir di pesta itu berpamitan untuk pulang. Begitu pula dengan Arifa dan Andini.

"Din, kamu duluan ke mobil ya. Aku mau buang air kecil."

"Oh, oke. Jangan lama-lama ya!"

"Iya."

Arifa segera mencari toilet khusus perempuan di sana. Tak lama ia pun menemukannya.

"Duh, legaaa," ucap Arifa pelan saat telah selesai dan segera merapihkan kembali pakaiannya karena tidak ingin Andini menunggu lama.

Akan tetapi, tiba-tiba Arifa terkunci saat dirinya hendak membuka pintu toilet. Deg! Arifa mulai gelisah. Ia kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas untuk menghubungi Andini yang berada di luar. Sialnya ponsel itu mati karena lowbatt. Arifa mulai berpikir keras.

Di luar, Andini yang sudah berada di dalam mobil menunggu Arifa. Hingga sampai satu jam berlalu dan suasana di restauran itu mulai sepi, Arifa tak kunjung datang. Andini pun cemas.

"Kok Arifa gak keluar-keluar sih," ucap Andini sambil terus melihat-lihat ke luar jendela.

"Coba aja di telepon, Non," usul supirnya.

"Iya, ya." Andini mencoba menghubungi Arifa tapi tidak aktif. "Gak aktif, Pak. Kita tunggu sebentar lagi deh. Kali aja dia malah buang air besar."

Sementara di dalam toilet, Arifa terus berusaha memanjat ke atas sekat yang ada di toilet itu. Beberapa kali mencoba memanjat sambil terteriak, tetap saja gagal dan tidak ada orang yang mendengar. Arifa sampai keringat dingin memikirkan bagaimana caranya dia bisa cepat keluar dari sana.

...****************...

Setengah jam berlalu ...

"Non, mungkin teman Non udah pulang dijemput orang tuanya," ucap supir saat ia melihat waktu di jam tangan analognya sudah pukul setengah sepuluh malam.

"Benar juga sih, tapi apa iya dia gak bilang ke aku dulu kalau dia di jemput?" Andini pun bertanya-tanya.

"Bisa jadi hp-nya lowbatt, Non," jawab supir sekenanya.

"Iya juga sih, ya udah ayuk Pak jalan."

Mobil yang di tumpangi Andini pun melaju pergi meninggalkan tempat parkir restauran itu. Selepas itu, di dalam toilet Arifa baru berhasil keluar dari sana. Dress yang ia kenakan basah karena keringat yang terus mengucur.

Pikirannya mulai kalut, di tambah ia sampai lupa memberi tahu papahnya keberadaan dia saat ini sebelum ponselnya mati. Arifa berjalan tergesa-gesa keluar dari restauran itu.

Saat tiba di depan lobby, tidak sengaja ia menabrak seorang laki-laki dengan memakai setelan jas rapih dan wajah yang sangat datar.

BRUK!

Laki-laki itu hanya melirik dan tersirat sedikit kesal karena tubuhnya bertabrakan dengan Arifa.

"Maaf, saya lagi buru-buru," ucap Arifa sambil melihat ke wajah laki-laki tersebut.

Tanpa memperdulikan Arifa, laki-laki itu pergi begitu saja untuk masuk ke dalam restauran. Arifa mengerutkan keningnya.

Ada ya laki-laki sombong kayak gitu.

Arifa pun kemudian segera pergi dari sana untuk menemui Andini. Tapi sayangnya, mobil milik temannya itu sudah tidak ada di tempat parkir.

"Hah! Andini udah pulang? aku di tinggalin dong? ya ampun sial banget sih!" Arifa menggerutu lalu mondar-mandir di tempat parkir.

Akhirnya ia berjalan ke pinggir jalan raya yang berada di depan restauran itu untuk menunggu taksi yang lewat. Lagi-lagi sampai pukul sebelas malam, tidak ada satupun taksi yang lewat. Arifa rupanya baru ke tempat ini.

"Aduh, gimana ini gak ada kendaraan umum juga. Malah udah malem banget." Arifa terus menoleh ke kanan dan ke kiri.

Tiba-tiba sebuah mobil Pajero hendak keluar dari restauran itu lalu berhenti di samping Arifa. Kaca mobilpun terbuka. Arifa melihat orang yang ada di dalam seolah tidak percaya.

"Arifa ... "

...Bersambung ......

Terpopuler

Comments

Titik pujiningdyah

Titik pujiningdyah

apa mungkin teman emaknya si arifa?

2022-09-15

1

Titik pujiningdyah

Titik pujiningdyah

siapa ya dia

2022-09-15

1

lihat semua
Episodes
1 Liburan Sekolah
2 Kekecewaan Arifa
3 Tidak Ada Di Butik
4 Kabar Tak Terduga
5 Baru Tahu Sifat Diana
6 Kepulangan Farhan
7 Family Time
8 Kiriman Paket Dokumen
9 Izin Yang Sempat Dilarang
10 Sidang Perceraian
11 Arifa Kena Sial
12 Kemana Perginya Papah?
13 Permintaan Konyol
14 Bagai Tak Dianggap
15 Perjanjian Tertulis
16 Menunggu Keputusan Arifa
17 Yang Terbaik
18 Berharap Hadirnya Pelangi
19 Kakak Yang Baik
20 Meninggalkan Tempat Kenangan
21 Tempat Kost Mewah
22 Jual Rumah
23 Pindah Ke Tempat Baru
24 Kedatangan Tamu
25 Tinggal Kenangan
26 Tidak Heran
27 Orang Gak Jelas
28 Bersyukur
29 Di Deketin Panitia Ospek
30 Ada Yang Kasmaran
31 Dikenali Teman Mamah
32 Jogging Bersama
33 Akhirnya Pulang
34 Ospek Last Day
35 Ada Saran Lain?
36 Penghilang Kepenatan
37 Diteriakin Kuntilanak
38 Menolak Untuk Menghindar
39 Tumben, basa-basi?
40 Keinginan Danish
41 Sebuah Kotak Hitam
42 Arifa Pingsan
43 Kita Berteman?
44 Bertemu Tapi Berpulang
45 Hampa dan Hambar
46 Bisa Bernapas Lega
47 Tulus atau Modus?
48 Benar-Benar Sakit Jiwa
49 Jatuh - Cinta
50 Senjata Makan Tuan
51 Selamat Bertemu Lagi
52 Sebuah Pernyataan
53 Salah Prasangka
54 Lepas Pandangan
55 Melampiaskan
56 Seakan Tertampar
57 Kiriman Makanan Pagi-Pagi
58 Jemputan Dadakan
59 Menolak Tegas!
60 Tempat Istimewa
61 Kembali Ke Asalnya
62 Mengunjungi Kakak
63 Kedatangan Dia
64 Apa Ini Lamaran?
65 Jangan Marah Dulu
66 Pulang Ke Tanah Air
67 Pindah Kampus
68 Kejutan Dari Danish
69 Sekali Seumur Hidup
70 Canggung
71 Efek Cuaca Pagi
72 Tidak Masalah
73 Sabarnya Seorang Istri
74 Panaslah Pokoknya!
75 Harapan Garis Dua
76 Masih Aman
77 Babymoon
78 Perasaan Tidak Nyaman
79 Apa Ada Yang Salah?
80 Lebih Sakit Dari Luka
81 Jawab Jujur!
82 Apa memang harusnya pergi?
83 Jangan Menunggu Kehilangan
84 Pikirkan Kembali
85 Kan Ku Buktikan
86 Kesempatan Terakhir (End)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Liburan Sekolah
2
Kekecewaan Arifa
3
Tidak Ada Di Butik
4
Kabar Tak Terduga
5
Baru Tahu Sifat Diana
6
Kepulangan Farhan
7
Family Time
8
Kiriman Paket Dokumen
9
Izin Yang Sempat Dilarang
10
Sidang Perceraian
11
Arifa Kena Sial
12
Kemana Perginya Papah?
13
Permintaan Konyol
14
Bagai Tak Dianggap
15
Perjanjian Tertulis
16
Menunggu Keputusan Arifa
17
Yang Terbaik
18
Berharap Hadirnya Pelangi
19
Kakak Yang Baik
20
Meninggalkan Tempat Kenangan
21
Tempat Kost Mewah
22
Jual Rumah
23
Pindah Ke Tempat Baru
24
Kedatangan Tamu
25
Tinggal Kenangan
26
Tidak Heran
27
Orang Gak Jelas
28
Bersyukur
29
Di Deketin Panitia Ospek
30
Ada Yang Kasmaran
31
Dikenali Teman Mamah
32
Jogging Bersama
33
Akhirnya Pulang
34
Ospek Last Day
35
Ada Saran Lain?
36
Penghilang Kepenatan
37
Diteriakin Kuntilanak
38
Menolak Untuk Menghindar
39
Tumben, basa-basi?
40
Keinginan Danish
41
Sebuah Kotak Hitam
42
Arifa Pingsan
43
Kita Berteman?
44
Bertemu Tapi Berpulang
45
Hampa dan Hambar
46
Bisa Bernapas Lega
47
Tulus atau Modus?
48
Benar-Benar Sakit Jiwa
49
Jatuh - Cinta
50
Senjata Makan Tuan
51
Selamat Bertemu Lagi
52
Sebuah Pernyataan
53
Salah Prasangka
54
Lepas Pandangan
55
Melampiaskan
56
Seakan Tertampar
57
Kiriman Makanan Pagi-Pagi
58
Jemputan Dadakan
59
Menolak Tegas!
60
Tempat Istimewa
61
Kembali Ke Asalnya
62
Mengunjungi Kakak
63
Kedatangan Dia
64
Apa Ini Lamaran?
65
Jangan Marah Dulu
66
Pulang Ke Tanah Air
67
Pindah Kampus
68
Kejutan Dari Danish
69
Sekali Seumur Hidup
70
Canggung
71
Efek Cuaca Pagi
72
Tidak Masalah
73
Sabarnya Seorang Istri
74
Panaslah Pokoknya!
75
Harapan Garis Dua
76
Masih Aman
77
Babymoon
78
Perasaan Tidak Nyaman
79
Apa Ada Yang Salah?
80
Lebih Sakit Dari Luka
81
Jawab Jujur!
82
Apa memang harusnya pergi?
83
Jangan Menunggu Kehilangan
84
Pikirkan Kembali
85
Kan Ku Buktikan
86
Kesempatan Terakhir (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!