"Mau tahu ya?" tanya Farhan dengan wajah yang menahan tawanya.
"Iya, Kakak," Arifa malah menjawabnya dengan raut wajah yang serius.
"Kakak itu nabung dari SMA, terus pas kuliah Kakak diam-diam cari kerja sampingan. Walaupun sebenarnya papah selalu ngasih uang bulanan yang lebih dari cukup bagi Kakak. Cuma, uang uang bulanan itu gak pernah Kakak pakai pas Kakak udah punya kerjaan sampingan yang bisa dibilang tetap. Eh pas lulus kuliah, langsung ada tawaran kerja dan berhasil masuk perusahaan yang bonafit di luar negeri. Awal kerja di sana, Kakak sempat ada pikiran untuk bekerja disini paling lama tiga bulan. Karena kondisinya, sistem kerja di sana tim work dan kerjanya cepat-cepat. Lumayan lama tuh Kakak beradaptasi, tapi setelah tiga bulan ... lingkungannya enak juga ya. Walaupun kami saling mengenal dan dekat, tapi mereka gak pernah tuh ikut campur sama masalah pribadi rekan kerjanya," jelas Farhan dengan panjang kali lebar.
"Oh gitu, Rifa juga ada sebenarnya tabungan. Tapi gak sebanyak Kak Farhan," ujar Arifa dengan hati yang masih merasa bangga dengan Farhan.
"Gak apa-apa, uang tabungan kamu gunain dengan cermat ya. Jangan belanja yang gak penting!" pinta Farhan sambil mengelus kepala adiknya.
"Hmm ... Kak!" panggil Arifa yang kemudian menoleh dengan raut wajah seketika berubah menjadi sendu. "Apa kita jual aja ya rumah yang kita tempati sekarang?"
"Loh kenapa? rumah itu kan bisa kamu tempati selagi Kakak kembali ke tempat Kakak kerja," sahut Farhan yang tidak terima dengan usulan Arifa.
"Rifa capek kak, rumah sebesar itu Rifa kerjain kerjaan rumah sendiri. Nanti kalau Kakak kembali ke sana, Rifa bisa nge-kost kok," keluh Arifa.
Farhan menghela napas panjang dan mulai berpikir sejenak. Sebenarnya ia takut kalau Arifa harus tinggal di rumah kost. Tapi mendengar keluhan Arifa, ia semakin merasa tidak tega, pikir Farhan.
"Oke deh, rumah bakal Kakak jual dan uangnya biar kamu yang pegang. Beberapa hari lagi kan kamu balik ke asrama, terus jangan lupa kamu harus fokus ujian dan lulus dengan nilai terbaik ya! jangan kecewain Kakak dan mendiang papah." Farhan pun memberikan izin.
"Siap bos!" ucap Arifa dengan penuh semangat. "Tapi Kakak kembali ke sana kalau Arifa udah balik lagi ke asrama, 'kan?" tanyanya kemudian.
"Yaah maaf Rifa gak bisa, cuti Kakak bisa habis ... Kakak kembali ke sana besok, kamu di rumah baik-baik ya. Kalau mau main ajak Dinda atau gak ke rumah bi Lina aja," jawab Farhan.
Arifa pun langsung terdiam, wajahnya ia palingkan menghadap ke luar kaca jendela pintu mobil.
"Jangan sedih, kita bisa kok sama-sama lewati ini. Suatu hari nanti, baik Kakak maupun kamu bakal nemuin kebahagiaannya sendiri-sendiri setelah menemukan pasangan yang mencintai kita sepenuh hati," ucap Farhan yang mencoba menghibur Arifa.
Farhan bukanlah tipe Kakak yang banyak mengumbar janji pada adiknya. Sejatinya, Farhan adalah tipe seorang Kakak yang perduli dengan Arifa dan selalu mengatakan sesuai dengan kenyataan yang ada dan akan ada di depannya.
Arifa pun menarik napas panjang, ia mencoba mencerna baik-baik apa yang dikatakan oleh Farhan barusan. "Benar juga apa yang dibilang kak Farhan, aku harusnya bersyukur masih ada kak Farhan. Kalau gak, aduh bisa-bisa jadi babunya orang tadi," ucapnya bermonolog dalam hati.
"Makasih ya, Kak." Hanya kata itu yang bisa Arifa ucapkan saat ini. Farhan pun mengangguk dan tersenyum sambil menoleh ke adiknya.
"Oh iya Kak, Rifa laper banget. Makan dulu bisa kali, uang Kakak masih ada gak? hehe," pinta Arifa dengan gaya manjanya.
"Masih kok! apa sih yang enggak buat adik Kakak ini," seru Farhan membuat Arifa bahagia bukan main, bahkan sambil bertepuk tangan.
...----------------...
Farhan membelokkan mobilnya ke pusat perbelanjaan terbesar di kota D ini. Setelah mobil terparkir sempurna, keduanya pun turun dan berjalan bersamaan masuk ke dalam.
"Kamu mau makan apa?" tanya Farhan saat berada di tengah macam-macam restauran yang mengelilingi mereka.
"Rifa mau steak, pizza, donat, udon, sushi, ice cream, hot coklat, tiramisu cake ... " Tangan Arifa tiba-tiba langsung di tarik oleh Farhan menuju restauran steak di sana.
"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu? mau take away atau makan disini?" sapa pelayan yang berjaga di depan restauran steak tersebut.
"Siang, makan disini ya untuk dua orang," jawab Farhan.
"Baik, mari saya antar ke mejanya," ajak pelayan itu sambil membawa dua buku menu ditangannya, lalu Farhan dan Arifa pun mengekor di belakangnya.
"Silahkan Kak, dan ini daftar menunya ... " ucap pelayan sambil memberikan buku menu kepada Farhan dan Arifa. "Mau langsung pesan atau pilih-pilih dulu?" tanyanya kemudian.
"Pilih-pilih dulu ya, Kak," jawab Arifa seraya tersenyum.
"Baik, kalau sudah ada yang mau di pesan panggil saya atau teman saya yang lainnya ya," ucap pelayan itu dan mereka pun mengangguk paham. Kemudian, pelayan itupun pergi dari hadapan mereka.
...----------------...
Setelah menghabiskan banyak makanan di pusat perbelanjaan itu dan tak lupa juga membungkusnya untuk di rumah, Arifa pun merasa puas dengan keinginannya yang dipenuhi oleh Farhan. Begitu pula dengan Farhan yang tidak ingin adiknya bersedih. Baginya selama bukan barang mahal yang tidak penting diminta Arifa, sebisa mungkin ia menurutinya.
Dan kini, Arifa dan Farhan sudah tiba di halaman rumah mereka. Langit pun sudah mulai beranjak gelap, sebab waktu telah menunjukkan pukul enam sore. Keduanya langsung masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamar masing-masing.
Di dalam kamar, Arifa duduk di depan meja riasnya. Memandangi pantulan dirinya sendiri dari cermin. Kemudian ia bersihkan wajahnya dengan micellar water, setelah itu pergi mandi.
Segar dan relaks Arifa rasakan setelah ia menyelesaikan mandinya kurang lebih lima belas menit yang lalu. Ia rebahkan tubuhnya di atas kasur dan mulai membuka layar ponselnya.
Seperti biasa hiburannya saat di rumah melihat sosial media milik Haechan. Seorang artis asal Korea Selatan itu, membuatnya berbunga-bunga. Bahkan ia menganggap kalau Haechan itu adalah kekasihnya.
Walau Arifa belum pernah merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, ia tetap merasa bahagia dengan hadirnya Haechan ditengah hatinya yang mulai retak ini.
Tiba-tiba ia merasa sedih, niat awalnya ingin kuliah di tempat Haechan berada. Sepertinya akan pupus dan memilih untuk melanjutkan pendidikannya di kota tempat tinggalnya saat ini. Tanpa sadar, Arifa pun ketiduran.
...----------------...
Tok, Tok, Tok.
Arifa terbangun setelah mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Sebelum membukakannya, ia menggeliatkan tubuhnya lebih dulu kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu.
CEKLEK.
"Eh Kakak," sapa Arifa dengan mata yang masih setengah terbuka.
"Ya ampun, dari kemarin sore kamu pingsan, Fa? sampai Kakak bolak-balik panggil kamu buat makan malam gak denger," pekik Farhan dan Arifa hanya tersenyum sambil menunjukkan giginya.
"Gak tau, Kak. Habis lihat pacarku live, terus ketiduran."
"Seneng banget sih lihat si Haechan itu!" Farhan berdecak karena sudah bisa menebaknya. "Gantengan siapa sih, Haechan sama Kakak?" tanyanya kemudian.
Arifa tertawa, "Ya gantengan Haechan-lah!"
Farhan mendengkus kesal, Arifa yang melihat raut wajah Farhan yang berubah langsung memeluk kakak semata wayangnya itu. "Tapi Kak Farhan adalah Kakak yang baik."
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
kenapa arifah suka Haecan sih🤭emang haecan itu yg mana
2022-09-20
1