Kemana Perginya Papah?

"Arifa!" Panggil Bianka yang duduk di kursi samping pengemudi. Arifa pun hanya tersenyum kemudian melirik ke arah laki-laki yang mengemudikan mobil.

"Kamu gak di jemput? udah malem banget loh ini. Lagipula kalau jam segini udah jarang kendaraan yang lewat," ucap Bianka dengan ramahnya.

Arifa hanya tersenyum, ia sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Satu sisi sebenarnya ia berharap Bianka akan memberinya tumpangan. Tapi disisi lain, melihat laki-laki yang ada di sebelah temannya itu, Arifa merasa malas.

"Kamu pulang ke arah mana memangnya?" tanya Bianka lagi.

"Ke arah pusat kota D, Bi," jawab Arifa ragu-ragu.

"Loh, searah dong sama kamu, Sayang!" seru Bianka sambil menoleh ke arah laki-laki di sebelahnya itu.

Sayang? berarti dia pacarnya Bianka dong. Ih kok mau sih Bianka sama laki-laki dingin kagak gitu!

Arifa menggerutu dalam hatinya. Laki-laki itupun sesekali melirik ke arahnya walaupun wajahnya menghadap ke depan.

"Kamu mau kan sekalian antar temanku pulang. Kasihan dia, udah hampir tengah malam juga, mau ya ... please." Bianka mencoba memohon. Laki-laki itu menarik napas panjang lalu menganggukkan kepala tanda setuju. Bianka pun tampak senang.

"Arifa, ayuk naik!" ajak Bianka membuat Arifa tersentak.

"Serius, Bi?" tanya Arifa memastikan.

"Iya, ayuk naik. Gak baik anak perempuan berdiri di pinggir jalan tengah malam seperti ini."

Arifa merasa lega karena Bianka berbaik hati mengajaknya ikut pulang bersama. Setelah masuk ke dalam mobil, mobil pun melaju.

Sepanjang perjalanan, Bianka maupun Arifa tidak banyak bicara karena keduanya sama-sama merasakan kantuk, terlebih laki-laki yang sedang mengendarai mobil itu.

Tak butuh waktu lama, mobil pun berhenti di depan rumah mewah bernuansa gold dengan pagar yang menjulang tinggi. Salah seorang satpam membukakan pintu gerbang tersebut dan mobil pun masuk hingga berhenti di depan pekarangan rumah itu. Saat Bianka membuka pintu mobil, seorang pelayan menghampiri sambil membawa trolley berukuran besar seperti yang ada di supermarket.

Saat laki-laki itu menekan salah satu tombol di dashboard, pintu bagian bagasi pun terbuka dengan sendirinya. Pelayan itu segera memasukkan semua hadiah ulang tahun Bianka ke dalam trolley.

Baru kali ini Arifa melihat orang kaya yang dilayani sangat istimewa. Selama ini, keluarganya memang berkecukupan. Tapi setelah melihat rumah Bianka, ia merasa takjub sendiri.

"Fa, kamu mau pindah ke depan? soalnya Aldi gak suka kalau lagi berkendara ada orang lain yang duduk di kursi belakang," ucap Bianka yang mencoba menjelaskan.

Sebenarnya Arifa malas karena sikap dinginnya laki-laki yang bernama Aldi itu, tapi daripada dia dituruni di tengah jalan, mau tidak mau Arifa pun menyetujuinya.

"Kalian hati-hati di jalan," ucap Bianka sesaat setelah Arifa pindah duduk di samping kemudi dan menutup pintunya.

Bianka masuk ke dalam rumah hingga menghilang dari pandangan, mobil pun melaju pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan, hanya terdengar suara radio bervolume kecil namun masih terdengar. Arifa pun merasa canggung dan segan untuk membuka percakapan dengan Aldi.

Namun, saat Arifa mendengar sebuah lagu kesukaannya. Spontan ia ikut bersenandung sambil melihat ke luar jendela mobil. Aldi melirik saat mendengar Arifa bernyanyi walaupun pelan.

"Kamu suka sama lagu ini?" tanya Aldi membuat Arifa menoleh.

"Iya," jawab Arifa dengan singkat, padat dan jelas. Sedangkan Aldi hanya mengangguk paham lalu fokus kembali menyetir mobil.

"Coba tolong aktifkan map dari hp-mu, terus sambungkan ke layar ini," ucap Aldi sambil menunjuk ke layar berukuran delapan inchi yang menempel di dashboard mobilnya.

"Tapi, hp-ku lowbatt," jawab Arifa yang menunjukkan layar ponselnya mati.

Aldi menepi sejenak di pinggir jalan raya yang masih ramai kendaraan. Iapun mengeluarkan sebuah kabel charger dari dalam box yang ada di sampingnya.

"Ini pakai," perintah Aldi.

Arifa segera mengisi daya baterai ponselnya dengan kabel tersebut dan terhubung. Ia mencoba menyalakannya. Sementara itu, mobil pun melaju kembali.

Arifa tidak sempat membuka pemberitahuan yang sangat banyak selama ponselnya mati. Melainkan ia hanya membuka maps supaya segera tiba di rumah.

...****************...

Cukup lama perjalanan yang ditempuh, akhirnya mobil berhenti tepat di depan rumah Arifa. Selama itu pula tidak ada percakapan selain masalah maps tadi.

Namun, Arifa merasa heran. Sebab lampu dirumahnya semuanya belum ada yang menyala selain kamarnya.

Kemana perginya papah?

Arifa bertanya-tanya dalam hatinya. Tidak ingin berlama-lama di dalam mobil, Arifa pun segera pamit pada sang empunya.

"Makasih ya, Aldi udah mau antar sampai rumah," ucap Arifa sebelum turun dari mobil.

"Sama-sama," jawab Aldi ringkas.

Tanpa basa-basi lagi, Arifa turun dari mobil dan memilih langsung masuk ke dalam rumah. Setelah Arifa menutup pintu, Aldi mengendarai mobilnya pergi dari sana.

Arifa langsung menyalakan lampu luar dan juga dalam. Akan tetapi, tidak ada tanda-tanda papanya sudah pulang. Suasana rumah pun sangat sepi. Karena merasa tubuhnya sangat lelah, Arifa akhirnya pergi ke kamar untuk beristirahat.

Saat pukul dua pagi, sebuah mobil berhenti di depan rumah. Laki-laki paruh baya turun dari mobil dengan wajahnya yang tampak sangat lelah. Pandangannya pun sedikit kabur, hingga sampai di depan pintu rumah ... BRUK! ia terjatuh dan pingsan.

Arifa yang baru saja terlelap, sangat terkejut mendengar suara yang cukup kencang yang berasal dari lantai bawah. Dengan sedikit pusing dikepalanya, Arifa segera keluar dari kamar dan mencari ke sekeliling ruangan.

Cukup lama mencari tapi tak kunjung ia temukan, akhirnya Arifa mengintip lewat jendela berukuran besar yang ada di ruang tamu. Ia semakin terkejut, saat melihat Zakaria tergeletak di teras rumah. Arifa segera membukakan pintu.

"Papah! astaga, kenapa papah bisa kayak gini." Arifa mulai panik, kemudian mencari ponsel Zakaria di saku kemejanya.

Setelah ponsel ketemu, Arifa segera menelepon rumah sakit untuk membawakannya ambulance.

Tak butuh waktu lama, ambulance tiba di rumahnya. Dua orang perawat laki-laki mengangkat Zakaria ke atas tempat tidur dan memasukkannya ke dalam mobil.

Arifa menaruh tas kerja papahnya di sofa lalu keluar kembali untuk mengunci pintu. Ia ikut masuk ke dalam mobil ambulance itu.

Salah seorang perawat mencoba untuk menyadarkan Zakaria. Akan tetapi setelah di periksa melalui stetoskop, detak jantungnya sedikit melemah. Perawat itu segera memasangkan infus dan menaruh selang oksigen di hidung Zakaria.

Arifa tidak tahu lagi harus bagaimana, ia juga terus mencoba untuk menghubungi Farhan. Tubuhnya juga merasa lelah, tapi melihat papahnya yang lebih terlihat kelelahan. Yang ia rasakan pada tubuhnya itu seketika hilang.

Lima belas menit kemudian, mobil ambulance tiba di depan ruang IGD. Arifa turun dari sana begitupula dengan perawat yang menurunkan papahnya.

Dokter jaga di ruangan itu langsung memeriksa kondisi Zakaria bersama dua orang perawat. Sedangkan Arifa menunggu pemeriksaan selesai dari luar tirai yang sebelumnya di tutup.

Tak disangka, ponsel papahnya berdering. Melihat nama yang tertera itu Farhan, ia segera menjawabnya.

"Hallo, Kak! papah masuk rumah sakit," ucap Arifa to the point.

"Kok bisa? tadi pagi masih baik-baik aja loh, Fa!" Farhan terkejut mendengarnya.

"Aku juga gak tahu, Kak. Papah kayaknya baru pulang deh, soalnya tadi aku lihat papah pingsan di teras rumah."

"Astaga ... ya udah deh. Kakak pulang lagi, tapi kemungkinan besok baru sampai."

"Iya, Kak ... " Arifa melihat tirai itu terbuka. "Kak nanti aku telepon lagi, dokter baru aja selesai periksa papah," sambungnya lalu mengakhiri sambungan teleponnya.

Arifa langsung menghampiri dokter jaga itu. Ia penasaran apa yang telah terjadi dengan papahnya.

"Sebenarnya papah saya kenapa, Dok?"

...Bersambung ......

Terpopuler

Comments

Titik pujiningdyah

Titik pujiningdyah

aduh semoga pak zakaria gpp ya, ikut deg deg gt

2022-09-15

1

lihat semua
Episodes
1 Liburan Sekolah
2 Kekecewaan Arifa
3 Tidak Ada Di Butik
4 Kabar Tak Terduga
5 Baru Tahu Sifat Diana
6 Kepulangan Farhan
7 Family Time
8 Kiriman Paket Dokumen
9 Izin Yang Sempat Dilarang
10 Sidang Perceraian
11 Arifa Kena Sial
12 Kemana Perginya Papah?
13 Permintaan Konyol
14 Bagai Tak Dianggap
15 Perjanjian Tertulis
16 Menunggu Keputusan Arifa
17 Yang Terbaik
18 Berharap Hadirnya Pelangi
19 Kakak Yang Baik
20 Meninggalkan Tempat Kenangan
21 Tempat Kost Mewah
22 Jual Rumah
23 Pindah Ke Tempat Baru
24 Kedatangan Tamu
25 Tinggal Kenangan
26 Tidak Heran
27 Orang Gak Jelas
28 Bersyukur
29 Di Deketin Panitia Ospek
30 Ada Yang Kasmaran
31 Dikenali Teman Mamah
32 Jogging Bersama
33 Akhirnya Pulang
34 Ospek Last Day
35 Ada Saran Lain?
36 Penghilang Kepenatan
37 Diteriakin Kuntilanak
38 Menolak Untuk Menghindar
39 Tumben, basa-basi?
40 Keinginan Danish
41 Sebuah Kotak Hitam
42 Arifa Pingsan
43 Kita Berteman?
44 Bertemu Tapi Berpulang
45 Hampa dan Hambar
46 Bisa Bernapas Lega
47 Tulus atau Modus?
48 Benar-Benar Sakit Jiwa
49 Jatuh - Cinta
50 Senjata Makan Tuan
51 Selamat Bertemu Lagi
52 Sebuah Pernyataan
53 Salah Prasangka
54 Lepas Pandangan
55 Melampiaskan
56 Seakan Tertampar
57 Kiriman Makanan Pagi-Pagi
58 Jemputan Dadakan
59 Menolak Tegas!
60 Tempat Istimewa
61 Kembali Ke Asalnya
62 Mengunjungi Kakak
63 Kedatangan Dia
64 Apa Ini Lamaran?
65 Jangan Marah Dulu
66 Pulang Ke Tanah Air
67 Pindah Kampus
68 Kejutan Dari Danish
69 Sekali Seumur Hidup
70 Canggung
71 Efek Cuaca Pagi
72 Tidak Masalah
73 Sabarnya Seorang Istri
74 Panaslah Pokoknya!
75 Harapan Garis Dua
76 Masih Aman
77 Babymoon
78 Perasaan Tidak Nyaman
79 Apa Ada Yang Salah?
80 Lebih Sakit Dari Luka
81 Jawab Jujur!
82 Apa memang harusnya pergi?
83 Jangan Menunggu Kehilangan
84 Pikirkan Kembali
85 Kan Ku Buktikan
86 Kesempatan Terakhir (End)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Liburan Sekolah
2
Kekecewaan Arifa
3
Tidak Ada Di Butik
4
Kabar Tak Terduga
5
Baru Tahu Sifat Diana
6
Kepulangan Farhan
7
Family Time
8
Kiriman Paket Dokumen
9
Izin Yang Sempat Dilarang
10
Sidang Perceraian
11
Arifa Kena Sial
12
Kemana Perginya Papah?
13
Permintaan Konyol
14
Bagai Tak Dianggap
15
Perjanjian Tertulis
16
Menunggu Keputusan Arifa
17
Yang Terbaik
18
Berharap Hadirnya Pelangi
19
Kakak Yang Baik
20
Meninggalkan Tempat Kenangan
21
Tempat Kost Mewah
22
Jual Rumah
23
Pindah Ke Tempat Baru
24
Kedatangan Tamu
25
Tinggal Kenangan
26
Tidak Heran
27
Orang Gak Jelas
28
Bersyukur
29
Di Deketin Panitia Ospek
30
Ada Yang Kasmaran
31
Dikenali Teman Mamah
32
Jogging Bersama
33
Akhirnya Pulang
34
Ospek Last Day
35
Ada Saran Lain?
36
Penghilang Kepenatan
37
Diteriakin Kuntilanak
38
Menolak Untuk Menghindar
39
Tumben, basa-basi?
40
Keinginan Danish
41
Sebuah Kotak Hitam
42
Arifa Pingsan
43
Kita Berteman?
44
Bertemu Tapi Berpulang
45
Hampa dan Hambar
46
Bisa Bernapas Lega
47
Tulus atau Modus?
48
Benar-Benar Sakit Jiwa
49
Jatuh - Cinta
50
Senjata Makan Tuan
51
Selamat Bertemu Lagi
52
Sebuah Pernyataan
53
Salah Prasangka
54
Lepas Pandangan
55
Melampiaskan
56
Seakan Tertampar
57
Kiriman Makanan Pagi-Pagi
58
Jemputan Dadakan
59
Menolak Tegas!
60
Tempat Istimewa
61
Kembali Ke Asalnya
62
Mengunjungi Kakak
63
Kedatangan Dia
64
Apa Ini Lamaran?
65
Jangan Marah Dulu
66
Pulang Ke Tanah Air
67
Pindah Kampus
68
Kejutan Dari Danish
69
Sekali Seumur Hidup
70
Canggung
71
Efek Cuaca Pagi
72
Tidak Masalah
73
Sabarnya Seorang Istri
74
Panaslah Pokoknya!
75
Harapan Garis Dua
76
Masih Aman
77
Babymoon
78
Perasaan Tidak Nyaman
79
Apa Ada Yang Salah?
80
Lebih Sakit Dari Luka
81
Jawab Jujur!
82
Apa memang harusnya pergi?
83
Jangan Menunggu Kehilangan
84
Pikirkan Kembali
85
Kan Ku Buktikan
86
Kesempatan Terakhir (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!