Kepulangan Farhan

"Oke ... siap ya, satu ... dua ... tiga! eng ing eng ... Lingga!"

Semua orang di sana bersorak sorai bahagia sambil bertepuk tangan, begitupun dengan Lingga.

"Asik, yang dapet duda euy!"

"Ceo muda lagi, ya Jeng."

"Iya benar."

"Lingga, liburannya harus yang meriah ya!" seru Sinta lalu tertawa kemudian. Lingga yang mendengar itu, seketika juga ikut tertawa.

"Hahhaha, iya tenang aja. Liburan kali ini pasti gak akan terlupakan," jawab Lingga dengan penuh antusias.

"Ya udah, ya udah ayok kita makan! nanti keburu dingin gak enak makanannya, itu es juga udah mulai mencair, selamat makan semuanya!" ajak seorang perempuan yang duduk di sebelah Sinta. Sebenarnya sejak tadi ia merasa tidak tahan melihat hidangan yang telah tersedia di atas meja bundar berukuran besar yang muat hingga sepuluh orang itu. Pasalnya, ia sengaja tidak makan malam terlebih dahulu saat berangkat dari rumah. Alhasil, perutnya terasa sangat lapar.

Kini mereka pun menikmati makan malamnya. Restoran yang berada di lantai dua puluh itu memiliki pemandangan yang sangat indah saat malam hari. Pemenang arisan bulan lalu sengaja memilih untuk berkumpul di sana. Sebab, budget yang mereka kumpulkan pada arisan itu kisaran seratus jutaan. Tapi jangan salah, arisan itu di sebut sebagai arisan foya-foya. Mereka juga punya beberapa macam arisan, diantaranya arisan tabungan, kegiatan sosial dan juga barang atau perhiasan.

Tak terasa malam pun semakin beranjak larut, Sinta melihat waktu di jam analog yang berada di tangan kirinya telah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara, teman-temannya masih asik mengobrol dan berkaraoke.

Sinta memilih pergi ke sebuah balkon di sana. Menatap hamparan lampu kota yang sangat indah. Kendaraan yang masih berlalu lalang di jalan pun memecah keheningan malam yang cerah itu.

Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri di samping Sinta yang juga ikut melakukan hal yang sama.

"Rasanya tenang ya kalau seperti ini?" tanya laki-laki itu membuat Sinta menoleh dengan santainya.

"Eh kamu, Ling ... iya benar, cocok untuk menenangkan pikiran."

"Pikiran kamu lagi kenapa memangnya, Ta?" tanya Lingga dengan sebelah tangannya yang menyandar ke pembatas balkon dan menghadap Sinta. Laki-laki bertumbuh tinggi dan berotot, serta berwajah yang lumayan tampan itu menunjukkan rona tenangnya.

Sedangkan Sinta yang mendengar pertanyaan itu tercekat dalam diam. Ia sebenarnya masih malas untuk membicarakan masalah pribadinya dengan orang lain. Sebab, tadi siang Sinta pun sempat ke kantor pengadilan agama untuk memasukkan berkas perceraian sambil di dampingi oleh pengacaranya.

"Ah, enggak kok!" elak Sinta sambil menatap ke arah hamparan langit yang dipenuhi bintang-bintang.

"Oh, syukurlah. Kalau gitu, aku pergi dulu ya," pamit Lingga kemudian dijawab sebuah anggukkan kepala oleh Sinta.

Setelah berada di dalam, Lingga mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Mencari sebuah kontak di sana, lalu melakukan panggilan telepon ke kontak yang ia maksud.

"Cepat cari tahu tentang dia, dalam waktu tiga hari!" perintah Lingga dengan seseorang di ujung telepon itu.

"Baik, Pak!"

Kemudian sambungan itupun di akhiri oleh Lingga dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana.

...****************...

Arifa yang masih asik menonton live streaming di akun media sosial idolanya itu, mengusir rasa kantuknya di malam yang sangat larut ini. Waktu terus bergulir, tanpa terasa waktu pun telah berada di pukul empat dini hari.

Setelah live streaming berakhir, Arifa tak kunjung langsung tertidur. Ia memilih keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.

Dibukanya kulkas dua pintu itu, ia tidak melihat banyak makanan di sana. Hanya tersedia mie instan dengan varian kuah dan goreng. Karena perutnya yang sudah berisik sejak tadi, Arifa pun mengambil dua bungkus mie instan varian goreng untuk mengganjal perutnya.

Aroma harum dari mie goreng yang telah selesai Arifa masak, membuat Zakaria yang baru saja keluar kamar menghampirinya di dapur.

"Banyak banget, Fa. Itu pasti bikin mie dua bungkus ya?" tanya Zakaria yang membuat Arifa terkejut. Anak perempuannya pun menoleh sambil tersenyum.

"Aku lapar, Pah. Di kulkas cuma ada ini," jawab Arifa dengan wajah memelas.

Zakaria pun terdiam. "Aku makan dulu ya, Pah. Habis ini baru mau tidur, ngantuk!" sambung Arifa sambil membawa piring yang berisi mie goreng menuju meja makan.

"Kamu pasti begadang ya, Fa?" tanya Zakaria kembali yang sebenarnya merasa kesal. Ia sangat tidak suka jika Arifa begadang hingga dini hari seperti ini.

"Iya, Pah. Haechan lagi live sambil nyanyi gitu," jawab Arifa sambil menyantap mie yang sangat lezat baginya.

Zakaria pun menepuk keningnya, kemudian berkata, "Ternyata karena si Haechan. Orang mana sih dia, Fa? kok kamu nge-fans banget sama Haechan?"

"Korea, Pah. Dia artis loh, ganteng, imut, gemesin dan kalau ngomong itu kocak, Pah."

"Memangnya kamu ngerti bahasa dia?" tanya Zakaria yang baru saja menuangkan air untuk Arifa kemudian ikut bergabung di meja makan itu.

"Ngerti, Pah."

"Oh ya, coba Papah mau dengar."

"Joh-eun achim-ibnida joh-eun halu doeseyo. salanghaeyo," ucap Arifa lalu diakhiri dengan jari telunjuk dan ibu jari yang ia sematkan menjadi bentuk hati.

"Pintar sekali anak Papah, hebat!" puji Zakaria membuat Arifa tersenyum.

"Omong-omong belajar darimana kamu, Fa?"

"Dulu, pernah ada teman satu asrama Rifa juga penggemar artis-artis Korea. Dan dia punya kamus bahasa Korea yang sengaja di beli supaya bisa bicara bahasa idolanya. Jadi waktu idolanya live streaming, dia ngerti deh apa yang dibicarakan idolanya itu. Katanya, kita boleh nge-fans sama artis luar negeri tapi kita juga harus bisa mengerti apa yang mereka ucapkan. Terkadang, tidak sedikit artis luar yang mentang-mentang punya fans di beda negara dengannya, terus ia berpikir bahwa fansnya itu gak ngerti bahasanya. Jadi, dia bisa ngomong seenaknya. Bahkan omongan yang kasar dan tidak berpendidikan."

Zakaria pun tercengang, "Ada ya Fa orang seperti itu?" tanyanya tidak percaya.

"Ada, Pah. Dan kalau Papah tahu, temanku itu udah lancar berbicara lima bahasa selain bahasa Indonesia. Korea, Inggris, Jerman, Mandarin, sama Melayu."

"Waw ... dia seangkatan denganmu, Fa?"

"Iya, Pah ... tapi sayangnya dia udah pindah karena kedua orang tuanya pindah tugas ke negara tetangga."

"Oh gitu toh ... ya udah, kamu cepat habiskan mie-nya. Terus tidur, nanti sore kita pergi ke supermarket buat beli bahan makanan ya!" titah Zakaria kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Papah mau siap-siap ke kantor dulu," sambungnya lalu pergi meninggalkan Arifa yang masih berada di meja makan.

...****************...

Arifa tertidur sangat lelap setelah semalaman begadang hingga pagi. Kini, tubuhnya mulai menggeliat untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku setelah cukup lama tertidur.

Perlahan keduanya matanya mengerjap, mencoba untuk memulihkan kesadarannyan kembali. Dilihatnya jam dinding pun telah pukul tiga sore.

Arifa duduk di atas ranjang, kemudian bergegas untuk mandi dan bersiap. Dirinya pun seketika bersemangat saat ingat janji Zakaria di sore ini.

Tak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi, kini Arifa tengah berdiri di depan lemari pakaian yang sebelumnya ia buka. Ia pun berpikir baju apa yang akan dikenakannya, lalu pilihannya pun jatuh pada sweater ungu dan celana jeans slimfit berwarna biru muda.

Tak lupa ia memoles make up tipis dan merapihkan rambutnya yang di ikat menyerupai buntut kuda. Setelah selesai, Arifa keluar dari kamarnya menuju dapur untuk minum karena tenggorokannya terasa kering.

Baru saja ia menaruh gelasnya di wadah dispenser, suara bel rumah pun berbunyi. Arifa mengurungkan niatnya untuk minum dan memilih pergi untuk membukakan pintu.

"Siapa ya yang bertamu sore-sore gini?" tanyanya sambil berjalan ke arah pintu utama rumahnya itu.

Setelah dibuka, matanya seketika melebar dan kedua telapak tangannya pun menutupi mulutnya yang ikut ternganga. Ia seolah tidak percaya dengan orang yang kini berdiri dihadapannya. Tak hanya itu, karena terlalu bahagianya, mata Arifa pun berkaca-kaca.

"Kakak!"

...Bersambung ......

Terpopuler

Comments

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

wakksss mau duda satu kk🏃🏼‍♀

2022-10-31

1

Titik pujiningdyah

Titik pujiningdyah

aku belum menemukan hilalnya🤭

2022-09-11

1

lihat semua
Episodes
1 Liburan Sekolah
2 Kekecewaan Arifa
3 Tidak Ada Di Butik
4 Kabar Tak Terduga
5 Baru Tahu Sifat Diana
6 Kepulangan Farhan
7 Family Time
8 Kiriman Paket Dokumen
9 Izin Yang Sempat Dilarang
10 Sidang Perceraian
11 Arifa Kena Sial
12 Kemana Perginya Papah?
13 Permintaan Konyol
14 Bagai Tak Dianggap
15 Perjanjian Tertulis
16 Menunggu Keputusan Arifa
17 Yang Terbaik
18 Berharap Hadirnya Pelangi
19 Kakak Yang Baik
20 Meninggalkan Tempat Kenangan
21 Tempat Kost Mewah
22 Jual Rumah
23 Pindah Ke Tempat Baru
24 Kedatangan Tamu
25 Tinggal Kenangan
26 Tidak Heran
27 Orang Gak Jelas
28 Bersyukur
29 Di Deketin Panitia Ospek
30 Ada Yang Kasmaran
31 Dikenali Teman Mamah
32 Jogging Bersama
33 Akhirnya Pulang
34 Ospek Last Day
35 Ada Saran Lain?
36 Penghilang Kepenatan
37 Diteriakin Kuntilanak
38 Menolak Untuk Menghindar
39 Tumben, basa-basi?
40 Keinginan Danish
41 Sebuah Kotak Hitam
42 Arifa Pingsan
43 Kita Berteman?
44 Bertemu Tapi Berpulang
45 Hampa dan Hambar
46 Bisa Bernapas Lega
47 Tulus atau Modus?
48 Benar-Benar Sakit Jiwa
49 Jatuh - Cinta
50 Senjata Makan Tuan
51 Selamat Bertemu Lagi
52 Sebuah Pernyataan
53 Salah Prasangka
54 Lepas Pandangan
55 Melampiaskan
56 Seakan Tertampar
57 Kiriman Makanan Pagi-Pagi
58 Jemputan Dadakan
59 Menolak Tegas!
60 Tempat Istimewa
61 Kembali Ke Asalnya
62 Mengunjungi Kakak
63 Kedatangan Dia
64 Apa Ini Lamaran?
65 Jangan Marah Dulu
66 Pulang Ke Tanah Air
67 Pindah Kampus
68 Kejutan Dari Danish
69 Sekali Seumur Hidup
70 Canggung
71 Efek Cuaca Pagi
72 Tidak Masalah
73 Sabarnya Seorang Istri
74 Panaslah Pokoknya!
75 Harapan Garis Dua
76 Masih Aman
77 Babymoon
78 Perasaan Tidak Nyaman
79 Apa Ada Yang Salah?
80 Lebih Sakit Dari Luka
81 Jawab Jujur!
82 Apa memang harusnya pergi?
83 Jangan Menunggu Kehilangan
84 Pikirkan Kembali
85 Kan Ku Buktikan
86 Kesempatan Terakhir (End)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Liburan Sekolah
2
Kekecewaan Arifa
3
Tidak Ada Di Butik
4
Kabar Tak Terduga
5
Baru Tahu Sifat Diana
6
Kepulangan Farhan
7
Family Time
8
Kiriman Paket Dokumen
9
Izin Yang Sempat Dilarang
10
Sidang Perceraian
11
Arifa Kena Sial
12
Kemana Perginya Papah?
13
Permintaan Konyol
14
Bagai Tak Dianggap
15
Perjanjian Tertulis
16
Menunggu Keputusan Arifa
17
Yang Terbaik
18
Berharap Hadirnya Pelangi
19
Kakak Yang Baik
20
Meninggalkan Tempat Kenangan
21
Tempat Kost Mewah
22
Jual Rumah
23
Pindah Ke Tempat Baru
24
Kedatangan Tamu
25
Tinggal Kenangan
26
Tidak Heran
27
Orang Gak Jelas
28
Bersyukur
29
Di Deketin Panitia Ospek
30
Ada Yang Kasmaran
31
Dikenali Teman Mamah
32
Jogging Bersama
33
Akhirnya Pulang
34
Ospek Last Day
35
Ada Saran Lain?
36
Penghilang Kepenatan
37
Diteriakin Kuntilanak
38
Menolak Untuk Menghindar
39
Tumben, basa-basi?
40
Keinginan Danish
41
Sebuah Kotak Hitam
42
Arifa Pingsan
43
Kita Berteman?
44
Bertemu Tapi Berpulang
45
Hampa dan Hambar
46
Bisa Bernapas Lega
47
Tulus atau Modus?
48
Benar-Benar Sakit Jiwa
49
Jatuh - Cinta
50
Senjata Makan Tuan
51
Selamat Bertemu Lagi
52
Sebuah Pernyataan
53
Salah Prasangka
54
Lepas Pandangan
55
Melampiaskan
56
Seakan Tertampar
57
Kiriman Makanan Pagi-Pagi
58
Jemputan Dadakan
59
Menolak Tegas!
60
Tempat Istimewa
61
Kembali Ke Asalnya
62
Mengunjungi Kakak
63
Kedatangan Dia
64
Apa Ini Lamaran?
65
Jangan Marah Dulu
66
Pulang Ke Tanah Air
67
Pindah Kampus
68
Kejutan Dari Danish
69
Sekali Seumur Hidup
70
Canggung
71
Efek Cuaca Pagi
72
Tidak Masalah
73
Sabarnya Seorang Istri
74
Panaslah Pokoknya!
75
Harapan Garis Dua
76
Masih Aman
77
Babymoon
78
Perasaan Tidak Nyaman
79
Apa Ada Yang Salah?
80
Lebih Sakit Dari Luka
81
Jawab Jujur!
82
Apa memang harusnya pergi?
83
Jangan Menunggu Kehilangan
84
Pikirkan Kembali
85
Kan Ku Buktikan
86
Kesempatan Terakhir (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!