Nyidam

Tak ada kendala berarti saat Ruby menjalani segudang aktifitas dengan perutnya yang sudah besar. Saat berjalan bersama, Kiran kerap meringis ngilu bila menatap ke arah perut Ruby yang menjembul dari seragam kerjanya. Ruby yang kreatif, merobak serayam kerja yang bermodel kemeja untuk disesuaikan dengan bentuk perutnya agar tetap nyaman namun tetap tertutup.

"Kak, hati-hati," tegur Kiran saat melihat Ruby berjalan tergesa-gesa.

"Kiran, kita sudah hampir terlambat. Jika tidak cepat, pasti Tuan Wira akan menghukum kita." Wajah Ruby mulai cemas, ia melihat ke arah mentari yang mulai meninggi.

"Halah, santai saja Kak. Toh jika kita terlambat, Tuan Wira tidak akan mungkin menghukum wanita yang hamil besar seperti Kakak," celoteh Kiran tanpa beban sembari berjalan santai.

"Anak ini ya," decak Ruby sembari menggelengkan kepala.

Mereka terpisah selepas menyimpan tas dan barang pribadi ke dalam loker. Kiran menuju meja kasir dan Ruby bergabung dengan Mario di dapur Resto.

"Hai Ruby, kau sudah datang," tanya Mario begitu Ruby mendekatinya.

"Ya."

"Wah dua hari tak bertemu, kenapa perutmu semakin besar saja," goda Mario seraya tergelak. "Ruby apa kau tau, bos Wira mengantikanmu dengan asisten koki sebelah yang gendut dan cerewet itu. Aku sampai ingin muntah mendengar omelannya setiap waktu. Mengaturku begini, mengaturku begitu. Sedangkan kau tau, di sini akulah kokinya, kenapa jadi dia yang mengaturku?." Mario menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal. Dia sendiri yang bicara tapi dia sendiri pula yang kebingungan.

Tanpa diketahui seseorang perempuan yang mereka bicarakan, rupanya mendengar. Dalam satu kali gerakan tangan, mangkuk berbahan stainless itu ia hempaskan ke lantai.

Brangg.

Tubuh Mario sontak terperanjat, begitu pun dengan beberapa orang lain yang berada di dapur. Perempuan bertubuh tambun itu memandang Mario dengan tatapan tajam dengan tangan berkacak pinggang.

"Ya tuhan dia begitu menakutkan. Bahkan lebih menakutkan dari pada Tuan Wira," gumam Mario yang tentunya hanya bisa didengar oleh Ruby.

Begitulah Ruby menjalani hari-harinya. Meski terasa berat, namun beruntung Ruby selalu dikelilingi orang-orang baik di sekitarnya. Membuat gadis itu kian bersemangat untuk mencari uang dan merengkuh kebahagiaan di kehidupan barunya.

💗💗💗💗💗

Dua hari perjalanan yang begitu menyiksa bagi seorang Sean saat harus bertemu dengan beberapa orang yang tak sesuai keinginannya. Terlebih ketika mencium aroma parfum wanita yang seketika mengaduk seisi perutnya.

Sudah dua kali ini ia bertandang ke kota xx untuk menemui Silvia atas permintaan sang Ibu. Sesungguhnya Sean sudah berusaha menolak dengan berbagai alasan. Akan tetapi Margareth salah bergerak satu langkah lebih cepat darinya. Membuat pria muda itu tak kuasa menolak, hingga memilih mengikuti alur yang sudah dibuat oleh sang Ibu.

Pertemuan kali ini tak berbeda jauh dari sebelumnya. Sean sontak menutup hidung saat Silvia mulai mendekatinya. Bahkan saat gadis itu mengulurkan tangan ketika hendak berkenalan, Sean sudah mentup hidung kemudian berlari ke arah toilet ketika rasa mual kian melanda.

Margareth tentu menatap garang padanya. Mengangap apa yang terjadi sebagai bentuk penghinaan.

"Aku akan mencari dokter spesialis terbaik untuk menghentikan penyakit anehmu itu. Aku sanggup membayar mereka berapa pun asal kau sembuh." Sean hanya bisa menghela nafas begitu kalimat itu meluncur bebas dari bibir sang ibu beberapa waktu lalu.

Sean menuruni kendaraannya dengan kaki terseok. Pelayan rumahnya menyambut dan juga Selena berdiri tak jauh dari perempuan tersebut.

"Mual lagi," tanya Selena begitu melihat wajah pucat sang Kakak. Sementara Sean hanya menghela nafas dalam dan tak berniat menjawab pertanyaan sang adik yang seharusnya tak memerlukan jawaban.

Selena pun memapah sang kakak untuk masuk rumah kemudian meminta pelayan untuk menyiapkan segelas teh hangat.

Sean menjatuhkan bobot tubuh di atas sofa dengan kepala ia sandarkan pada punggung sofa. Pria muda itu menutup kedua mata sementara satu tangannya bergerak untuk mengurut pelipisnya yang masih menyisakan pening.

"Kak, minum dulu," pinta Selena seraya mengangsur segelas teh hangat buatan pelayan ke hadapan Sean.

"Sebentar." Sean membenahi posisi duduknya sebelum menerima segelas teh dari tangan Selenan kemudian meneguknya perlahan. "Terimakasih," ucap pada Sang adik dan juga Ika, pelayannya.

"Kakak ingin istirahat? Ayo, aku bantu ke kamar?." Selena menawarkan bantuan namun Sean mengangkat tangan, menolaknya.

"Tidak usah, biarkan aku di sini saja."

Selena menghela nafas. Ia tatap tubuh sang kakak yang setengah terbaring di sofa dengan mata terpejam. Sejak kepergian Ruby, Sean memang kerap kali uring-uringan. Emosinya pun tak terkontrol juga penampilannya yang mulai berantakan. Untuk hari-hari tertentu Selena memang menyempatkan diri untuk sekedar memastikan Sean dalam kondisi baik-baik saja. Meski ada seorang pelayan, namun dalam mengurus diri sendiri pria itu tak ingin memberatkan orang lain atau lebih tepatnya ia tak ingin dilayani orang lain terkecuali orang-orang terdekatnya.

Selena membiarkan Sean tertidur di sofa. Dalam hati ia merasa tak tega saat melihat kondisi Sean yang seperti ini.

Maafkan aku, Kak.

Selena membawa gelas kosong bekas Sean ke dapur. Di kursi meja makan gadis berusia 21 tahun tersebut melamun.

Kepergian Ruby pun sejujurnya atas andil dirinya. Bersama Margaret, Ika dan seorang penjaga keamanan rumah Sean, keempat orang itu berkomplot untuk bisa mengelabuhi Ruby. Membayar orang asing untuk masuk ke dalam kamar di mana Ruby yang sudah dalam keadaan tertidur pulas selepas meneguk minuman yang lebih dulu dicampurkan obat tidur oleh Ika, tak menyadarinya.

"Nona."

Selena terkesiap saat Ika memanggilnya.

"Nona melamun?."

"Tidak," jawab Selena. "Aku hanya bingung dengan keadaan yang menimpa Kak Sean belakangan ini. Mual saat mencium aroma parfum tertentu yang ia temui," papar Selena yang nyatanya hanyalah kebohongan.

Ika ikut duduk di kursi lain. Begitu mendengar penuturan Selena, Ika pun ikut merenung dan berfikir.

"Benar, dulu sebelum kepergian Nona Ruby, keadaan Tuan tidak seperti ini. Sehat dan biasa-biasa saja tidak seperti orang nyi..." Ika mengernyit kemudian membungkam mulut.

"Nyi apa maksud Embak?."

"Em, tidak. Maksudku Nyidam, tapi mana mungkin, Tuan Sean kan laki-laki. Biasanya perempuan yang sedang hamil, apa lagi di usia kandungan yang masih muda, hidung mereka akan lebih sensitif saat mencium aroma tertentu seperti bumbu masak dan parfum."

Selena tergelak. Menganggap aneh ucapan Ika yang baginya tak masuk akal ketika seorang pria yang nyatanya tak hamil, justru mengalami hal serupa.

"Ucapanmu itu mengada-ada mbak, Lagi pula Kak Sean kan laki-laki. Jadi mana mungkin dia hamil, terkecuali jika itu Kak Ruby. Itu pun jika dia masih berada di rumah ini." Selena masih tergelak, namun tidak dengan Ika. Fikiran janda muda dengan satu orang putri itu justru tertuju pada Ruby. Ruby, mantan nona yang sudah ia curangi.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Sachiro Hafizh

Sachiro Hafizh

jahat bgt kalian yah,
kl sean tau faktanya kalian bakalan diamuk

2024-11-29

1

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

lanjut

2024-08-13

0

Kamiem sag

Kamiem sag

selain nunggu Sean mengetahui kebenaran aku juga nunggu karma buat Margareth Selena

2024-08-13

4

lihat semua
Episodes
1 Fitnah Berujung Talak
2 Garis Dua
3 Resmi Bercerai
4 Pergi
5 Kehidupan Setelah Berpisah
6 Segengam Asa
7 Diterima Bekerja
8 Restu Yang Tak Pernah Didapat
9 Hari Pertama Bekerja
10 Membuka Kenangan
11 Dia...
12 Sajian Untuk Sang Tuan
13 Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14 Parfum
15 Kekecewaan Ruby
16 Berhak Bahagia
17 Nyidam
18 Baby Shop
19 Wira
20 Takdir
21 Pergulatan Batin
22 Tangis Dan Untaian Doa
23 Silvia
24 Status Ruby
25 Lingkungan Pertemanan Margareth
26 Pertemuan Tak Terduga
27 Tirai Yang Tersibak
28 Penelusuran Sean
29 Naik Jabatan
30 Pertemuan
31 Pertemuan Part 2
32 Mengikuti Ruby
33 Ruby Resto & Cafe
34 Celia, Putriku
35 Bersama Wira
36 Kedatangan Sean
37 Mengulang Masa Lalu
38 Jangan Dekat Dengannya
39 Tentang Wira
40 Reaksi Margareth
41 Keinginan Sean
42 Keputusan Ruby
43 Kembali Bersama
44 Rencana Sean
45 Rencana Sean Part. 2
46 Kegalauan Wira
47 Tentang Selena
48 Perubahan Ruby
49 Berkunjung Ke Rumah Ruby
50 Margareth Diusir
51 Akal Bulus Leo
52 Perdebatan Selena Dan Margareth
53 Penyesalan Selena
54 Adik Dan Kakak
55 Ulah Margareth
56 Siapa Yang Pantas
57 Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58 Wira Bersama Kiran
59 Wira Bersama Kiran Part. 2
60 Kedatangan Rio
61 Kedatangan Rio Part. 2
62 Tekad Seorang Pria
63 Meminta Pendapat Sean
64 Tekad Seorang Pria Part. 2
65 Melamar Selena
66 Sean Menemui Margareth
67 Sean Menemui Margareth Part. 2
68 Sean Menemui Margareth Part. 3
69 Rengekan Willy
70 Kedekatan Kiran Dan Willy
71 Bentuk Perhatian
72 Membujuk Selena
73 Rio Bagaskara
74 Penjelasan Rio
75 Kejutan Untuk Margareth
76 Titik Lemah Seorang Margareth
77 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79 Gengsi Menjadi Petaka
80 Margareth Terluka
81 Celia, Cucuku.
82 Restu Untuk Selena
83 Permintaan Willy
84 Usaha Wira
85 Bundanya Willy
86 Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87 Extra Part Kiran Dan Wira
88 Extra Part Kiran Dan Wira
89 Extra Part Kiran Dan Wira
90 Extra Part Kiran Dan Wira.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Fitnah Berujung Talak
2
Garis Dua
3
Resmi Bercerai
4
Pergi
5
Kehidupan Setelah Berpisah
6
Segengam Asa
7
Diterima Bekerja
8
Restu Yang Tak Pernah Didapat
9
Hari Pertama Bekerja
10
Membuka Kenangan
11
Dia...
12
Sajian Untuk Sang Tuan
13
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14
Parfum
15
Kekecewaan Ruby
16
Berhak Bahagia
17
Nyidam
18
Baby Shop
19
Wira
20
Takdir
21
Pergulatan Batin
22
Tangis Dan Untaian Doa
23
Silvia
24
Status Ruby
25
Lingkungan Pertemanan Margareth
26
Pertemuan Tak Terduga
27
Tirai Yang Tersibak
28
Penelusuran Sean
29
Naik Jabatan
30
Pertemuan
31
Pertemuan Part 2
32
Mengikuti Ruby
33
Ruby Resto & Cafe
34
Celia, Putriku
35
Bersama Wira
36
Kedatangan Sean
37
Mengulang Masa Lalu
38
Jangan Dekat Dengannya
39
Tentang Wira
40
Reaksi Margareth
41
Keinginan Sean
42
Keputusan Ruby
43
Kembali Bersama
44
Rencana Sean
45
Rencana Sean Part. 2
46
Kegalauan Wira
47
Tentang Selena
48
Perubahan Ruby
49
Berkunjung Ke Rumah Ruby
50
Margareth Diusir
51
Akal Bulus Leo
52
Perdebatan Selena Dan Margareth
53
Penyesalan Selena
54
Adik Dan Kakak
55
Ulah Margareth
56
Siapa Yang Pantas
57
Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58
Wira Bersama Kiran
59
Wira Bersama Kiran Part. 2
60
Kedatangan Rio
61
Kedatangan Rio Part. 2
62
Tekad Seorang Pria
63
Meminta Pendapat Sean
64
Tekad Seorang Pria Part. 2
65
Melamar Selena
66
Sean Menemui Margareth
67
Sean Menemui Margareth Part. 2
68
Sean Menemui Margareth Part. 3
69
Rengekan Willy
70
Kedekatan Kiran Dan Willy
71
Bentuk Perhatian
72
Membujuk Selena
73
Rio Bagaskara
74
Penjelasan Rio
75
Kejutan Untuk Margareth
76
Titik Lemah Seorang Margareth
77
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79
Gengsi Menjadi Petaka
80
Margareth Terluka
81
Celia, Cucuku.
82
Restu Untuk Selena
83
Permintaan Willy
84
Usaha Wira
85
Bundanya Willy
86
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87
Extra Part Kiran Dan Wira
88
Extra Part Kiran Dan Wira
89
Extra Part Kiran Dan Wira
90
Extra Part Kiran Dan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!