Segengam Asa

Aroma masakan menguar dari arah dapur. Kiran yang baru saja keluar dari kamar seketika menghirup udara dalam, hingga bisa membayangkan senikmat apa sajian makan malam yang tengah diolah oleh sang Ibu juga Ruby. Melengkungkan bibir membentuk senyum simpul, gadis yang bekerja sebagai kasir di sebuah kafe itu lekas memasuki kamar kemudian berpakaian.

Kiran menyisir rambutnya yang setengah basah dengan menghadap pada kaca berukuran besar di kamar. Dari ruangan itu ia masih bisa mendengar gelak tawa dua wanita dari arah dapur yang membuatnya tak sabar untuk ikut bergabung.

Kiran, gadis itu bisa bernafas lega. Kehadiran Ruby rupanya sudah membawa kebahagiaan tersendiri bagi ia dan sang ibu. Jika selama ini saat dirinya pergi bekerja maka Ibunya akan tinggal seorang diri di rumah, tapi tidak dengan sekarang. Ruby sudah seperti Kakak kandung bagi Karin dan putri bagi Ibunya.

"Ibu dan Kak Ruby sedang masak apa?" Tanya Karin yang kini menyusup, menempel ditengah dua wanita yang sedang berdiri di depan kompor dengan mengolah masakan masing-masing.

"Ibu menggoreng ikan dan Kak Ruby menumis kangkung," jawab Fatimah lembut seraya menatap pada Karin dan Ruby secara bergantian.

"Em, pasti enak." Kiran bertepuk tangan riang, kedua menu sederhana ini begitu spesial di matanya.

"Tentu, siapa dulu dong yang masak." Fatimah menanggapi ucapan sang putri.

"Kak Ruby." Ketiganya tergelak dan sudah tak sabar untuk menikmati hidangan.

Ikan goreng, tumis kangkung beserta tiga piring nasi hangat, terhidang di meja. Ketiga perempuan berbeda usia itu lebih dulu memanjatkan doa sebelum mulai menyuap menu sederhana namun spesial itu ke dalam mulut.

"Emmm, pas seperti ucapanku. Masakan Kak Ruby memang tiada banding. Semua bumbu pas, hingga menghasilkan cita rasa yang begitu spektakuler saat menyentuh lidah." Sanjungan Kiran seakan membuat perut Ruby yang membuncit terasa mulas. Kiran begitu berlebihan, lagi pula Ruby memasak hanya dengan bumbu seadanya.

"Kau berlebihan, Kiran. Hampir sama seperti...." Ruby menggantung ucapan. Ia memilih terdiam setelah sadar jika seseorang yang dulu juga begitu memujinya kini sudah menjadi mantan suaminya.

Suasana hangat itu berubah canggung. Menyadari keterdiaman Ruby membuat Kiran dan Fatimah sadar jika perempuan hamil itu tengah mengingat seseorang yang sejatinya tak perlu diingat.

"Em Ruby, Kiran ayo tambah lagi lauknya atau mau nasinya, sini Ibu ambilkan." Fatimah bergerak hendak memindahkan lauk dan juga nasi pada dua perempuan di depannya tanpa bisa ditolak.

"Nah, makanlah yang banyak supaya kalian sehat. Dan akan lebih baik jika kita diam saat menikmati makanan." Kedua perempuan itu lantas mengangguk dan kembali melanjutkan makan malam dalam diam.

💗💗💗💗💗

"Bibi, aku ingin mengatakan sesuatu hal pada Bibi." Kini, Ruby yang sedang meluruskan kaki di depan televisi, coba mengungkap sesuatu hal yang selama ini mengganjal di hati kepada Fatimah. Sementara perempuan paruh baya yang semula fokus menatap layar televisi itu menoleh kepada Ruby dengan pandangan penuh tanya.

"Ya, tentang apa itu Nak?" Karin yang duduk di samping sang Ibu juga mengahkan pandangan ke arah Ruby.

"Aku ingin mencari pekerjaan," jawab Ruby seraya menundukan kepala.

"Untuk apa? Kau juga sedang mengandung, Nak. Sepertinya akan kesulitan mencari pekerjaan jika tengah berbadan dua." Fatimah menatap tak tega pada Ruby. Dua bulan lalu gadis itu juga pernah meminta izin untuk tinggal sendiri dengan menyewa rumah peta. Tentu Fatimah tegas tak mengizinkan. Dalam kondisi hamil muda juga mengalami mual dan pusing seperti perempuan hamil pada umumya, Fatimah tak tega dan tak mengizinkan Ruby untuk tinggal seorang diri tanpa pengawasan darinya. Dan kini Ruby justru meminta izin untuk bekerja?.

"Aku butuh biaya banyak untuk persiapan kelahiran bayiku, Bibi. Dan saat ini aku sama sekali tak memiliki uang untuk semua itu, Bibi" Ruby kian tertunduk dalam seiring bulir bening yang mulai berderai membasahi pipi.

Fatimah kebingungan begitu pun dengan Karin. Gadis manis itu segera memeluk Ruby dan berusaha menghentikan tangisnya.

"Ruby, tenanglah. Meski kau tak bekerja, tapi Bibi masih mempunyai simpanan perhiasan yang kelak bisa gunakan untuk biaya kelahiran." Fatimah memang sudah merencanakan ini setelah beberapa hari Ruby tinggal bersamanya. Tak memiliki pekerjaan saat dirinya hamil besar, Fatimah pun pernah merasakannya. Begitu pahit dan getir hidupnya dulu, hingga tak tega jika perempuan sebaik Ruby merasakan perihnya hidup seperti yang pernah dialaminya dulu.

"Tapi aku tak ingin memberatkan Bibi, lagi pula badanku juga sehat. Aku masih bisa bekerja selagi menunggu calon buah hatiku lahir." Sekeras itulah pendirian Ruby, ia pun tak ingin terlalu banyak memberatkan Fatimah atas dirinya. Setidaknya dengan memiliki penghasilan sendi Ruby tidak terlalu merepotkan janda tersebut.

💗💗💗💗💗

Akhirnya, bersama Fatimah Ruby berkeliling mencari pekerjaan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki. Beberapa distro pakaian dan juga rumah makan mereka datangi, namun tak ada satu pun yang menerima sebab Ruby dalam keadaan mengandung dan juga tidak berpendidikan tinggi.

Tubuh sudah lelah. Bukan hanya sehari dua hari mereka berkeliling namun lebih dari satu minggu, Ruby masih tak jua mendapatkan pekerjaan.

"Bibi bagaimana jika kita membuka jasa cuci setrika di rumah." Ruby mulai pasrah namun terbesit sebuah ide yang mungkin bisa menjadi alternatif untuk bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.

"Nak, Bibi tidak melarang namun.." Perempuan patuh baya itu menghela nafas berat. "Fikirkan dulu masak-masak dan bukankah lebih baik membuka usaha selepas engkau melahirkan saja." Fatimah memang tak melarang, namun kondisi Ruby akhir-akhir ini membuatnya khawatir. Membuka jasa cucu pakaian juga membutuhkan tenaga besar sementara tubuh perempuan itu lemah dan membutuhkan banyak istirahat.

Ruby menarik nafasnya perlahan saat mendengar jawaban Fatimah. Satu sisi ucapan paruh baya itu bisa dibenarkan namun di sisi lain ia pun ingin mecari penghasilan untuk biaya melahirkan, jadi jika dirinya akan memulai usaha selepas melahirkan, maka untuk biaya kelahiran dirinya harus meminta pada siapa?.

Seketika bayangan wajah Sean melayang di pelupuk mata. Seraut wajah tampan yang dulunya selalu memberinya kehangatan. Ah, entah seperti apa kabar mantan suaminya sekarang. Apakah dia sudah memiliki penganti dirinya atau bahkan...

Helaan nafas terdengar. Ruby lekas mengusap wajahnya kasar guna mengusir bayang-bayang Sean dari ingatan.

"Assalamualaikum, Wah Ibu, kak Ruby, ada apa ini. Kenapa terlihat serius begini." Karin yang baru saja datang selepas bekerja cukup dibuat terkejut dengan sikap Ruby dan Fatimah yang sedang duduk berdua dengan memasang wajah serius. Karin pun dibuat bertanya-tanya, hingga tak kuasa untuk tak melempar tanya.

"Ini, Kak Ruby beberapa hari ini sedang mencari pekerjaan. Kami berkeliling namun masih belum mendapatkan. Kau sendiri tau, Kak Ruby dalam kondisi hamil. Para pemilik usaha pun ragu untuk mempekerjakan Kakakmu dalam kondisi seperti ini."

Seketika Kiran menatap ke arah perut Ruby yang mebuncit. Dadanya terasa sesak seketika. Mengingat nama Pria yang sudah mengakibatkan nasib Ruby, hingga terlunta-lunta.

"Kiran akan coba bantu, tapi tidak berani janji."

"Kiran, apa maksudmu?" Ruby dan Fatimah sama-sama bertanya.

"Resto tempat karin bekerja sedang membutuhkan asisten koki baru, sementara koki lama risagn selepas menikah."

Wajah Fatimah terlihat sumringah.

"Kiran, coba tanyakan lebih dulu. Mungkin mereka bisa mempekerjakan Kak Ruby di sana." Secercah harapan muncul dari wajah perempuan itu. Setidaknya kabar ini seperti angin segar untuknya.

"Akan Kiran usahakan, tapi seperti tadi yang Karin bilang, Kiran tidak berani janji. Protokol di sana ketat dan setiap wanita hamil sudah tak diperbolehkan bekerja demi meminimalisir kejadian yang tak diinginkan."

Ruby mengembangkan senyum di bibir, ia seperti sedang menyemangati dirinya sendiri.

"Tidak masalah, Kiran. Jika pun ditolak, berarti memang bukan rezekiku." Hanya bisa berpasrah. Begitulah Ruby menjalani hari-harinya kini. Tak menginginkan satu Sean pun uang dari Sean, bukanlah sebuah sesal baginya. Ia akan lebih merasa terhormat andaikata bisa menghidupi dirinya sendiri dari pada mengantungkan hidup pada pria yang tak lagi mempercayainya.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Bilal attalah assidiq Assidiq

Bilal attalah assidiq Assidiq

typo ya Thor kiran/karin

2024-11-24

1

3sna

3sna

harta gono gini kmn?

2024-11-04

0

El Pitoe

El Pitoe

thor lu. ngaco banget sik. kiran ato karin

2024-10-22

0

lihat semua
Episodes
1 Fitnah Berujung Talak
2 Garis Dua
3 Resmi Bercerai
4 Pergi
5 Kehidupan Setelah Berpisah
6 Segengam Asa
7 Diterima Bekerja
8 Restu Yang Tak Pernah Didapat
9 Hari Pertama Bekerja
10 Membuka Kenangan
11 Dia...
12 Sajian Untuk Sang Tuan
13 Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14 Parfum
15 Kekecewaan Ruby
16 Berhak Bahagia
17 Nyidam
18 Baby Shop
19 Wira
20 Takdir
21 Pergulatan Batin
22 Tangis Dan Untaian Doa
23 Silvia
24 Status Ruby
25 Lingkungan Pertemanan Margareth
26 Pertemuan Tak Terduga
27 Tirai Yang Tersibak
28 Penelusuran Sean
29 Naik Jabatan
30 Pertemuan
31 Pertemuan Part 2
32 Mengikuti Ruby
33 Ruby Resto & Cafe
34 Celia, Putriku
35 Bersama Wira
36 Kedatangan Sean
37 Mengulang Masa Lalu
38 Jangan Dekat Dengannya
39 Tentang Wira
40 Reaksi Margareth
41 Keinginan Sean
42 Keputusan Ruby
43 Kembali Bersama
44 Rencana Sean
45 Rencana Sean Part. 2
46 Kegalauan Wira
47 Tentang Selena
48 Perubahan Ruby
49 Berkunjung Ke Rumah Ruby
50 Margareth Diusir
51 Akal Bulus Leo
52 Perdebatan Selena Dan Margareth
53 Penyesalan Selena
54 Adik Dan Kakak
55 Ulah Margareth
56 Siapa Yang Pantas
57 Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58 Wira Bersama Kiran
59 Wira Bersama Kiran Part. 2
60 Kedatangan Rio
61 Kedatangan Rio Part. 2
62 Tekad Seorang Pria
63 Meminta Pendapat Sean
64 Tekad Seorang Pria Part. 2
65 Melamar Selena
66 Sean Menemui Margareth
67 Sean Menemui Margareth Part. 2
68 Sean Menemui Margareth Part. 3
69 Rengekan Willy
70 Kedekatan Kiran Dan Willy
71 Bentuk Perhatian
72 Membujuk Selena
73 Rio Bagaskara
74 Penjelasan Rio
75 Kejutan Untuk Margareth
76 Titik Lemah Seorang Margareth
77 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79 Gengsi Menjadi Petaka
80 Margareth Terluka
81 Celia, Cucuku.
82 Restu Untuk Selena
83 Permintaan Willy
84 Usaha Wira
85 Bundanya Willy
86 Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87 Extra Part Kiran Dan Wira
88 Extra Part Kiran Dan Wira
89 Extra Part Kiran Dan Wira
90 Extra Part Kiran Dan Wira.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Fitnah Berujung Talak
2
Garis Dua
3
Resmi Bercerai
4
Pergi
5
Kehidupan Setelah Berpisah
6
Segengam Asa
7
Diterima Bekerja
8
Restu Yang Tak Pernah Didapat
9
Hari Pertama Bekerja
10
Membuka Kenangan
11
Dia...
12
Sajian Untuk Sang Tuan
13
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14
Parfum
15
Kekecewaan Ruby
16
Berhak Bahagia
17
Nyidam
18
Baby Shop
19
Wira
20
Takdir
21
Pergulatan Batin
22
Tangis Dan Untaian Doa
23
Silvia
24
Status Ruby
25
Lingkungan Pertemanan Margareth
26
Pertemuan Tak Terduga
27
Tirai Yang Tersibak
28
Penelusuran Sean
29
Naik Jabatan
30
Pertemuan
31
Pertemuan Part 2
32
Mengikuti Ruby
33
Ruby Resto & Cafe
34
Celia, Putriku
35
Bersama Wira
36
Kedatangan Sean
37
Mengulang Masa Lalu
38
Jangan Dekat Dengannya
39
Tentang Wira
40
Reaksi Margareth
41
Keinginan Sean
42
Keputusan Ruby
43
Kembali Bersama
44
Rencana Sean
45
Rencana Sean Part. 2
46
Kegalauan Wira
47
Tentang Selena
48
Perubahan Ruby
49
Berkunjung Ke Rumah Ruby
50
Margareth Diusir
51
Akal Bulus Leo
52
Perdebatan Selena Dan Margareth
53
Penyesalan Selena
54
Adik Dan Kakak
55
Ulah Margareth
56
Siapa Yang Pantas
57
Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58
Wira Bersama Kiran
59
Wira Bersama Kiran Part. 2
60
Kedatangan Rio
61
Kedatangan Rio Part. 2
62
Tekad Seorang Pria
63
Meminta Pendapat Sean
64
Tekad Seorang Pria Part. 2
65
Melamar Selena
66
Sean Menemui Margareth
67
Sean Menemui Margareth Part. 2
68
Sean Menemui Margareth Part. 3
69
Rengekan Willy
70
Kedekatan Kiran Dan Willy
71
Bentuk Perhatian
72
Membujuk Selena
73
Rio Bagaskara
74
Penjelasan Rio
75
Kejutan Untuk Margareth
76
Titik Lemah Seorang Margareth
77
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79
Gengsi Menjadi Petaka
80
Margareth Terluka
81
Celia, Cucuku.
82
Restu Untuk Selena
83
Permintaan Willy
84
Usaha Wira
85
Bundanya Willy
86
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87
Extra Part Kiran Dan Wira
88
Extra Part Kiran Dan Wira
89
Extra Part Kiran Dan Wira
90
Extra Part Kiran Dan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!