Hari Pertama Bekerja

Mentari sudah menunjukan sinar keemasan saat kedua perempuan dengan rentan usia tak jauh berbeda itu tengah bersiap di kamar masing-masing. Fatimah, perempuan patuh baya itu kini terduduk di kursi meja makan seraya menatap hidangan di atas meja yang sempat Ruby siapkan pagi-pagi tadi dengan bantuan Kiran.

Fatimah menghela nafas. Jika Ruby bekerja, otomatis dirinya pun hanya tinggal seorang diri di rumah. Sepi, sudah pasti menggelanyuti. Akan tetapi ia pun tak bisa egois. Ruby masih muda pun berhak menentukan jalan hidupnya. Lagi pula kondisi keunganya juga pas-pasan. Ia mungkin tak akan sanggup untuk membiayai persalinan Ruby, bahkan sampai membesarkan sang bayi jika hanya mengandalkan harta peninggalan sang suami yang tidak seberapa.

Fatimah menatap pada kedua pintu kamar yang sama masih tertutup rapat. Mungkin kedua putrinya belum selesai bersiap. Kembali menatap pada hidangan yang mulai dingin, Fatimah pun berinisiatif untuk memanggil ke dua putrinya agar lekas keluar dan sarapan.

"Kiran, Ruby, ayo kita sarapan," ajak Fatimah dengan meninggikan sedikit nada bicara agar kedua gadis di dalam kamar itu bisa mendengar.

"Tunggu sebenar." Jawab kedua gadis itu nyaris bersamaan.

Tak lama berselang pintu ke dua kamar itu terbuka. Kiran dan juga Ruby sudah nampak rapi dengan seragam berwarna hijau pupus yang membalut tubuh bagian atas mereka.

"Wah, putri-putriku sudah terlihat rapi. Ayo, kita sarapan. Sebelum makanan yang kalian siapkan tadi menjadi dingin." Fatimah sigap mencidukkan nasi di kedua piring putrinya juga membubuhkan lauk juga sayur di atasnya.

"Terimakasih, Bibi." Ruby berucap tulus yang seketika mendapatkan balasan senyum hangat dari bibir Fatimah.

Ketiganya pun lahap menghabiskan sarapan sebelum akhirnya kedua gadis itu berpamitan dan meninggalkan Fatimah dengan lambaian tangan.

Ruby dan Kiran tampak bercanda saat sudah memasuki angkutan umum yang akan membawa mereka sampai ke tempat kerja. Kiran bercerita ini dan itu, Ruby pun menanggapinya dengan antusias. Kedua perempuan itu layaknya saudara kandung. Begitu dekan dan enggan untuk dipisahkan.

"Terimakasih, Pak." Ruby dan Kiran sudah menuruni angkutan umum. Mereka sudah sampai di area parkir bangunan tiga lantai yang menjadi tempat kerja mereka.

Begitu mereka mengayunkan langkah untuk lekas memasuki resto, Kiran justru menghentikan gerakan kedua kakinya. Terdiam dengan pandangan lurus ke depan, di mana bangunan tiga lantai itu berdiri kokoh.

"Lucu ya, Kak?."

Ruby mengernyit, ia pun spontan menghentikan langkah saat sadar jika Kiran justru masih berdiri diam di belakangnya.

"Lucu? Apanya yang lucu?."

"Nama resto ini sama dengan namamu. Kebetulan sekali 'kan?." Kiran tergelak. Ia kembali melanjutkan langkah seraya menarik lembut tangan Ruby yang justru terpaku selepas mendengar ucapannya.

"Ah, sudah. Jangan difikirkan. Ini hanya kebetulan saja. Ayo cepat, atau kita akan terlambat." Kiran kembali menyadarkan Ruby. Mereka pun bergegas, memasuki resto dan mulai berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Kiran bertugas sebagai penjaga kasir sementara Ruby mendapingi chef Mario sebagai asisten.

💗💗💗💗💗

Ruby menyeka pelih di kening dengan sapu tangan yang tersimpan di saku pakaian. Dihari pertama dirinya bekerja, ia cukup merasakan lelah saat resto ramai oleh pembeli. Kedua tangannya bahkan masih aktif mengupas dan memotong bahan masakan sedari pagi hingga selepas tengah hari.

Tak berbeda darinya, Mario justru lebih sibuk darinya. Kedua tangannya tengah mengendalikan bahan masak, hingga sukses menghidangkan menu-menu andalan resto yang begitu menggugah selera.

Ruby meneguk ludah saat Mario mengolah sup asparagus yang begitu nikmat di matannya. Begitu aroma masakan itu menguar, Ruby nyaris menitikkan liur. Dalam hati ia begitu menginginkan satu masakan itu, namun apalah daya. Keinginannya tak mungkun bisa dituruti.

"Siapa namamu tadi?." Mario kembali bertanya saat tak berhasil mengingat nama asisten barunya.

"Ruby," jawab Ruby lirih.

"Oh, ya nama Rub.. Ruby? Namamu Ruby?." Mario menoleh kearah perempuan yang berdiri di belakangnya. Cukup terkejut dengan nama dari asisten barunya.

"I-iya, Tuan."

"Hei, kita ini sama-sama karyawan. Untuk apa kau memanggilku dengan sebutan Tuan. Kita ini sederajat, jadi panggil aku Kak saja."

"Em, baik Kak Mario."

"Aneh, kenapa bisa mirip ya," Mario bergumam namun beberapa detik kemudian pria itu tergelak seraya menggelengkan kepala.

"Berikan ini pada pelayan. Pesanan dari meja nomor xx." Mario mengulir sup asparagus yang masih mengepulkan asap di bagian atasnya.

Ruby kembali meneguk ludah saat makanan itu kembali menyapa indra penglihatan dan penciumannya.

"Hei, cepat."

"Ba-baik, Kak." Tergagap, Ruby lekas meraih nampan kemudian menaruh mangkuk berisikan sup asparagus itu di atasnya. Begitu seorang pelayan mendekat, Ruby lantas menyerahkan nampan tersebut untuk diberikan pada pemesan.

Seakan ada sesuatu yang meremas hati Ruby saat berada disituasi seperti ini. Hamil dalam kondisi tak memiliki suami merupakan cobaan terberat bagi Ruby. Tak ada istilah ngidam. Ruby selalu memendam segala keinginan calon buah hati untuk dirinya sendiri.

Kerap saat tengah malam, sepasang matanya yang semula terlelap, bangun hanya untuk menginginkan jenis makanan tertentu. Makanan tertentu yang pastinya tak pernah Ruby penuhi, hingga rasa ingin itu hilang dengan sendirinya.

Ruby tak ingin memberatkan sia pun atas kehamilannya. Fatimah dan Kiran yang sudah mau memberinya tempat berteduh saja sudah menjadi berkah luar biasa bagi Ruby. Tentu gadis itu tidak ingin memberatkan mereka lebih jauh lagi, hanya untuk alasan ngidamnya.

"Ruby," panggil Mario.

Perempuan yang masih setengah melamun itu terkesiap begitu namanya disebut.

"I-iya, Kak."

Mario menatap wajah Ruby yang memucat. Mungkin akibat kelelahan.

"Istirahatlah."

"Tapi, Kak. Pelanggan masih banyak dan aku..."

"Wajahmu terlihat pucat. Kau sudah makan?."

Ruby pun menggeleng. Memang benar, Ruby belum makan dan ini sudah melewati jam makan siang.

"Kau bisa pingsan jika terlambat makan. Kasihan bayi dalam perutmu jika kau membiarkan dia kelaparan."

Mario mendadak cemas begitu sadar jika Ruby belum makan siang. Ia pun juga sama, namun ia mulai terbiasa saat disibukan dengan banyaknya pesanan.

"Tapi, bukankah Kak Mario juga belum makan?." Protes Ruby.

"Kau tidak perlu menungguku, Ruby. Kau bisa makan lebih dulu. Ingat, kau punya nyawa lain yang perlu dijaga kondisinya."

Meski ragu namun Ruby mengganggukan kepala. Ia pun pamit, menuju ruangan lain yang menjadi tempat makan untuk para karyawan resto.

Ruby hendak mencari keberadaan Kinar, namun diurungkan saat sadar jika mungkin saja gadis itu tengah disibukkan dengan pekerjannya jua.

Jam makan siang yang sudah terlewatkan membuat Ruby hanya makan seorang diri. Ruby mulai mengambil piring dan mengisinya dengan nasi lengkap dengan lauk dan sayuran. Merasa perutnya pun sudah teramat lapar, Ruby lekas berdoa sebelum menyantap makanan di hadapan tanpa memperhatikan sekeliling.

Perempuan berparas cantik itu tampak menikmati setiap suap makanan yang masuk ke dalam mulut. Ruby begitu bersyukur saat bisa menikmati makanan lezat tanpa perlu mengeluarkan uang.

"Hei, apa yang sedang kau lakukan!." Teriakan seorang membuat Ruby terlonjak dan tersedak. Perempuan itu ketakutan, terlebih saat melihat sosok pria yang tiba-tiba muncul di hadapan dengan sepasang mata menatap tajam.

Tbc.

Terpopuler

Comments

sihat dan kaya

sihat dan kaya

memang begitulah cara kita nk menghilangkan keinginan/ngidam yg jelas² kita tak mampu untuk mendapatkannya... (pengalaman sendiri)

2024-08-15

3

Kamiem sag

Kamiem sag

siapa??

2024-08-13

0

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

sapa ya

2024-08-13

0

lihat semua
Episodes
1 Fitnah Berujung Talak
2 Garis Dua
3 Resmi Bercerai
4 Pergi
5 Kehidupan Setelah Berpisah
6 Segengam Asa
7 Diterima Bekerja
8 Restu Yang Tak Pernah Didapat
9 Hari Pertama Bekerja
10 Membuka Kenangan
11 Dia...
12 Sajian Untuk Sang Tuan
13 Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14 Parfum
15 Kekecewaan Ruby
16 Berhak Bahagia
17 Nyidam
18 Baby Shop
19 Wira
20 Takdir
21 Pergulatan Batin
22 Tangis Dan Untaian Doa
23 Silvia
24 Status Ruby
25 Lingkungan Pertemanan Margareth
26 Pertemuan Tak Terduga
27 Tirai Yang Tersibak
28 Penelusuran Sean
29 Naik Jabatan
30 Pertemuan
31 Pertemuan Part 2
32 Mengikuti Ruby
33 Ruby Resto & Cafe
34 Celia, Putriku
35 Bersama Wira
36 Kedatangan Sean
37 Mengulang Masa Lalu
38 Jangan Dekat Dengannya
39 Tentang Wira
40 Reaksi Margareth
41 Keinginan Sean
42 Keputusan Ruby
43 Kembali Bersama
44 Rencana Sean
45 Rencana Sean Part. 2
46 Kegalauan Wira
47 Tentang Selena
48 Perubahan Ruby
49 Berkunjung Ke Rumah Ruby
50 Margareth Diusir
51 Akal Bulus Leo
52 Perdebatan Selena Dan Margareth
53 Penyesalan Selena
54 Adik Dan Kakak
55 Ulah Margareth
56 Siapa Yang Pantas
57 Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58 Wira Bersama Kiran
59 Wira Bersama Kiran Part. 2
60 Kedatangan Rio
61 Kedatangan Rio Part. 2
62 Tekad Seorang Pria
63 Meminta Pendapat Sean
64 Tekad Seorang Pria Part. 2
65 Melamar Selena
66 Sean Menemui Margareth
67 Sean Menemui Margareth Part. 2
68 Sean Menemui Margareth Part. 3
69 Rengekan Willy
70 Kedekatan Kiran Dan Willy
71 Bentuk Perhatian
72 Membujuk Selena
73 Rio Bagaskara
74 Penjelasan Rio
75 Kejutan Untuk Margareth
76 Titik Lemah Seorang Margareth
77 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79 Gengsi Menjadi Petaka
80 Margareth Terluka
81 Celia, Cucuku.
82 Restu Untuk Selena
83 Permintaan Willy
84 Usaha Wira
85 Bundanya Willy
86 Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87 Extra Part Kiran Dan Wira
88 Extra Part Kiran Dan Wira
89 Extra Part Kiran Dan Wira
90 Extra Part Kiran Dan Wira.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Fitnah Berujung Talak
2
Garis Dua
3
Resmi Bercerai
4
Pergi
5
Kehidupan Setelah Berpisah
6
Segengam Asa
7
Diterima Bekerja
8
Restu Yang Tak Pernah Didapat
9
Hari Pertama Bekerja
10
Membuka Kenangan
11
Dia...
12
Sajian Untuk Sang Tuan
13
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14
Parfum
15
Kekecewaan Ruby
16
Berhak Bahagia
17
Nyidam
18
Baby Shop
19
Wira
20
Takdir
21
Pergulatan Batin
22
Tangis Dan Untaian Doa
23
Silvia
24
Status Ruby
25
Lingkungan Pertemanan Margareth
26
Pertemuan Tak Terduga
27
Tirai Yang Tersibak
28
Penelusuran Sean
29
Naik Jabatan
30
Pertemuan
31
Pertemuan Part 2
32
Mengikuti Ruby
33
Ruby Resto & Cafe
34
Celia, Putriku
35
Bersama Wira
36
Kedatangan Sean
37
Mengulang Masa Lalu
38
Jangan Dekat Dengannya
39
Tentang Wira
40
Reaksi Margareth
41
Keinginan Sean
42
Keputusan Ruby
43
Kembali Bersama
44
Rencana Sean
45
Rencana Sean Part. 2
46
Kegalauan Wira
47
Tentang Selena
48
Perubahan Ruby
49
Berkunjung Ke Rumah Ruby
50
Margareth Diusir
51
Akal Bulus Leo
52
Perdebatan Selena Dan Margareth
53
Penyesalan Selena
54
Adik Dan Kakak
55
Ulah Margareth
56
Siapa Yang Pantas
57
Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58
Wira Bersama Kiran
59
Wira Bersama Kiran Part. 2
60
Kedatangan Rio
61
Kedatangan Rio Part. 2
62
Tekad Seorang Pria
63
Meminta Pendapat Sean
64
Tekad Seorang Pria Part. 2
65
Melamar Selena
66
Sean Menemui Margareth
67
Sean Menemui Margareth Part. 2
68
Sean Menemui Margareth Part. 3
69
Rengekan Willy
70
Kedekatan Kiran Dan Willy
71
Bentuk Perhatian
72
Membujuk Selena
73
Rio Bagaskara
74
Penjelasan Rio
75
Kejutan Untuk Margareth
76
Titik Lemah Seorang Margareth
77
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79
Gengsi Menjadi Petaka
80
Margareth Terluka
81
Celia, Cucuku.
82
Restu Untuk Selena
83
Permintaan Willy
84
Usaha Wira
85
Bundanya Willy
86
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87
Extra Part Kiran Dan Wira
88
Extra Part Kiran Dan Wira
89
Extra Part Kiran Dan Wira
90
Extra Part Kiran Dan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!