Membuka Kenangan

Sepasang mata elang menatap pergerakan seorang wanita yang tengah lahap menikmati makaman di piring saat semua karyawan tengah bergelut dengan pekerjaan masing-masing. Sejenak pria itu masih menatap tajam pada satu objek yang menjadi bidikan, sebelum suara lantangnya menggema di ruangan tempatnya berdiri saat ini.

"Hei, apa yang sedang kau lakukan!."

Perempuan itu berjingkat, hingga tersedak makanan yang beberapa detik lalu masuk ke dalam mulut. Pekerja baru bernama Ruby itu berbalik badan, spontan wajahnya memucat menemukan tubuh sang Manager yang sudah berdiri tegap di tengah pintu dengan pandangan begitu mengintimidasi.

"Ma-maafkan sa-saya, Tu-tuan." Ruby berdiri dengan tubuh gemetar. Wajahnya tertunduk dalam. Perempuan itu ketakutan. Karyawan lain yang juga berada di dapur termasuk Mario pun terkesiap. Mulut pria itu bahkan menganga. Tak mengira jika Ruby akan tertangkap basah oleh Wira.

Mario pun setengah berlari menghampiri Ruby yang berdiri gemetar menahan ketakutan. Ia bersiap pasang badan. Lagi pula Ruby makan pun atas perintahnya.

"Tuan, sebentar. Ruby tidak bersalah, sayalah yang menyuruhnya untuk makan. Jadi kalaupun dihukum, maka sayalah yang akan menanggung hukuman." Posisi tubuh Mario kini berada satu jengkal di depan Ruby. Rupanya Mario berusaha melindungi Ruby dari kemarahan Wira.

Wira mengernyit, menatap pada Mario kemudian beralih pada piring bekas makan Ruby yang masih menyisakan separuh isi.

"Kalian berdua, ikut ke ruanganku sekarang!."

💗💗💗💗💗

Di dalam ruang Manager, Mario dan Ruby berdiri tepat di hadapan meja kerja Wira. Mario yang berdiri satu langkah di depan Ruby, sempat menatap sang gadis kemudian menganggukan kepala samar. Mengisyaratkan jika Ruby tak perlu mengkhawatirkan apa pun selama dari dirinya.

Mario melakukan semuanya tanpa ada maksud apa pun. Semua berjalan sesuai naluri. Sebagai seorang suami yang juga memiliki istri yang tengah mengandung, tentu Mario tahu benar seberapa susahnya bekerja dengan perut besar yang membatasi aktifitasnya. Belum lagi rasa lelah yang mendera. Ruby tergolong wanita kuat diantara para wanita hamil lainnya yang memilih tak bekerja demi kebaikan calon buah hatinya hingga terlahir ke dunia.

"Mario, sebagai koki yang ditunjuk langsung oleh pemilik resto, kau pasti tau peraturan-peraturan yang harus dipatuhi juga ditetapkan di tempat ini."

"Iya, Tuan. Saya faham."

"Lantas kenapa kau biarkan pekerja baru ini melsnggar peraturan yang ada. Saya tidak melarang kalian untuk makan, tetapi bukankah kami sudah memberikan waktu yang cukup sebelum kalian melanjutkan untuk kembali bekerja?."

Mario tertunduk. Benar. Karna membludaknya pengunjung di hari pertama selepas akhir pekan, ia bahkan mengabaikan jam makan siang yang sebenarnya pekerjaannya bisa saja digantikan oleh koki lain selama dirinya menghabiskan makan. Akan tetapi saat ia serius memberi arahan pada Ruby, pria itu justru keasikan hingga tanpa sadar jam makan siang sudah terlrwatkan.

"Maaf, Tuan." Hanya dua kata tersebut yang mampu diucap Mario.

Wira terlihat menghela nafas. Menerima Ruby bekerja adalah keputusan yang sudah ia ambil, padahal pria itu tau jika perusahan memiliki kebijakan khusus untuk tidak menerima wanita hamil yang ingin melamar kerja, dan dengan menerima Ruby, Wira pun sebenarnya sudah menyalahi aturan yang ada.

"Aku tidak ingin mendengar ada lagi kesalahan yang kalian lakukan pada saat jam kerja. Dan khusus untuk Ruby, aku ingin kau tidak main-main untuk bekerja di tempat ini. Meski kondisimu hamil, statusmu sama rata dengan karyawan lain. Tidak ada pengistimewaan atau keringanan. Kalian faham!."

"Faham," jawab Ruby dan Mario bersamaan.

"Baiklah, keluar dari ruanganku dan kembalilah bekerja," titah Wira yang mana membuat kedua insan itu membungkukan badan dan lekas menghilang dari pandangan Wira.

💗💗💗💗💗

Semburat jingga setengah terbenam ditelan malam. Selepas jam kerja berakhir, Ruby mendatangi sebuah mushola khusus karyawan yang berada di samping tempat kerjanya. Sembari menunggu Kiran, Ruby menyempatkan diri untuk beribadan. Menyapa sang pemilik hidup juga bersimpuh memohon ampun.

Ruby membasuh wajah lelahnya dengan air yang terasa sejuk begitu menyentuh kulit tubuh. Beberapa karyawan tampak sudah selesai beribadah saat Ruby memasuki bangunan dengan cat dinding yang didominasi warna putih tersebut. Ruby kini seorang diri. Bertemankan sunyi, Ruby bersujud di hadapan sang ilahi, berpasrah diri.

Di atas sajadah, Ruby meangkupkan kedua tamgan. Dengan mata terpejam ia merapalkan doa-doa dan meminta pengampunan. Bulir bening menitik, ia usap perut buncit seraya membaca surah untuk bayi dalam kandungannya.

Ruby terpekur. Ia masih tak berniat untuk meninggalkan mushola selepas selesai beribadah. Di tempat seperti inilah dirinya merasakan ketenangan yang sesunghuhnya. Melupakan sejenak beban hidup yang menggunung, yang nyaris melenyapkan kewarasan mentalnya.

Di sudut lain, seorang pria baru saja memasuki mushola. Pria berbadan tegap dengan rambut setengah basah oleh air wudhu itu mengisi shaf terdepan. Ia mulai melakukan gerakan sholat seorang diri, mengingat tak ada pria lain yang mengisi tempat tersebut.

Ruby mulai mengayunkan langkah, keluar dari tempat ibadah. Belum mendapati Kiran keluar dari tempat kerja, membuat gadis itu kembali menjatuhkan bobot tubuh di lantai serambi mushola. Udara dingin mulai menyapa tubuh. Ruby terhanyut dalam kesunyian. Di serambi mushola ia kembali terpekur. Pandangannya menerawang, mengingat ujian yang bertubi-tubi datang menghampiri.

Ruby bersandar pada pilar penyangga bangunan. Ia menopangkan tubuh lelahnya dengan kaki tertekuk. Suasana hening yang berlarut membuat naluri gadis itu terdorong. Amat pelan Ruby membuka tas kerja yang mana di dalamnya berisi barang berharga miliknya termasuk sebuah ponsel yang selama berbulan-bulan ini bahkan nyaris tak pernah digunakan olehnya. Ia hanya akan mengisi daya batrai, itu pun terhitung dua minggu sekali ia lakukan.

Ragu, Ruby menyentuh benda pipih yang layarnya masih terlihat gelap. Gadis itu menghela nafas dalam sebelum menyentuh sebuah tombol yang berfungsi untuk menghidupkan benda tersebut.

Ponsel adalah satu-satunya benda ia bawa dari kediaman Sean. Ia hanya membuang kartunya namun tak ingin membuang benda berharga yang menyimpan memiliki banyak kenangan tentang masa lalunya dengan Sean. Sampai detik ini pun Ruby tak pernah membenci Sean. Gadis itu sadar, Sean hanyalah tumbal dari ambisi sang ibu yang gila kehormatan.

Ruby menekan salah satu aplikasi di mana tersimpan begitu banyak momen kebersamaannya bersama Sean yang sempat diabadikan. Sepasang mata bening itu berkaca-kaca saat sadar jika tak ada satu foto dirinya dan Sean pun yang terhapus dalam benda pintar tersebut.

Gadis cantik yang masih terisak itu masih bisa mengingat sebahagia apa dirinya saat hidup bersama Sean dulu. Sean yang penyanyang dan lembut, nyatanya mampu membuatnya nyaman serta terlindungi dari sifat semena-mena sang ibu mertua. Namun rupanya, itu semua tidak berlangsung lama. Ruby menyeka bulir bening yang sudah mengalir di sudut mata, hingga tanpa sadar seseorang pria yang berdiri di ambang pintu mushola sedang memperhatikannya.

Apa ada dengannya?.

Sang pria pun berjalan pelan. Meninggalkan mushola juga seorang perempuan yang sedang menangis dalam kesenyapan.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

pak manajer galak banget...ntar nyesal pernah galakin Ruby..pasti Ruby pemilik Restoran itu..

2024-10-12

0

Alfa Rizki

Alfa Rizki

kebalik Thor ada apa dengannya,harusnya gitu

2024-08-26

2

Kamiem sag

Kamiem sag

banyaklah berdoa Ruby

2024-08-13

0

lihat semua
Episodes
1 Fitnah Berujung Talak
2 Garis Dua
3 Resmi Bercerai
4 Pergi
5 Kehidupan Setelah Berpisah
6 Segengam Asa
7 Diterima Bekerja
8 Restu Yang Tak Pernah Didapat
9 Hari Pertama Bekerja
10 Membuka Kenangan
11 Dia...
12 Sajian Untuk Sang Tuan
13 Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14 Parfum
15 Kekecewaan Ruby
16 Berhak Bahagia
17 Nyidam
18 Baby Shop
19 Wira
20 Takdir
21 Pergulatan Batin
22 Tangis Dan Untaian Doa
23 Silvia
24 Status Ruby
25 Lingkungan Pertemanan Margareth
26 Pertemuan Tak Terduga
27 Tirai Yang Tersibak
28 Penelusuran Sean
29 Naik Jabatan
30 Pertemuan
31 Pertemuan Part 2
32 Mengikuti Ruby
33 Ruby Resto & Cafe
34 Celia, Putriku
35 Bersama Wira
36 Kedatangan Sean
37 Mengulang Masa Lalu
38 Jangan Dekat Dengannya
39 Tentang Wira
40 Reaksi Margareth
41 Keinginan Sean
42 Keputusan Ruby
43 Kembali Bersama
44 Rencana Sean
45 Rencana Sean Part. 2
46 Kegalauan Wira
47 Tentang Selena
48 Perubahan Ruby
49 Berkunjung Ke Rumah Ruby
50 Margareth Diusir
51 Akal Bulus Leo
52 Perdebatan Selena Dan Margareth
53 Penyesalan Selena
54 Adik Dan Kakak
55 Ulah Margareth
56 Siapa Yang Pantas
57 Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58 Wira Bersama Kiran
59 Wira Bersama Kiran Part. 2
60 Kedatangan Rio
61 Kedatangan Rio Part. 2
62 Tekad Seorang Pria
63 Meminta Pendapat Sean
64 Tekad Seorang Pria Part. 2
65 Melamar Selena
66 Sean Menemui Margareth
67 Sean Menemui Margareth Part. 2
68 Sean Menemui Margareth Part. 3
69 Rengekan Willy
70 Kedekatan Kiran Dan Willy
71 Bentuk Perhatian
72 Membujuk Selena
73 Rio Bagaskara
74 Penjelasan Rio
75 Kejutan Untuk Margareth
76 Titik Lemah Seorang Margareth
77 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79 Gengsi Menjadi Petaka
80 Margareth Terluka
81 Celia, Cucuku.
82 Restu Untuk Selena
83 Permintaan Willy
84 Usaha Wira
85 Bundanya Willy
86 Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87 Extra Part Kiran Dan Wira
88 Extra Part Kiran Dan Wira
89 Extra Part Kiran Dan Wira
90 Extra Part Kiran Dan Wira.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Fitnah Berujung Talak
2
Garis Dua
3
Resmi Bercerai
4
Pergi
5
Kehidupan Setelah Berpisah
6
Segengam Asa
7
Diterima Bekerja
8
Restu Yang Tak Pernah Didapat
9
Hari Pertama Bekerja
10
Membuka Kenangan
11
Dia...
12
Sajian Untuk Sang Tuan
13
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14
Parfum
15
Kekecewaan Ruby
16
Berhak Bahagia
17
Nyidam
18
Baby Shop
19
Wira
20
Takdir
21
Pergulatan Batin
22
Tangis Dan Untaian Doa
23
Silvia
24
Status Ruby
25
Lingkungan Pertemanan Margareth
26
Pertemuan Tak Terduga
27
Tirai Yang Tersibak
28
Penelusuran Sean
29
Naik Jabatan
30
Pertemuan
31
Pertemuan Part 2
32
Mengikuti Ruby
33
Ruby Resto & Cafe
34
Celia, Putriku
35
Bersama Wira
36
Kedatangan Sean
37
Mengulang Masa Lalu
38
Jangan Dekat Dengannya
39
Tentang Wira
40
Reaksi Margareth
41
Keinginan Sean
42
Keputusan Ruby
43
Kembali Bersama
44
Rencana Sean
45
Rencana Sean Part. 2
46
Kegalauan Wira
47
Tentang Selena
48
Perubahan Ruby
49
Berkunjung Ke Rumah Ruby
50
Margareth Diusir
51
Akal Bulus Leo
52
Perdebatan Selena Dan Margareth
53
Penyesalan Selena
54
Adik Dan Kakak
55
Ulah Margareth
56
Siapa Yang Pantas
57
Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58
Wira Bersama Kiran
59
Wira Bersama Kiran Part. 2
60
Kedatangan Rio
61
Kedatangan Rio Part. 2
62
Tekad Seorang Pria
63
Meminta Pendapat Sean
64
Tekad Seorang Pria Part. 2
65
Melamar Selena
66
Sean Menemui Margareth
67
Sean Menemui Margareth Part. 2
68
Sean Menemui Margareth Part. 3
69
Rengekan Willy
70
Kedekatan Kiran Dan Willy
71
Bentuk Perhatian
72
Membujuk Selena
73
Rio Bagaskara
74
Penjelasan Rio
75
Kejutan Untuk Margareth
76
Titik Lemah Seorang Margareth
77
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79
Gengsi Menjadi Petaka
80
Margareth Terluka
81
Celia, Cucuku.
82
Restu Untuk Selena
83
Permintaan Willy
84
Usaha Wira
85
Bundanya Willy
86
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87
Extra Part Kiran Dan Wira
88
Extra Part Kiran Dan Wira
89
Extra Part Kiran Dan Wira
90
Extra Part Kiran Dan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!