Garis Dua

Di dalam kamar mandi Ruby berdiri mematung. Tanggan mungilnya yang  memegang alat tes kehamilan, gemetar. Kejadian satu bulan lalu masih terngiang begitu jelas diingatan namun lagi-lagi kenyataan seolah menampar kesadaran.

Dirinya hamil? Benarkah? Ruby membekap mulut dengan satu tangan. Menahan suara tangis agar tak keluar. Sementara tangan lainnya mengangkat benda berukuran tipis itu untuk lebih mendekati pandangan. Benar-benar garis dua dan ini bukan hanya alat tes satu-satunya. Ruby bahkan membeli lima alat dengan berbagai merek namun kelimanya pun juga menunjukan hasil yang sama. Garis dua.

Ruby menangis. Melepaskan segala beban yang terpendam di dada sebulan ini. Selepas keluar dari rumah Sean, Ruby berusaha menyembunyikan kesakitan juga kesedihannya. Dia kembali ke sebuah panti asuhan di mana dulu ia dibesarkan. Baginya, panti asuhan adalah tempat teramannya untuk saat ini. Selain bisa mendapatkan kehangatan seorang keluarga dan di tempat ini pulalah dirinya merasa dihargai.

Pintu kamar mandi yang semula tak terkunci, dibuka dari luar. Seorang perempuan paruh baya dengan kepala tertutup jilbab Navy tergopoh. Wajahnya menyiratkan kecemasan saat tangis Ruby terdengar dari luar kamar mandi.

"Ruby, kau kenapa, Nak? Apa yang terjadi?" 

Ruby yang terkejut lantas berbalik badan. Menyeka pipinya yang basah dengan satu tangan sementara tangan lainnya berusaha menyembunyikan alat tes kehamilan di belakang punggung.

Ruby hanya menggelengkan kepala. 

"Ruby, apa yang kau sembunyikan di balik punggungmu?" Perempuan paruh baya itu bertanya sebab sempat melihat pergerakan tangan Ruby yang seakan menutupi sesuatu darinya.

Lagi, Ruby menggelengkan kepala seraya berucap, "Tidak ada apa-apa, Ibu."

Ibu panti bernama Rahayu itu tak lantas percaya begitu saja akan ucapan Ruby. Ia pun mendekat kemudian memegang kedua bahu gadis yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

"Ruby," panggil Rahayu pada Ruby. "Tatap mata ibu," pinta Rahayu yang spontan dipatuhi oleh gadis tersebut, hingga pandangan keduanya saling berpaut.

"Sejak kapan Rubyku berani berbohong?" Rahayu menatap sepasang mata bening Ruby dengan mata berkaca. Kini Ruby kian merasa bersalah. Gadis itu lekas mendekap tubuh Rahayu dan menagis di bahunya. Tubuh Ruby bergetar seiring tangisnya yang kian mengeras. Rahayu pun tergugu. Seolah bisa merasakan penderitaan yang kini tengah dirasakan putri asuhnya.

Selepas tangis Ruby mereda, Rahayu lekas merebut sebuah benda dalam gengaman tangan sang gadis.

"Ruby, apa maksud semua ini. Kau.. mengandung?" Sebagai seorang wanita, Rahayu pasti bisa mengenali benda pipih yang biasa digunakan tenaga medis untuk mengetahui ada tidaknya janin di dalam tubuh. Tapi yang jadi masalah, kenapa dalam kondisi seperti ini janin itu harus datang.

Ruby pun mengangguk lemah.

Rahayu sudah hendak membalik badan, keluar dari kamar mandi namun Ruby coba mencegah.

"Ibu, Ibu mau ke mana?"

"Ibu akan menghubungi Nak Sean. Mengatakan jika kau sedang mengandung dan memintanya untuk menghentikan proses perceraian." 

"Tidak Ibu!"

"Kenapa?" Rahayu terkejut. Bukankah Sean adalah ayah biologis dari janin yang tengah dikandung Ruby, lalu kenapa gadis itu mencegah.

"Aku tau sebesar apa keluarga Mas Sean tidak menginginkan keberadaanku. Aku sadar, diri, ibu. Aku memang tak pantas untuk Mas Sean cintai." Terasa perih, namun begitulah kenyataan. Sebuah fitnah yang diskenario sang ibu mertua, rupanya semakin menyingkao fakta jika selama ini Ibu beserta adik Sean hanya berpura menerimanya.

Sean Fernandez memang mencintainya tapi tidak dengan keluarganya. Berbeda kasta dan hidup sebatang kara menjadi alasan utama keluarga Sean begitu membencinya.

Rahayu tak bisa menyangkal. Ruby yang datang dengan keadaan menyedihkan pada malam itu, rasanya ia pun sudah bisa menangkap adanya ketidak beresan. Ruby yang masih dalam kondisi terburuk, belum siap untuk menceritakan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi pada pagi hari Ibu dari Sean sudah datang ke panti asuhan dan bermaksud untuk mengembalikan Ruby ketempatnya semula sebelum dipersunting Sean. Bukan hanya itu, perempuan berpenampilan glamour itu membawa beberapa lembar foto sebagai bukti bahwasannya Ruby sudah berselingkuh dan ditangkap basah oleh Sean, suaminya sebelum akhirnya diusir.

"Baiklah, Nak jika itu sudah menjadi keputusanmu. Ibu tidak bisa melarangmu sebab bagaimana pun kau sendirilah yang akan menjalani. Ibu hanya meminta padamu agar tetap menjaga janin dalam kandunganmu hingga lahir. Merawat dan membesarkannya begitu anak itu lahir hingga ia tak kekuraga kasih sayang sedikit pun meski dibesarkan tanpa sosok Ayah."

Ruby mengangguk seraya mengusap pipinya yang basah. Setegar apa pun dirinya, namun jika sudah menyebut tentang janin dalam kandungan, membuat pertahanannya runtuh seketika. Janin yang menjadi hasil buah cintanya bersama Sean.

💗💗💗💗💗

Selama proses persidangan berlangsung, Ruby tak sekalipun menampakkan diri. Ia pun juga tak menunjuk seorang kuasa hukum untuk mendampingi. Ruby pasrah dan mengikuti alur yang ada. Terlebih Ibu Sean secara diam-diam sudah mengancamnya untuk tidak perlu datang untuk mempercepat proses persidangan.

Ruby memilih duduk menyendiri, sejenak menjauh dari kerumunan anak panti yang setiap hari berusaha menghiburnya.

Tubuh Ruby pun kian kurus meski mengandung. Disebuah kursi kayu Ruby terduduk seraya mengusap bagian perutnya yang masih rata.

Helaan nafas terdengar. Tatapan gadis itu tertuju pada pot yang ditanami bermacam bunga. Ia sendirilah yang sempat menanamnya sekitar dua tahun lalu sebelum menikah dengan Sean.

"Tak menyangka jika aku akan kembali ke sebuah rumah yang menjadi tempat tinggalku sejak dulu," gumam Ruby seraya mengenang masa tumbuh kembangnya dulu dilingkungan panti.

Bahkan saat pertemuannya dengan Sean untuk pertama kali, Ruby pun masih jelas mengingatnya.

"Hai, aku Sean. Kata Ibu Rahayu, namamu Ruby, benar begitu?"

Ruby terkesiap. Saat sedang mengisi tanah kedalam pot, seorang pria justru datang mengejutkannya. Terlebih mengucapkan tanya yang tak pernah ia sangka.

"Hei, benarkah nama Ruby?" Pria bernama Sean itu mengoyangkan tangan ke hadapan gadis yang sepertinya justru melamun ketika ditanya.

"I-iya Tu-tuan. Benar, saya Ruby." Ruby sampai terbata. Ia terlihat malu saat berapa teman sebayanya memperhatikan.

"Em perkenalkan, aku Sean," ucap Sean seraya mengulurkan tangan.

Ruby lagi terkesiap menatap pada tangan yang terulur ke hadapan. Gadis itu menatap tangannya yang dipenuhi tanah. Gadis itu menangkupkan kedua tangan sebagai salam perkenalan.

Sean terlihat kecewa saat Ruby tak menyambut uluran tangannya. Akan tetapi pria itu juga merasa senang, mengingat ini pertama kalinya mereka bertemu. Mungkin dirinya terkesan lancang sebab sudah berniat untuk menyentuh tangan gadis yang baru saja mengenalnya.

"Oh, maaf. Aku sudah lancang. Aku tidak bermaksud untuk.."

"Tidak apa Tuan, saya faham, tapi apakah Tuan membutuhkan sesuatu hingga memanggil saya?" Ruby tak mengenal Sean. Ia hanya tau jika Sean adalah putra dari keluarga kaya yang menjadi donatur tetap di panti asuhan yang menjadi tempat tinggalnya.

Sean tersenyum tipis seraya menggelengkan kepala.

"Em, tidak. Aku tidak membutuhkan sesuatu. Aku memanggilmu karna ingin berkenalan denganmu."

Ruby tertegun. Ia berfikir sejenak, kiranya untuk apa Pria seperti Sean sudi berkenalan dengan gadis sepertinya yang bahkan kerap dianggap anak haram oleh tetangga sekitar.

Ruby menghela nafas dalam. Bulir bening kembali meluncur di sudut mata saat momen pertemuan pertama kali mereka kembali terngingang diingatan.

Gadis manis yang semula tak berani menanggapi ucapan Sean, justru mendapati sebuah kenyataan yang bahkan tak pernah ia bayangkan.

Melalui Rahayu, pengurus panti asuhan. Sean mengutarakan keinginannya untuk meminang Ruby sebagai istrinya. Rahayu tentu terkejut apalagi dengan Ruby. Akan tetapi, begitulah adanya. Jodoh memang tadir dari sang pencipta. Sebuah Rahasia yang tak mampu dicegah atau pun memilih.

Dari semua peristiwa yang membuat banyak pihak terkejut, rupanya keluarga inti dari Sean Fernandez tak tau menau akan keinginan putra itu untuk meminang Ruby.

Bukan hanya berbeda kasta, status Ruby yang hanya anak panti dan tanpa tau jati diri kedua orang tuanya sempat membuat Ibu Sean meradang. Bagaimana pun Sean adalah putra tunggalnya sekaligus penganti sang Ayah dalam mengurus bisnis peninggalan keluarga.

Berdebatan sengit terjadi. Kedua pihak bersikukuh dengan keinginan masing-masing. Ibu Sean tetap tak merestui, sementara Sean tetap akan melangsungkan pernikahan meski tanpa restu dari keluarga.

Butuh waktu enam bulan hingga Ibu Sean memberikan restu dan mengikhlaskan putranya untuk menikahi gadis yang tak jelas asal usulnya dengan syarat tak ada pesta mewah atau pun resepsi. Sean menyanggupi, toh itu bukanlah masalah yang terpenting pernikahan mereka sah.

Andai waktu bisa diputar, Mas. Tentu aku lebih memilih untuk tidak mengenalmu. Berlari atau menjauh ke mana pun saat kau ingin berkenalan saat itu.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Dayang Jaliha

Dayang Jaliha

Sean seorang suami sepatutnya menyelidiki dulu sebelum buat keputusan yang begitu drastik dgn terus mencerahkan isternya

2024-08-21

0

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

Napa sean... gk bisa membela...ruby....sean kan tau bahwa mamanya tidak menyukai ruby dari awal pernikahan... seharusnya sean berpikir dan berjuang.... untuk ruby... bahwa istrinya di fitnah...ikuti aja ceritanya ya thorr

2024-08-13

1

Jumria Jumi

Jumria Jumi

kayak nya ceritanya menarik semoga tidak mengecewakan.

2024-07-31

0

lihat semua
Episodes
1 Fitnah Berujung Talak
2 Garis Dua
3 Resmi Bercerai
4 Pergi
5 Kehidupan Setelah Berpisah
6 Segengam Asa
7 Diterima Bekerja
8 Restu Yang Tak Pernah Didapat
9 Hari Pertama Bekerja
10 Membuka Kenangan
11 Dia...
12 Sajian Untuk Sang Tuan
13 Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14 Parfum
15 Kekecewaan Ruby
16 Berhak Bahagia
17 Nyidam
18 Baby Shop
19 Wira
20 Takdir
21 Pergulatan Batin
22 Tangis Dan Untaian Doa
23 Silvia
24 Status Ruby
25 Lingkungan Pertemanan Margareth
26 Pertemuan Tak Terduga
27 Tirai Yang Tersibak
28 Penelusuran Sean
29 Naik Jabatan
30 Pertemuan
31 Pertemuan Part 2
32 Mengikuti Ruby
33 Ruby Resto & Cafe
34 Celia, Putriku
35 Bersama Wira
36 Kedatangan Sean
37 Mengulang Masa Lalu
38 Jangan Dekat Dengannya
39 Tentang Wira
40 Reaksi Margareth
41 Keinginan Sean
42 Keputusan Ruby
43 Kembali Bersama
44 Rencana Sean
45 Rencana Sean Part. 2
46 Kegalauan Wira
47 Tentang Selena
48 Perubahan Ruby
49 Berkunjung Ke Rumah Ruby
50 Margareth Diusir
51 Akal Bulus Leo
52 Perdebatan Selena Dan Margareth
53 Penyesalan Selena
54 Adik Dan Kakak
55 Ulah Margareth
56 Siapa Yang Pantas
57 Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58 Wira Bersama Kiran
59 Wira Bersama Kiran Part. 2
60 Kedatangan Rio
61 Kedatangan Rio Part. 2
62 Tekad Seorang Pria
63 Meminta Pendapat Sean
64 Tekad Seorang Pria Part. 2
65 Melamar Selena
66 Sean Menemui Margareth
67 Sean Menemui Margareth Part. 2
68 Sean Menemui Margareth Part. 3
69 Rengekan Willy
70 Kedekatan Kiran Dan Willy
71 Bentuk Perhatian
72 Membujuk Selena
73 Rio Bagaskara
74 Penjelasan Rio
75 Kejutan Untuk Margareth
76 Titik Lemah Seorang Margareth
77 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79 Gengsi Menjadi Petaka
80 Margareth Terluka
81 Celia, Cucuku.
82 Restu Untuk Selena
83 Permintaan Willy
84 Usaha Wira
85 Bundanya Willy
86 Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87 Extra Part Kiran Dan Wira
88 Extra Part Kiran Dan Wira
89 Extra Part Kiran Dan Wira
90 Extra Part Kiran Dan Wira.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Fitnah Berujung Talak
2
Garis Dua
3
Resmi Bercerai
4
Pergi
5
Kehidupan Setelah Berpisah
6
Segengam Asa
7
Diterima Bekerja
8
Restu Yang Tak Pernah Didapat
9
Hari Pertama Bekerja
10
Membuka Kenangan
11
Dia...
12
Sajian Untuk Sang Tuan
13
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14
Parfum
15
Kekecewaan Ruby
16
Berhak Bahagia
17
Nyidam
18
Baby Shop
19
Wira
20
Takdir
21
Pergulatan Batin
22
Tangis Dan Untaian Doa
23
Silvia
24
Status Ruby
25
Lingkungan Pertemanan Margareth
26
Pertemuan Tak Terduga
27
Tirai Yang Tersibak
28
Penelusuran Sean
29
Naik Jabatan
30
Pertemuan
31
Pertemuan Part 2
32
Mengikuti Ruby
33
Ruby Resto & Cafe
34
Celia, Putriku
35
Bersama Wira
36
Kedatangan Sean
37
Mengulang Masa Lalu
38
Jangan Dekat Dengannya
39
Tentang Wira
40
Reaksi Margareth
41
Keinginan Sean
42
Keputusan Ruby
43
Kembali Bersama
44
Rencana Sean
45
Rencana Sean Part. 2
46
Kegalauan Wira
47
Tentang Selena
48
Perubahan Ruby
49
Berkunjung Ke Rumah Ruby
50
Margareth Diusir
51
Akal Bulus Leo
52
Perdebatan Selena Dan Margareth
53
Penyesalan Selena
54
Adik Dan Kakak
55
Ulah Margareth
56
Siapa Yang Pantas
57
Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58
Wira Bersama Kiran
59
Wira Bersama Kiran Part. 2
60
Kedatangan Rio
61
Kedatangan Rio Part. 2
62
Tekad Seorang Pria
63
Meminta Pendapat Sean
64
Tekad Seorang Pria Part. 2
65
Melamar Selena
66
Sean Menemui Margareth
67
Sean Menemui Margareth Part. 2
68
Sean Menemui Margareth Part. 3
69
Rengekan Willy
70
Kedekatan Kiran Dan Willy
71
Bentuk Perhatian
72
Membujuk Selena
73
Rio Bagaskara
74
Penjelasan Rio
75
Kejutan Untuk Margareth
76
Titik Lemah Seorang Margareth
77
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79
Gengsi Menjadi Petaka
80
Margareth Terluka
81
Celia, Cucuku.
82
Restu Untuk Selena
83
Permintaan Willy
84
Usaha Wira
85
Bundanya Willy
86
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87
Extra Part Kiran Dan Wira
88
Extra Part Kiran Dan Wira
89
Extra Part Kiran Dan Wira
90
Extra Part Kiran Dan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!