Takdir

Semburat keemasan muncul di ufuk timur saat Ruby menyibak tirai jendela kamar tidurnya. Pagi ini Ruby sudah terlihat segar selepas mandi. Perutnya sudah semakin membesar, begitu pun dengan kakinya sudah terlihat membengkak. Akan tetapi perempuan itu masih tetap bekerja dan masih ragu untuk mengambil cuti, sebab menurut dokter jika tanggal perkiraan lahir calon buah hatinya masih beberapa minggu lagi.

Tak jarang Ruby merasakan kontraksi palsu yang nyatanya cukup membuatnya meringis kesakitan hingga dilarikan ke bidan setempat, namun kelahiran pun masih tak datang. Belum lagi dengan rasa pegal dan nyeri di area pinggang yang kerap kali menyergap, membuat Ruby hanya bisa berserah dan memohon agar selalu diberi kekuatan dan ketabahan dalam menjalani semua prosesnya hingga melahirkan nanti terlebih tanpa adanya seorang suami di sisi.

"Nak, kau belum berniat untuk meminta izin cuti?." Fatimah menatap pada tubuh Ruby yang cukup kepayahan saat bergerak. Terbelenggu oleh perut buncitnya yang terlihat bulat seperti bola.

"Mungkin sekitar satu minggu lagi Ruby baru akan meminta cuti. Lebih tepatnya menunggu hingga lepas gajihan, barulah Ruby akan ajukan cuti." Tersisa gelak lirih dalam suara Ruby meski sejujurnya menyiratkan rasa pedih.

Menabung, menabung dan menabung untuk biaya kelahiran. Ruby memang getol menabung demi sang calon buah hati. Persalinan butuh banyak biaya. Baik secara normal atau pun caesar, sama-sama membutuhkan banyak biaya, dan dirinya tak ingin merepotkan siapa pun jima soal uang , termasuk Fatimah begitu melahirkan nanti.

"Tapi kau sudah terlihat sangat kepayahan, Nak," ucap Fatimah yang merasa begitu khawatir dengan keadaan Ruby.

"Bibi, tenanglah." Ruby menatap lembut wajah Fatimah. Ia usap tangan paruh baya itu penuh kasih. "Aku baik-baik saja. Tuhan akan selalu melindungi disetiap langkahku. Jadi, Bibi tidak perlu khawatir."

Fatimah menunduk. Entah mengapa, pada pagi ini suasa hatinya tak seperti biasa. Ia mendadak cemas, serta dadanya terasa sesak tanpa sebab. Bahkan sebelum pagi menyapa, Fatimah keluar masuk kamar hanya unpbituk memastikan jika Ruby tidak terbangun dan mencarinya. Ia hanya takut jika Ruby tiba-tiba melahirkan namun dirinya tak mendengar.

"Akhir-akhir ini Bibi merasa cemas." Fatimah menatap lekat wajah cantik Ruby sementara kedua tangannya bergerak menangkup perut bulat besar itu seraya mengusapnya pelan.

"Bibi, senantiasa sebut nama putrimu ini dalam setiap doa. Niscaya, kebaikan dan pertolongan akan selalu datang. Yakinlah, diri ini tak akan pernah sendiri."

Bulir bening dari sudut mata Fatimah menganak sungai. Cairan yang sekuat tenaga ia tahan, tak terbendung lagi.

"Berhati-hatilah, Nak. Doa Bibi selalu menyertaimu."

"Terimakasih, Bibi," ucap Ruby seraya mendekap tubuh Fatimah dan sesekali mengusap bulir bening yang membasahi ke dua pipi paruh baya itu.

💗💗💗💗💗

"Ruby, apa kau tau?." Mario yang sedang mengaduk sup iga sapi dalam paci menoleh kebelakang, bertanya dan menatap Ruby yang sedang mengiris kentang di sebuah kursi di belakang tubuhnya.

"Tentang?."

"Mungkin sama sepertimu, Istriku kerap mengeluh pegal di seluruh badan saat tengah malam. Aku tak tega, hingga berinisiatif mengusap bahkan memijatnya meski tanpa diminta. Apa kau juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan istriku?." Mario cekatan mengambil mangkuk selepas sup matang. Meski mengajak Ruby berbicara, Tangan pria itu tak diam. Menyiapkan pesanan pelanggan.

Ruby terdiam. Memang hal yang baru saja disebut Mario, rata-rata juga dialami setiap ibu hamil. Pegal, dirinya pun juga merasakan.

"Aku rasa apa yang dialami istrimu juga dialami ibu hamil pada umumnya, termasuk diriku." Ruby tersenyum tipis kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali.

Sementara Mario yang sudah mengetahui jika Ruby tak memiliki suami, dibuat tak enak hati. Kebenaran tetang setatus Ruby tanpa sengaja ia dengar saat Ruby dan Kiran saling berinteraksi. Di resto hanya Mario dan Kiran-lah yang mengetahui jika Ruby sorang janda. Selebihnya tak ada tau. Mereka mengira jika Ruby bersuami, dan wanita itu bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Tak sedikit dari para pekerja yang iba pada Ruby. Gadis yang masih terbilang sangat muda itu bekerja dalam keadaan perut besar yang membuat siapa pun yang melihat merasa sesak. Akan tetapi, mereka pun memuji kerja keras dan semangat Ruby yang tak pernah surut meski pergerakannya tububnya kian terbatas.

💗💗💗💗💗

Ada yang kembali berdesir di dalam diri begitu Ruby mendengar sesuatu yang sesungguhnya tak ingin perempuan itu dengan. Sean kembali datang. Ia baru saja mendengar pemberitahuaannya dari Mario.

"Tuan Sean menginginkan desert Mangga buatanmu yang rasanya sama persis dengan yang kau buat waktu itu. Ayo, kerjakan. Kita tak punya banyak waktu," titah Mario yang sudah bergerak menuju tempat pendingin untuk mengambil bahan baku yang akan dipergunakan.

Ruby masih terdiam. Timbul rasa tak asing yang kini mulai menjalar di bagian perut dan pinggang. Perempuan itu mulai mendesis. Ya Tuhan, begitu mendengar mlnama Sean disebut. Perutnya mendadak melilit.

"Ayo, kau tentu masih mengingatnya 'kan, meski waktu itu terkesan dadakan," ucap Mario yang membuat Ruby terkesiap.

"Te-tentu, tentu aku masih mengingatnya. Jangan khawatir," jawab Ruby setengah terbata. Menetralisir rasa nyeri di bagian perut dan pinggang yang kini terasa bertambah.

Bahan baku yang sudah disiapkan Mario di meja, lekas Ruby kupas. Mengabaikan rasa sakit yang bukan hanya menyerang perut namun sudah mencapai pinggang.

Saat masih mengupas mangga, piisau dalam gengaman sempat terlepas saat rasa nyeri itu menghantam dalam hingga menciptakan peluh dingin yang membasahi pelipis.

Beberapa kali mengalami kontraksi palsu membuat Ruby mulai mengerti. Ia terus berdoa dan mengaturkan pernafasan. Perempuan itu tetap tenang dan memasang wajah biasa saja agar tak menghebohkan para pekerja lain dengan rasa sakit yang di dera.

Bukankah menurut dokter jadwal HPL masih beberapa minggu lagi, tetapi kenapa rasanya sesakit ini.

"Ruby, aku cukup membantumu di bagian ini dan ini saja ya." Mario berceloteh. Sesekali menggoda Ruby dengan membantu dibagian yang tak terlalu penting mengingat Mario memang tak pernah membuat desert Mangga kesukaan Sean sebelumnya.

"Tidak masalah, Kakak cukup mempersiapkan wadahnya saja. Lagi pula, i- ini ha-hampir selesai." Ruby meringis, menyentuh perut besarnya. "Sshhh." Perempuan itu mendesis.

"Hei, Ruby. Kau kenapa?." Mario terkejut begitu melihat Ruby meringis seraya mencengkeram pinggang. Terlebih wajah perempuan itu sudah pucat dengan kening yang dipenuhi bulir keringat.

"A-aku, tidak apa-apa, Kak."

"Perhatian, Tuan Sean sudah mencapai area area parkir dan selesaikan hidangan kalian dalam waktu lima menit." Ultimatum sang atasan membuat Ruby dan Mario kembali ke mode awal. Bergerak cepat untuk menyelesaikan sajian, namun...

"Aww..." Pekikan Ruby terdengar seiring cairan yang merembas di pakaian bawah wanita itu yang mana membuat Mario yang dengan jelas bisa melihat kejadian itu, sontak berteriak.

"Ru-Ruby, Tolong!" Mario berteriak. Wajahnya sudah tak kalah pucat dari Ruby. Sementara koki lain berlari menghampiri ke dua rekannya. Kehebohan pun tak terelakkan lagi. Ruby di gotong menuju ke luar resto. Pada saat itu pula bertepatan dengan Sean yang keluar dari kendaraan pribadinya.

Pria tampan itu berdiri, dengan pandangan mengerut. Mendengar kehebohan dari pintu utama Resto, namun bukan untuk menyambutnya melainkan...

"Tolong panggil Ambulance, asisten koki Mario akan melahirkan." Salah satu koki memerintahkan pada pertugas keamanan yang sigap berlari kearah pos penjagaan untuk menghubungi rumah sakit terdekat.

Semua orang berkerumun, bukan hanya pekerja tetapi juga para pengunjung. Diliputi rasa penasaran yang membuncah, membuat Sean bergerak mendekati kerumunan. Matanya terfokus pada satu titik pada apa yang menjadi objek yang membuat sekumpulan orang berkerumunan.

Sepasang matanya membulat sempurna, menatap wanita hamil dengan memakai seragam khusus pegawai resto yang terbaring kesakitan dengan menyetuh bagian perut besarnya.

Sean menelan ludah kasar, ia tak bisa melihat wajah sang perempuan sebab tertutup para karyawan yang berusaha menolonggnya. Akan tetapi saat satu orang beranjak, disitulah ia bisa melihat wajah seorang wanita yang nampak pucat dengan anak rambut yang menutupi sebagian wajah.

Peredaran darah dalam tubuh selah terhenti, begitu pun dengan nafasnya. Ia tak mampu berkata-kata begitu melihat wajah perempuan hamil itu yang begitu mirip dengan seseorang yang masih terpatri jelas dalam relung hati terdalam.

Ruby?.

Terpopuler

Comments

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

ayo bantu sean..

2024-08-13

3

Kamiem sag

Kamiem sag

ah.... ketahuan

2024-08-13

0

gah ara

gah ara

aduhhh tegeng akuuhhhh

2024-08-08

1

lihat semua
Episodes
1 Fitnah Berujung Talak
2 Garis Dua
3 Resmi Bercerai
4 Pergi
5 Kehidupan Setelah Berpisah
6 Segengam Asa
7 Diterima Bekerja
8 Restu Yang Tak Pernah Didapat
9 Hari Pertama Bekerja
10 Membuka Kenangan
11 Dia...
12 Sajian Untuk Sang Tuan
13 Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14 Parfum
15 Kekecewaan Ruby
16 Berhak Bahagia
17 Nyidam
18 Baby Shop
19 Wira
20 Takdir
21 Pergulatan Batin
22 Tangis Dan Untaian Doa
23 Silvia
24 Status Ruby
25 Lingkungan Pertemanan Margareth
26 Pertemuan Tak Terduga
27 Tirai Yang Tersibak
28 Penelusuran Sean
29 Naik Jabatan
30 Pertemuan
31 Pertemuan Part 2
32 Mengikuti Ruby
33 Ruby Resto & Cafe
34 Celia, Putriku
35 Bersama Wira
36 Kedatangan Sean
37 Mengulang Masa Lalu
38 Jangan Dekat Dengannya
39 Tentang Wira
40 Reaksi Margareth
41 Keinginan Sean
42 Keputusan Ruby
43 Kembali Bersama
44 Rencana Sean
45 Rencana Sean Part. 2
46 Kegalauan Wira
47 Tentang Selena
48 Perubahan Ruby
49 Berkunjung Ke Rumah Ruby
50 Margareth Diusir
51 Akal Bulus Leo
52 Perdebatan Selena Dan Margareth
53 Penyesalan Selena
54 Adik Dan Kakak
55 Ulah Margareth
56 Siapa Yang Pantas
57 Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58 Wira Bersama Kiran
59 Wira Bersama Kiran Part. 2
60 Kedatangan Rio
61 Kedatangan Rio Part. 2
62 Tekad Seorang Pria
63 Meminta Pendapat Sean
64 Tekad Seorang Pria Part. 2
65 Melamar Selena
66 Sean Menemui Margareth
67 Sean Menemui Margareth Part. 2
68 Sean Menemui Margareth Part. 3
69 Rengekan Willy
70 Kedekatan Kiran Dan Willy
71 Bentuk Perhatian
72 Membujuk Selena
73 Rio Bagaskara
74 Penjelasan Rio
75 Kejutan Untuk Margareth
76 Titik Lemah Seorang Margareth
77 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79 Gengsi Menjadi Petaka
80 Margareth Terluka
81 Celia, Cucuku.
82 Restu Untuk Selena
83 Permintaan Willy
84 Usaha Wira
85 Bundanya Willy
86 Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87 Extra Part Kiran Dan Wira
88 Extra Part Kiran Dan Wira
89 Extra Part Kiran Dan Wira
90 Extra Part Kiran Dan Wira.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Fitnah Berujung Talak
2
Garis Dua
3
Resmi Bercerai
4
Pergi
5
Kehidupan Setelah Berpisah
6
Segengam Asa
7
Diterima Bekerja
8
Restu Yang Tak Pernah Didapat
9
Hari Pertama Bekerja
10
Membuka Kenangan
11
Dia...
12
Sajian Untuk Sang Tuan
13
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14
Parfum
15
Kekecewaan Ruby
16
Berhak Bahagia
17
Nyidam
18
Baby Shop
19
Wira
20
Takdir
21
Pergulatan Batin
22
Tangis Dan Untaian Doa
23
Silvia
24
Status Ruby
25
Lingkungan Pertemanan Margareth
26
Pertemuan Tak Terduga
27
Tirai Yang Tersibak
28
Penelusuran Sean
29
Naik Jabatan
30
Pertemuan
31
Pertemuan Part 2
32
Mengikuti Ruby
33
Ruby Resto & Cafe
34
Celia, Putriku
35
Bersama Wira
36
Kedatangan Sean
37
Mengulang Masa Lalu
38
Jangan Dekat Dengannya
39
Tentang Wira
40
Reaksi Margareth
41
Keinginan Sean
42
Keputusan Ruby
43
Kembali Bersama
44
Rencana Sean
45
Rencana Sean Part. 2
46
Kegalauan Wira
47
Tentang Selena
48
Perubahan Ruby
49
Berkunjung Ke Rumah Ruby
50
Margareth Diusir
51
Akal Bulus Leo
52
Perdebatan Selena Dan Margareth
53
Penyesalan Selena
54
Adik Dan Kakak
55
Ulah Margareth
56
Siapa Yang Pantas
57
Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58
Wira Bersama Kiran
59
Wira Bersama Kiran Part. 2
60
Kedatangan Rio
61
Kedatangan Rio Part. 2
62
Tekad Seorang Pria
63
Meminta Pendapat Sean
64
Tekad Seorang Pria Part. 2
65
Melamar Selena
66
Sean Menemui Margareth
67
Sean Menemui Margareth Part. 2
68
Sean Menemui Margareth Part. 3
69
Rengekan Willy
70
Kedekatan Kiran Dan Willy
71
Bentuk Perhatian
72
Membujuk Selena
73
Rio Bagaskara
74
Penjelasan Rio
75
Kejutan Untuk Margareth
76
Titik Lemah Seorang Margareth
77
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79
Gengsi Menjadi Petaka
80
Margareth Terluka
81
Celia, Cucuku.
82
Restu Untuk Selena
83
Permintaan Willy
84
Usaha Wira
85
Bundanya Willy
86
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87
Extra Part Kiran Dan Wira
88
Extra Part Kiran Dan Wira
89
Extra Part Kiran Dan Wira
90
Extra Part Kiran Dan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!