Dia...

Berbagai cobaan dan ujian yang dialami Ruby, membuat perempuan bermata sayu itu kian tegar untuk menata hidup ke depan, menyongsong masa depan yang lebih baik. Jadikan pengalaman hidup sebagai guru terbaik dalam hidup. Ruby tak henti menyemangati diri. Menapaki jalan takdir, membuatnya terasa ringan meski dipenuhi kerikil tajam.

Ruby kini sudah mampu menyesuaikan diri dengan profesi barunya sebagai asisten koki. Satu bulan bekerja di Ruby Resto & Cafe, menjadi asisten Mario membuat gadis itu semakin piawai dalam menunjukan kemampuannya memasak yang memang sudah menjadi hobinya sedari masih hidup di panti. Ruby yang seharusnya hanya membantu pekerjaan Mario, terkadang justru ditunjuk oleh Mario untuk menyajikan pesanan pelanggan, tentunya tanpa sepengetahuan Wira.

Masakan Ruby tak kalah nikmat dari Mario. Itulah salah satu alasan yang mendorong Mario bertindak lancang, melakukan hal yang nyata-nyata menyalahi kontrak kerja yang ada.

Saat mendapatkan gaji pertama dari Ruby Resto & Cafe, Ruby merasa bahagia tak terkira. Ia pun lantas membawa Fatimah dan Kiran keluar rumah, sekedar jalan-jalan dan menikmati kuliner pinggir jalan di sekitar taman kota.

Fatimah awalnya menolak, ia lebih menginginkan Ruby untuk menyimpan saja gajinya untuk biaya persalinan. Akan tetapi Ruby menolak, ia berkata jika hanya sebagian dari gajinya saja yang digunakan untuk cuci mata, dan selebihnya akan ia jadikan tabungan untuk si kecil.

"Aku senang Kakak masih bertahan di tempat kerja itu. Awalnya aku kira jika Kakak akan.."

"Berhenti, maksudmu?."

Kiran mengganguk samar. Sekembalinya dari taman kota, dua perempuan itu masih menikmati suasana malam di teras rumah. Fatimah izin untuk beristirahat, meninggalkan dua putrinya yang masih enggan untuk masuk ke kamar.

"Aku tau, setegas apa Tuan Wira pada para pekerja. Salah sedikit, langsung tegur, terkadang langsung mendapat peringatan bahkan pemecatan. Ya, walau pun dia hanya Manager dan bukan pemilik resto, tapi aku yakin jika pemiliknya tidak lebih garang dari Si Wira." Kiran seperti menunjukan ketidaksukaannya pada Wira. Entah karna sikap tegas sang Manager atau wajah datarnya yang jarang sekali tersenyum.

"Memang kau sudah lihat seperti apa wajah pemilik tempat kita bekerja?."

"Belum sih," jawab Kiran seraya menggelengkan kepala. "Resto itu sebenarnya buka belum lama. Aku masuk saat awal pemukaan resto, ya sekitar enam bulanan lalu. Tapi pada saat pembukaan, hanya diwakilkan oleh seorang perempuan yang kata sebagian orang ada Ibu dari pemilik resto. Begitu," papar Kiran yang diangguki oleh Ruby.

"O... Begitu."

"Em.. Ber, dan setahuku pemilik resto bukan berdomisili di kota ini, melainkan di kota XX."

Lagi, Ruby menganggukan kepala sebagai isyarat jika dirinya faham akan penjelasan Kiran.

"Beruntungnya aku mendapatkan posisi sebagai kasir yang tak harus sering- sering berinteraksi dengan Tuan Wira. Ya meski pun dia galak, tapi aku faham jika semua itu ia lakukan karna tuntutan pekerjaan. Pemilik resto seperti sudah menjatuhkan tanggung jawab sepenuhnya pada Tuan Wira, dan secara otomatis ia pun harus bekerja ekstra untuk memaksimalkan perkembangan Resto di bawah kepemimpinannya." Selain kebencian, namun tersirat kekaguman dari seorang Kiran pada Wira. Hanya sekedar kagum, itu saja. Selebihnya Kiran akan melebeli pria itu dengan sebutan 'Menakutkan'.

"Jangan terlalu membencinya."

"Kenapa?."

"E, takut kalau justru kau berubah mencintainya." Ruby tergelak, ia lekas membekap mulut saat kedua mata Kiran melotot seperti hendak menelannya.

"Ih, ogah! Lagi pula dia duda, aku ingin yang perjaka. Kakak saja sana. Pas 'kan, ketika duda bertemu janda." Kini giliran Kiran yang tergerak. Ia berlari menerobos pintu, sempat menjulurkan lidah pada Ruby sebelum tubuh ramping gadis itu menghilang di balik pintu.

"Huh, dasar bocah."

💗💗💗💗💗

Kegaudah di area dapur menjadi pemandangan sehari-hari bagi Ruby satu bulanan ini. Teriakan dan suara bising dari alat masak yang beradu, seakan menjadi irama yang menyuguhkan harmoni tersendiri bagi para pendengarnya.

Para pelayan hilir mudik, membawa nampan berisi hidangan untuk di antar sampai meja pelanggan. Di tempatnya berdiri, Ruby masih berkutat dengan berbagai buah segar yang akan ia olah menjadi salad yang menjadi menu penutup hidangan makan siang pelangan di meja nomor xx.

Suasana dapur yang semula sudah cukup gaduh, kini bertambah riuh saat seorang pelayan masuk seraya membisikan sesuatu ke telinga salah seorang koki.

"Ya tuhan, benarkah?."

"Benar, dalam sepuluh menit ke depan rombongan pasti sudah sampai." Beberapa pekerja lain yang ikut mendengar, saling mendekat. Bergerombol, hingga datangnya Wira membungkam seluruh mulut pekerja yang semula riuh nyaris tak terkendali.

"Mohon perhatian. Dalam lima menit ke depan pemilik Resto akan datang. Persiapkan diri kalian. Berbaris dan rapikan penampilan. Ingat, tetap patuhi protokol kesehatan. Pakai masker dan pastikan seluruh dapur bersih sebelum kalian tinggalkan."

Tanpa perlu menunggu aba-aba, seluruh pekerja berhambur membersihkan sisa pekerjaan masing-masing. Tak jarang mereka menggerutu. Minimnya waktu yang tersisa membuat mereka kelabakan.

"Ayo cepat. Waktu kalian tidak banyak. Lekas berbaris dan pakai masker kalian." Perintah Wira sontak membuat seluruh pekerja berlari ke arah pintu keluar resto. Berbaris rapi untuk menyambut kedatangan pemilik Resto yang sudah menyediakan mereka lapangan pekerjaan.

Masih saling menetralkan deru nafas masing-masing, sebuah kendaraan hitam metalic tampak memasuki lobi Resto. Semua pasang mata tertuju pada pergerakan kuda besi tersebut.

Termasuk dengan Ruby dan Kiran. Kedua gadis yang bediri berdampingan itu juga fokus menatap pada satu objek. Mobil pemilik resto yang sangat ingin mereka temui orangnya.

"Jika dia pria, aku yakin dia pasti tampan." Kiran melirik Ruby dari ekor mata. Meski lirih saat berucap, namun gadis itu yakin jika Ruby bisa mendengarnya.

"Dan jika perempuan, aku yakin dia pasti cantik." Giliran Ruby yang berbicara. Ia berniat untuk menyambung ucapan Kiran. Benar saja, Kiran tergelak hingga salah satu pekerja menginjak kakinya.

"Aww," pekik Kiran tertahan.

"Diaamm."

Kiran sontak terdiam namun bibirnya yang tertutup masker cemberut.

Kuda besi mengkilat itu terhenti. Beberapa detik kemudian seorang sopir membuka pintu penumpang, memberikan akses pada seseorang di dalam untuk keluar.

Para pekerja menarik nafas perlahan. Pandangan mereka hanya terfokus pada pergerakan pintu , di mana sepatu mengkilap dari seseorang di dalam kendaraan tersebut sudah menapak di lantai lobi Resto.

Tiga detik kemudian, sesosok pria berbalutkan jas berwarna hitam keluar sepenuhnya dari kendaraan tersebut hingga paras rupawan sang pemilik Resto termpampang di hadapan seluruh pekerja yang didominasi kaum hawa.

Semua terperangah. Terlebih saat para pria itu semakin jelas terlihat. Dia mulai berjalan dengan di bimbing Wira untuk memasuki pintu utama resto. Seluruh pekerja sontak menundukan kepala saat pemilik itu melintas di hadapan. Di balik wajah seluruh pekerja yang nyaris terperangah, seseorang gadis justru terlihat syok manakala sepasang mata sayunya menatap pada sang pemilik resto yang rupanya tak asing lagi baginya.

Seperti dugaan Kiran, pria tampan itu tak sedatar Wira. Saat melintas di hadapan para pekerja, dia selalu mengulas senyum dan sekali melambaikan tangan sebagai salam selamat datang.

Satu titik bulir bening terjatuh. Saat sesosok pria berbadan tegap itu menghilang dari padangan. Kepalanya tertunduk, sadar jika takdir sang kuasa melebihi kuasanya.

Sean, aku yakin dia Sean.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Bunda

Bunda

ceritanya menarik,tinggal koreksi typo Thor 🙏🏻

2024-12-03

2

SR.Yuni

SR.Yuni

Ya ampun aku nangis baca ini bukan karena cerita sedihnya tapi karena IKLAN nya yg gak ada henti ....OMG😭😭😭

2024-10-27

2

V-hans🌺

V-hans🌺

,terlalu banyak typo..
*kegaduhan, mngkin mksutbya ya thor..

2024-09-24

1

lihat semua
Episodes
1 Fitnah Berujung Talak
2 Garis Dua
3 Resmi Bercerai
4 Pergi
5 Kehidupan Setelah Berpisah
6 Segengam Asa
7 Diterima Bekerja
8 Restu Yang Tak Pernah Didapat
9 Hari Pertama Bekerja
10 Membuka Kenangan
11 Dia...
12 Sajian Untuk Sang Tuan
13 Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14 Parfum
15 Kekecewaan Ruby
16 Berhak Bahagia
17 Nyidam
18 Baby Shop
19 Wira
20 Takdir
21 Pergulatan Batin
22 Tangis Dan Untaian Doa
23 Silvia
24 Status Ruby
25 Lingkungan Pertemanan Margareth
26 Pertemuan Tak Terduga
27 Tirai Yang Tersibak
28 Penelusuran Sean
29 Naik Jabatan
30 Pertemuan
31 Pertemuan Part 2
32 Mengikuti Ruby
33 Ruby Resto & Cafe
34 Celia, Putriku
35 Bersama Wira
36 Kedatangan Sean
37 Mengulang Masa Lalu
38 Jangan Dekat Dengannya
39 Tentang Wira
40 Reaksi Margareth
41 Keinginan Sean
42 Keputusan Ruby
43 Kembali Bersama
44 Rencana Sean
45 Rencana Sean Part. 2
46 Kegalauan Wira
47 Tentang Selena
48 Perubahan Ruby
49 Berkunjung Ke Rumah Ruby
50 Margareth Diusir
51 Akal Bulus Leo
52 Perdebatan Selena Dan Margareth
53 Penyesalan Selena
54 Adik Dan Kakak
55 Ulah Margareth
56 Siapa Yang Pantas
57 Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58 Wira Bersama Kiran
59 Wira Bersama Kiran Part. 2
60 Kedatangan Rio
61 Kedatangan Rio Part. 2
62 Tekad Seorang Pria
63 Meminta Pendapat Sean
64 Tekad Seorang Pria Part. 2
65 Melamar Selena
66 Sean Menemui Margareth
67 Sean Menemui Margareth Part. 2
68 Sean Menemui Margareth Part. 3
69 Rengekan Willy
70 Kedekatan Kiran Dan Willy
71 Bentuk Perhatian
72 Membujuk Selena
73 Rio Bagaskara
74 Penjelasan Rio
75 Kejutan Untuk Margareth
76 Titik Lemah Seorang Margareth
77 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78 Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79 Gengsi Menjadi Petaka
80 Margareth Terluka
81 Celia, Cucuku.
82 Restu Untuk Selena
83 Permintaan Willy
84 Usaha Wira
85 Bundanya Willy
86 Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87 Extra Part Kiran Dan Wira
88 Extra Part Kiran Dan Wira
89 Extra Part Kiran Dan Wira
90 Extra Part Kiran Dan Wira.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Fitnah Berujung Talak
2
Garis Dua
3
Resmi Bercerai
4
Pergi
5
Kehidupan Setelah Berpisah
6
Segengam Asa
7
Diterima Bekerja
8
Restu Yang Tak Pernah Didapat
9
Hari Pertama Bekerja
10
Membuka Kenangan
11
Dia...
12
Sajian Untuk Sang Tuan
13
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
14
Parfum
15
Kekecewaan Ruby
16
Berhak Bahagia
17
Nyidam
18
Baby Shop
19
Wira
20
Takdir
21
Pergulatan Batin
22
Tangis Dan Untaian Doa
23
Silvia
24
Status Ruby
25
Lingkungan Pertemanan Margareth
26
Pertemuan Tak Terduga
27
Tirai Yang Tersibak
28
Penelusuran Sean
29
Naik Jabatan
30
Pertemuan
31
Pertemuan Part 2
32
Mengikuti Ruby
33
Ruby Resto & Cafe
34
Celia, Putriku
35
Bersama Wira
36
Kedatangan Sean
37
Mengulang Masa Lalu
38
Jangan Dekat Dengannya
39
Tentang Wira
40
Reaksi Margareth
41
Keinginan Sean
42
Keputusan Ruby
43
Kembali Bersama
44
Rencana Sean
45
Rencana Sean Part. 2
46
Kegalauan Wira
47
Tentang Selena
48
Perubahan Ruby
49
Berkunjung Ke Rumah Ruby
50
Margareth Diusir
51
Akal Bulus Leo
52
Perdebatan Selena Dan Margareth
53
Penyesalan Selena
54
Adik Dan Kakak
55
Ulah Margareth
56
Siapa Yang Pantas
57
Karna Kau Pantas Untukku Perjuangkan
58
Wira Bersama Kiran
59
Wira Bersama Kiran Part. 2
60
Kedatangan Rio
61
Kedatangan Rio Part. 2
62
Tekad Seorang Pria
63
Meminta Pendapat Sean
64
Tekad Seorang Pria Part. 2
65
Melamar Selena
66
Sean Menemui Margareth
67
Sean Menemui Margareth Part. 2
68
Sean Menemui Margareth Part. 3
69
Rengekan Willy
70
Kedekatan Kiran Dan Willy
71
Bentuk Perhatian
72
Membujuk Selena
73
Rio Bagaskara
74
Penjelasan Rio
75
Kejutan Untuk Margareth
76
Titik Lemah Seorang Margareth
77
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran.
78
Willy Berkunjung Ke Rumah Kiran Part. 2
79
Gengsi Menjadi Petaka
80
Margareth Terluka
81
Celia, Cucuku.
82
Restu Untuk Selena
83
Permintaan Willy
84
Usaha Wira
85
Bundanya Willy
86
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (END)
87
Extra Part Kiran Dan Wira
88
Extra Part Kiran Dan Wira
89
Extra Part Kiran Dan Wira
90
Extra Part Kiran Dan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!