Mentari terkesiap,, antara panik dan terkejut menjadi satu,, buru-buru Mentari mendorong dada Ujang yang sangat dekat dengan dirinya, sehingga Ujang melepaskannya. Mentari tidak siap sama sekali dengan gerakan mendadak dari Ujang,, Mentari tidak pernah terpikirkan akan mendapatkan kejutan mendadak seperti itu,, Mentari benar-benar kaget.
Mentari sempat melihat senyum geli dari bibir Ujang lalu pria itu kembali tenang,, setelah dia berhasil membuat jantung Mentari berpacu dengan kencang.
"Lain kali Tari,, kamu jangan sembarangan menuduh,," ucap Ujang yang sudah kembali ke ekspresi wajah biasanya.
"Mentari tidak menuduh Abang,, kan Mentari cuma nanya aja,, tapi kok Abang malah gitu,," ucap Mentari yang tidak mau kalah.
"Dan aku akan membuktikan bahwa itu semua salah,, massa aku punya kelainan,, itu penghinaan namanya Tari," ucap Ujang dan tampak kembali menghisap rokoknya,, Mentari sangat yakin bahwa baju Ujang saat ini pasti bau asap rokok tapi lama kelamaan Mentari terbiasa melihat Ujang yang merokok.
"Masih mengherankan,, masih ada orang yang belum pernah jatuh cinta sekalipun,, apa mungkin masih ada orang yang seperti itu? itu sungguh mustahil," ucap Mentari.
"Ada aku,, aku tinggal sendiri,, tempat terpencil pula,, aku tidak suka berteman dengan wanita juga tidak ada niat untuk berkenalan dengan wanita,, kalau mau yah langsung nikah saja,, kalau pun jatuh cinta yah lebih baik sama kamu saja,, sama istri sendiri,, kan sudah pasti kamu istriku,," ucap Ujang.
Ucapan santai dan cuek itu berhasil membuat Mentari penasaran.
"Memangnya Abang bisa jatuh cinta sama aku?" tanya Mentari.
"Sekarang belum," jawab Ujang bahkan tidak tertarik memandang wajah Mentari.
"Wanita seperti apa yang Abang sukai?" tanya Mentari,, entah mengapa pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Mentari.
"Tidak tau," jawab Ujang dengan santainya.
Jawaban seperti apa itu,, Mentari merasa heran sendiri,, bicara dengan Ujang bisa membuat tensi Mentari naik seketika,, Ujang tampak tidak sungguh-sungguh menjawab,, padahal Mentari berharap Ujang akan menjawab setidaknya wanita itu cantik.
"Tapi rasanya Tari akan sulit bagi kita untuk saling jatuh cinta,, karena aku bukan tipe mu dan kamu terlalu kecil untuk aku,," ucap Ujang.
Mentari benar-benar merasa tersinggung dengan ucapan Ujang,, terlalu kecil? dirinya bahkan sudah bisa melahirkan anak, lama kelamaan Ujang mulai menyebalkan menurut Mentari.
"Mentari penasaran siapa pacar Abang dulu. Siapa dia Bang?" tanya Mentari.
Mentari benar-benar penasaran siapa yang betah pacaran dengan pria kaku ini,, sampai-sampai tipe wanita yang dia sukai pun,, pria itu tidak tau.
"Marni," jawab Ujang dengan santainya sambil menghisap rokoknya.
Mentari terkejut bukan kepalang.
"Hah apa?" Mentari masih terkejut begitu mendengar jawaban Ujang.
Marni? wanita menyebalkan itu adalah mantan Ujang? dan satu-satunya pacar Ujang selama ini? entah kenapa Mentari semakin membenci wanita itu saat ini. Pantas saja wanita itu begitu penasaran mencari tau tentang malam pertama dirinya dan Ujang.
"Wah selera Abang benar-benar sangat unik yah?" ucap Mentari dengan nada ejekan.
"Unik apanya Tari?" tanya Ujang tidak mengerti.
"Marni si judes itu,, si tukang gosip dan juga sangat menyebalkan,," ucap Mentari.
"Apa kamu sadar sesuatu?" ucap Ujang lagi.
"Apa?" tanya Mentari.
"Kamu sama dengan dia," ucap Ujang.
"Apa?" ucap Mentari yang semakin kesal.
"Membicarakan keburukan orang lain di belakang," ucap Ujang.
Ucapan itu sukses membuat Mentari semakin naik pitam,, Mentari langsung membuang lap yang dipegangnya ke atas meja,, lalu berdiri sambil menatap Ujang dengan penuh amarah.
"Terserah,," ucap Mentari lalu masuk ke dalam kamar.
"Tari,, nggak jadi ke pasar?" tanya Ujang.
"Nggak jadi," ucap Mentari dari dalam kamar setelah membanting pintu kamar. Bagaimana bisa pria itu menanyakan jadi atau tidak nya ke pasar sementara hatinya saat ini lagi benar-benar panas.
Mentari rasanya ingin mencakar-cakar Ujang,, Mentari benar-benar marah dan tidak tau kenapa.
Seharian Mentari terus mendiamkan Ujang namun dia tetap melaksanakan tugasnya sebagai istri,, mencuci piring,, memasak,, mencuci kain kotor,, dan membereskan rumah. Tapi setiap Mentari berpapasan dengan Ujang,, Mentari pasti langsung membuang muka ke arah lain.
Ujang sama sekali tidak ada miripnya dengan Samuel,, Samuel yang perhatian,, Samuel yang manis,, juga pandai membujuk dan memberikan kata-kata mesra padanya,, sedangkan Ujang jangankan membujuk Ujang malahan tampak tidak perduli.
"Dia pikir dia itu siapa?" Omel Mentari sendiri,, celana jins milik Ujang dia banting sepuas hatinya ketika sedang mencuci untuk menyalurkan kemarahannya pada Ujang.
Dan yang dipikirkan malah sangat asik dengan amplas ditangannya,, tidak berniat menjelaskan sama sekali.
Sampai malam menjelang pun Mentari masih membuang muka, Mentari sendiri pun tidak mengerti mengapa dia sangat marah,, Mentari tidak memiliki perasaan apapun pada Ujang,, tidak mungkin dirinya cemburu.
Mentari buru-buru menutup matanya saat mendengar papan berderit yang menandakan Ujang saat ini sudah masuk ke dalam kamar.
"Masih marah,, Tari?" ucap Ujang.
Mentari diam saja,, selanjutnya Mentari rasa ranjang berderit berarti Ujang telah naik ke atas ranjang juga.
"Aku tau Tari kamu belum tidur," ucap Ujang.
Mentari semakin erat menutup matanya,, tidak bergerak seperti orang mati,, tapi apa yang terjadi membuat Mentari terpaksa membuka mata dengan mulut yang tertutup rapat,, cambang itu bergesekan dengan tengkuk Mentari.
"Jangan pura-pura tidur Tari,, kita harus bicara," ucap Ujang.
Mentari tertangkap basah,, Mentari pun dengan terpaksa bangun duduk bersila menghadap pria itu.
"Jadi,, salahku apa?" tanya Ujang.
Mentari mendecakan lidahnya,, jadi pria di depannya ini tidak tau salahnya apa,, wah hebat sekali menurut Mentari,, sejak tadi dirinya marah-marah tapi pria itu tidak tau salahnya apa.
"Mana aku tau," ucap Mentari sambil membuang muka.
"Aku tidak bisa memahami mu Tari,, jadi katakan apa salahku,,, aku akan meminta maaf,," ucap Ujang dengan ekspresi wajah sungguh-sungguh.
Mentari tampak merenung sejenak,, Mentari juga sebenarnya tidak tau apa salah pria itu.
"Baik kalau begitu kita ulang lagi awal mulanya,, kamu bertanya padaku apa aku pernah punya pacar lalu aku jawab pernah,, terus kamu tanya lagi siapa mantan ku,, terus aku jawab Marni,, lalu kamu langsung mengamuk,, yah berarti Marni lah yang jadi sumber permasalahannya," ucap Ujang.
Mentari diam saja sambil terus membuang muka.
"Oh iya,, iya,, kamu tersinggung disaat aku bilang kamu dan Marni tidak ada bedanya,, ya, ya disana pasti permasalahan itu," ucap Ujang lagi.
Mentari tampak masih cemberut.
"Aku minta maaf," ucap Ujang.
Mentari masih diam saja.
"Aku minta maaf,, Tari," ucap Ujang lagi.
Mentari menatap Ujang kesal.
"Aku tidak suka Marni,, jangan sebut nama dia lagi," ucap Mentari.
"Baik," ucap Ujang sambil mengangguk.
"Sekarang mari tidur," ucap Ujang lalu merebahkan tubuhnya hingga tak lama dia pun mendengkur.
Mentari memandang pria itu,, Ujang adalah pria yang sulit diketahui isi hatinya,, pria itu terlalu tenang namun berbahaya,, dan malam ini Ujang lagi-lagi tidur lebih dulu dari dirinya,, lalu mengapa Mentari kecewa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dengan selalu memandingkan Samuel dgn Ujang,secara gak langsung kamu telah selingkuh dan juga telah mengaib kan suami sendiri,itu dosa besar deh Tari,apa kamu gak sadar ck🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-04-10
1
Qaisaa Nazarudin
Nah kan benar dugaan ku…👏🏻👏🏻👏🏻
2023-04-10
0
Devi Handayani
masa penyesuaian dua karakter hehehe.... biasalah si pernpuan ambek ambekan si laki udah triplek kulkkaa 10 pintu lagi..... mana tahan😅😅😅
2023-02-15
0