Tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,,

"Sekalian bantu angkat yah Bang,, Ayahku tidak di rumah sekarang,, dia sedang keluar,, lagi ke pasar," ucap Mentari sambil melihat Ujang.

Ujang menganggukkan kepalanya.

"Ini mau di taruh dimana?" tanya Ujang.

"Di dalam kamar ku Bang,," jawab Mentari,, saat ini Mentari sedang sendiri di rumahnya,, semua yang berada di dalam rumahnya sedang keluar saat ini.

"Apa tidak apa-apa aku masuk?" tanya Ujang ragu karena saat ini Ujang hanya sendiri mengantar barang sedangkan temannya,, Ujang suruh jaga gudang.

"Jadi ceritanya nih meja nya Abang mau taruh disini aja gitu?" ucap Mentari kesal.

"Baiklah,, aku akan kasih masuk meja ini,," ucap Ujang mengalah. Ujang kemudian mengikuti Mentari masuk ke dalam rumah,, bukan apa-apa Ujang sangat menjaga adab,, Ujang tidak mau mereka menjadi gunjingan para tetangga di sekitar situ,, bukan karena Ujang tertarik pada gadis itu hanya saja Ujang sudah diajarkan sejak dulu oleh orang tuanya sebelum meninggal bahwa Ujang harus menjaga adab bahkan ketika masuk di dalam rumah orang lain.

"Tari,, meja ini aku taruh saja di sini yah,, aku nggak enak masuk di dalam kamar mu,," ucap Ujang lalu meletakkan meja itu di ruang tamu lebih tepatnya di sudut ruang tamu.

Mentari langsung menatap kesal pada Ujang, menurut Mentari selain namanya yang kampungan tapi juga pemikiran Ujang ikut kampungan,, Mentari rasa prinsip Ujang itu sangat berlebihan,, lagian mereka tidak macam-macam hanya memasukkan meja saja.

"Ya sudah terserah Abang sajalah,, ini uang nya dua ratus lima belas ribu kan? kembaliannya Abang ambil saja,," ucap Mentari sambil memberikan uang pada Ujang.

"Aku punya kembalian kok,, tunggu aku ambil dulu,," ucap Ujang lalu segera merogoh kantung celananya mencari kembalian untuk uang Mentari,, namun sayangnya di kantung celananya hanya pecahan uang lima puluh ribu dan seratus ribu saja.

"Oh ternyata aku nggak punya,, kalau gitu kamu bayar dua ratus ribu saja,," ucap Ujang.

"Ishh aku nggak mau buat Abang rugi, udah ambil aja Bang,," ucap Mentari lagi.

"Udah nggak apa-apa dua ratus ribu saja,, aku permisi dulu masih ada barang yang harus ku antar,," ucap Ujang lalu segera berjalan menuju mobilnya.

"Baiklah Bang,," ucap Mentari.

Mentari merasa ada yang aneh biasanya orang lain akan dengan senang hati mengambilnya jika dirinya membayar lebih,, tapi saat ini Ujang malah menolak.

Mentari mengangkat bahunya memikirkan mungkin seperti yang Ayahnya bilang bahwa Ujang sebenarnya sangat kaya dan tidak kekurangan uang sedikit pun jadi kembalian yang hanya bernilai puluhan ribu itu tidak akan berarti apa-apa untuk Ujang.

Mentari lagi-lagi merasa pria itu biasa saja,, tidak ada yang istimewa sedikit pun. Jika Ujang dibandingkan dengan Samuel jelas Ujang akan ketinggalan jauh,, Samuel berwajah ganteng dan juga sangat keren,, wajah Samuel bersih dan penampilan Samuel selalu kekinian,, Samuel juga memiliki parfum khas yang sangat Mentari sukai bau nya. Sedangkan jika dibandingkan dengan Ujang,, pria itu terlalu dewasa,, kulitnya sawo matang cenderung ke gelap dan wajahnya juga dipenuhi cambang. Ujang juga terbiasa memakai baju kaos yang tidak berlengan dan lusuh serta celana juga yang tidak kalah lusuhnya,, jika Samuel selalu bersih dan juga sangat wangi dengan bau parfum yang begitu harum maka Ujang selalu saja berbau rokok,, Mentari langsung menarik kesimpulan bahwa dirinya sangat tidak cocok dengan pilihan Ayahnya itu.

Hingga akhirnya...

"Tari,, mejanya sudah datang yah?" tanya Pak Mamad begitu sampai di rumah dan melihat Mentari yang sedang duduk di ruang tamu.

"Sudah Ayah,, tadi Tari menyuruh Bang Ujang supaya mengantar langsung ke kamar Tari tapi Bang Ujang tidak mau,, Aneh!!!," ucap Tari sambil fokus nonton siaran televisi.

"Tari itu bukan aneh namanya,, tapi dia sangat menghormati kamu sebagai gadis dan juga seorang Tuan rumah,," ucap Pak Mamad.

"Tari nggak ngerti sama sekali Ayah,," ucap Mentari.

"Coba kamu pikir Tari,, kamu ini anak gadis dan juga sangat cantik,, di rumah ini tadi tidak ada siapa-siapa selain kamu dan Ujang tapi dia tidak masuk ke kamar mu dia menolak padahal dia memiliki kesempatan,, itu berarti dia itu menghormati mu,, dia itu pria sejati,," ucap Pak Mamad lagi.

"Ayah ini selalu memuji Bang Ujang secara berlebihan,, dia pasti tidak sebaik itu Ayah," ucap Mentari.

"Ya sudahlah terserah kamu saja Tari,, jadi gimana nih kamu mau dijodohkan dengan Ujang atau tidak?" tanya Pak Mamad.

"Tanpa Tari jawab pun,, Ayah pasti sudah sangat tau jawabannya,," ucap Mentari.

"Ya sudahlah Tari,, Ayah juga nggak mau memaksa kamu,, karena nanti yang jalani rumah tangga juga kamu sendiri,, ambilkan Ayah nasi nak,, Ayah sudah sangat lapar,," ucap Pak Mamad lagi.

Mentari segera menguruskan makan untuk Ayahnya.

###########

"Jadi gimana Jang?" tanya Azis pada Ujang,, padahal Ujang baru saja memarkirkan mobilnya belum turun dari mobilnya sama sekali.

"Apanya Azis?" tanya Ujang tidak mengerti.

"Yah gadis cantik tadi,, massa ibunya,," ucap Azis.

"Memangnya kenapa dengan gadis itu sampai kamu bertanya?" tanya Ujang lagi.

"Lah kamu masih tanya kenapa? kau suka atau tidak sama gadis itu?" tanya Azis.

"Tidak Azis,, aku tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,," ucap Ujang.

"Berusahalah Jang,, dia itu gadis yang baik,, bunga desa Jang,, terus bapaknya baik banget lagi,," ucap Azis memberikan semangat pada Ujang.

"Kalau begitu penilaian Abang,, yah Bang Azis saja yang nikahi dia,," ucap Ujang.

"Astaga Jang,, aku bisa disembelih dengan istriku Jang,, kau ini!!!," ucap Azis.

"Jadi Abang tidak usah bahas-bahas gadis lagi,, lagian Mentari itu bukan selera ku Bang," ucap Ujang.

"Memangnya selera mu itu seperti apa Jang? seperti Ningsih kah?" tanya Azis.

"Tidak Bang,, Ningsih terlalu montok,," ucap Ujang.

"Buaha ha ha,, Jang bagus tau kau tidak perlu membeli kasur Jang,," ucap Azis sambil tertawa terbahak-bahak.

Baru saja Ujang ingin menjawab Azis,, tiba-tiba suara deru motor kembali bunyi di depan pagar kayu Ujang.

"Jang,, gadis cantik itu lagi,," ucap Azis.

Ujang yang melihat Mentari langsung mendengus,, Mentari datang lagi.

Ujang bingung ada urusan apalagi Mentari kesini karena rasanya urusan mereka telah selesai.

Ekspresi wajah Mentari terlihat sangat dongkol,, terlihat Mentari sangat terpaksa.

"Bang,, aku kesini karena disuruh Ayah,, ini ada undangan buat Abang,," ucap Mentari sambil memberikan sebuah undangan pada Ujang.

Ujang menatap Mentari sebentar lalu segera mengambil undangan dari tangan Mentari.

"Siapa yang mau nikah? kamu Tari?" ucap Ujang.

"Abang baca saja dulu,," ucap Mentari,, sebelum Mentari sampai ke tempat Ujang,, terjadi perdebatan dulu dengan Ayahnya namun akhirnya Ayahnya yang menang karena Mentari mengantarkan sendiri undangan untuk Ujang.

"Oh ternyata undangan sunatan," ucap Ujang.

"Iya Bang,, Dika adik ku mau sunatan,, Ayahku sekaligus minta dibuatkan lemari dapur Bang," ucap Mentari lagi.

"Boleh,, memang mau model yang gimana?" tanya Ujang.

"Lihat contoh boleh nggak Bang?" tanya Mentari.

"Bisa,, mari masuk dulu,, ada Azis juga di dalam,," ucap Ujang.

Mentari mengangguk,, dia mulai berjalan sambil melihat isi gudang,, di dalamnya banyak perabot yang tinggal menunggu di cat tapi ada juga yang sudah selesai.

Kemudian Mentari melihat Ujang membawa sebuah album foto lalu memberikan pada Mentari agar Mentari melihat nya.

"Kamu bisa memilih dari situ,, disitu sudah banyak model dan juga ukurannya,," ucap Ujang lagi.

Mentari mengangguk lalu segera melihat-lihat gambar.

"Yang ini berapa Bang?" tanya Mentari.

"Yang mana Tari?" tanya Ujang sambil mendekat kepada Mentari karena Ujang tidak dapat melihat dari jauh.

Aroma shampo yang begitu harum tercium di indera penciuman Mentari meskipun masih ada sedikit bau rokok.

"Oh ini untuk Pak Mamad satu juta tujuh ratus Tari,," jawab Ujang.

"Jang bantu angkat,, hujan Jang,," ucap Azis yang muncul tiba-tiba sambil membawa meja yang belum selesai pengecatan nya.

"Bentar yah Tari," ucap Ujang lalu segera pergi membantu Azis.

"Oke Bang," ucap Mentari sambil berjalan ke dekat pintu gudang Ujang,, awalnya hujan rintik-rintik namun berubah deras,, Ujang dan Azis terlihat berlomba menyelematkan perabotan yang pengecetan nya belum selesai hingga tidak lama halaman gudang Ujang tidak ada lagi yang tersisa.

"Deras banget hujannya Jang,, aku mau pulang saja yang Jang,, ini udah sore juga Jang," ucap Azis sambil mengusap wajahnya yang terkena hujan.

Ujang pun mengangguk.

"Pinjam mantel kamu yah Jang?" ucap Azis lagi.

"Iya,, itu Bang digantung di sudut," ucap Ujang sambil menunjuk mantelnya.

Azis pun segera mengambilnya.

"Aku pamit pulang duluan yah Tari," ucap Azis.

"Iya Bang,, hati-hati Bang,," ucap Mentari.

Mentari dan Ujang memandang punggung Azis yang semakin menjauh dari mereka. Kini tinggal Mentari dan Ujang saja di tempat itu,, beberapa menit menunggu,, Tari mulai tidak betah dengan suasana sunyi diantara mereka,, Ujang menganggap saat ini dirinya sedang sendiri mengabaikan Mentari yang jelas-jelas ada disekitarnya. Tak lama Ujang terlihat masuk di balik pintu tripleks hingga tidak lama Ujang kembali keluar. Ujang keluar dengan membawa secangkir teh hangat.

"Minum Tari hujannya masih lebat banget ini," ucap Ujang sambil memberikan segelas teh hangat pada Mentari lalu menarik kan sebuah kursi plastik untuk Mentari duduk.

Tari pun segera mengikuti ucapan Ujang.

"Jadi Tari,, kamu pilih yang mana?" tanya Ujang.

"Yang ini saja Bang,, kira-kira bisa jadi berapa lama yah Bang?" tanya Mentari.

"Paling cepat satu minggu Tari,, karena ada pesanan lain juga,," jawab Ujang santai.

Mentari terkagum dengan sikap tenang Ujang saat ini,, selama ini tidak ada laki-laki yang tidak akan terpikat dengan kecantikannya,, bahkan para Mahasiswa di kampusnya pun terpikat akan kecantikannya,, sedangkan Ujang terlihat berekspresi santai saja tampak tidak tertarik sedikit pun dengan kecantikannya.

"Disini sepi banget yah Bang," ucap Mentari sambil melihat disekelilingnya.

"Namanya hutan Tari yah pasti sepi,," ucap Ujang.

"Hanya satu rumah disini dan juga perbatasan antar desa lumayan jauh,, apa Abang tidak berniat pindah ke tempat yang lebih ramai penduduk gitu?" tanya Mentari.

Bujang menatap Mentari sekilas lalu tersenyum tipis tidak terlihat oleh Mentari.

"Aku lebih suka disini,, selain ini tanah milik orang tua,, membawa kayu dari hutan pun dekat,," jawab Ujang.

Mentari mengangguk lalu Ujang menjulurkan sedikit kepalanya keluar jendela.

"Tari,, motormu kehujanan,," ucap Ujang.

"Biar saja Bang,, lumayan pencucian gratis,," ucap Mentari asal.

##########

Mentari mulai kewalahan membiarkan motornya kehujanan justru menjadi masalah serius,, motornya tidak mau menyala sampai sekarang,, sementara sudah mulai gelap,, hanya lampu yang digantung di tiang sebagai penerang.

"Gimana Tari motormu?" tanya Ujang.

"Ini Bang masih belum bisa menyala,," jawab Mentari yang sudah terlihat putus asa dengan motornya sendiri,, padahal saat ini sudah mau Maghrib dan hujan pun sudah berhenti sejak beberapa menit yang lalu seharusnya ini waktunya Mentari pulang ke rumah.

Ujang tampak terlihat berpikir sejenak.

"Biar aku antar saja Tari,, Ayahmu sekarang pasti sudah sangat cemas karena kamu belum pulang,," ucap Ujang.

"Oh iya Bang,," ucap Mentari pasrah karena motornya tidak mau menyala sampai sekarang.

Terpopuler

Comments

Maulida Hayati

Maulida Hayati

Aku suka latar ceritanya. Tidak melulu kawin paksa dengan ceo- CEO.

2024-08-26

2

momnaz

momnaz

kebanyakan reader NT selalu terpikat sama cerita CEO CEO an...yg ini beda banget..suka banget moga gk males ngelanjutin ya kak buat cerita yg kerren kek gini..

2023-01-25

1

M Dewi

M Dewi

lanjut thor. bagus ceritanya.

2022-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Cantik!!
2 Ingat wajahnya tapi tidak ingat namanya,,
3 Tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,,
4 Walaupun ini sudah terlambat tapi aku ucapkan terima kasih...
5 Takdir putus dengan kamu adalah takdir yang terbaik dan aku syukuri,,
6 Aku tidak pernah memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan aku,,
7 Tidak tertarik menanggapi nya,,,
8 Sikap seperti itu sangat dibenci oleh wanita,,
9 Aku menerima perjodohan aku dengan Abang,,,
10 Tari sudah pikirkan baik-baik Ayah,
11 Aku harap setelah ini status perjaka tua mu itu hilang,,
12 Aku tidak akan melepaskan kamu!
13 Lebih cepat lebih baik,,
14 Saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,,
15 Apa kamu bisa menerima aku apa adanya?
16 Air matamu tidak akan membuat ku menceraikan mu,,
17 Rumah Ujang...
18 Perlu bukti,, Tari?
19 Kamu terlalu kecil untuk aku,,
20 Dia baru tau makhluk bernama perempuan itu sungguh memusingkan...
21 Benci Abang,,
22 Sangat frustasi...
23 Abang marah?
24 Mood Mentari seketika memburuk...
25 Pertengkaran pengantin baru..
26 Selangkah lebih dekat...
27 Ingin cucu yang banyak...
28 Hanya tidak suka bukan cemburu,,,
29 Andaikan aku tau begini,,,
30 Bertemu mantan...
31 Melakukan hal yang iya-iya,..
32 Alergi wanita cantik...
33 Hamil muda?
34 Tidak sabar untuk menjadi Ayah...
35 Kok jadi kita yang ribut...
36 Akan banyak keanehan yang menanti..
37 Para pemuda yang iri,,,
38 Bahagia itu sederhana..
39 Buah cinta Ujang dan Mentari,,,
40 Jatuh cinta lagi...
41 Karena jodoh Ujang masih sekolah...
42 Ujang frustrasi...
43 Astagfirullah,,
44 Kepercayaan diri,,,
45 Ada yang tercecer...
46 Abang mau mati?
47 Anak kecil...
48 Manjanya minta ampun,,
49 Manfaatkan waktu,,,
50 Perubahan drastis yang tidak berarti...
51 Untung berat kalau tidak kena banting juga...
52 Salah sasaran...
53 Azis dirantai...
54 Bang Azis sekarang lagi tergila-gila berat padamu,,,
55 Jika Marni sudah gila,, aku masih waras,,
56 Marni yang tidak tau malu...
57 Tidak memenuhi perjanjian awal...
58 Wujudnya berubah....
59 Tari akan menunggu,,,
60 Cemburu lagi,,,,
61 Mentari yang sensitif...
62 Ada rasa iri,,,
63 Takut menjadi Ibu yang gagal....
64 Pikirkan matang-matang.,,
65 Tenggelam!!!
66 Indri iri...
67 Mengintip...
68 Nona sok cantik!!!
69 Membantu...
70 Sangat beruntung Mentari mendapatkan Ujang....
71 Berhasil meluluhlantahkan hati Ujang yang beku...
72 Saya ingin bertemu dengan dia!!!
73 Dengan Mentari semuanya sangat indah...
74 Ayo kita selidiki wanita itu terlebih dahulu,,,,
75 Tak perlu uang yang banyak untuk membuat dia tertawa...
76 Bertemu istri Ujang!!!
77 Berusaha keras untuk mengabaikannya...
78 Terpesona!!!
79 Andaikan Ujang adalah suaminya,,,,
80 Barang KW...
81 Uang bisa dicari, kebahagiaanmu adalah segalanya untukku!!!
82 Semuanya tidak sama lagi...
83 Kobaran api!!!
84 Apa aku bisa memegang janjimu?
85 Penyesalan Doni...
86 Bibit unggul...
87 Sudah tidak punya apa-apa lagi....
88 Lebih cepat dari apa yang aku duga,,,
89 Terdiam seribu bahasa...
90 Menginterogasi Doni....
91 Tugas,,,
92 Melakukan suatu hal yang besar,,,
93 Rencana Angelica...
94 Butuh pekerjaan...
95 Mencari nafkah,,
96 Keroyokan!!!
97 Berprasangka buruk pada suaminya sepanjang hari,,,,
98 Kebimbangan Doni...
99 Aku mencintaimu...
100 Memulai semuanya dari awal!
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Cantik!!
2
Ingat wajahnya tapi tidak ingat namanya,,
3
Tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,,
4
Walaupun ini sudah terlambat tapi aku ucapkan terima kasih...
5
Takdir putus dengan kamu adalah takdir yang terbaik dan aku syukuri,,
6
Aku tidak pernah memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan aku,,
7
Tidak tertarik menanggapi nya,,,
8
Sikap seperti itu sangat dibenci oleh wanita,,
9
Aku menerima perjodohan aku dengan Abang,,,
10
Tari sudah pikirkan baik-baik Ayah,
11
Aku harap setelah ini status perjaka tua mu itu hilang,,
12
Aku tidak akan melepaskan kamu!
13
Lebih cepat lebih baik,,
14
Saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,,
15
Apa kamu bisa menerima aku apa adanya?
16
Air matamu tidak akan membuat ku menceraikan mu,,
17
Rumah Ujang...
18
Perlu bukti,, Tari?
19
Kamu terlalu kecil untuk aku,,
20
Dia baru tau makhluk bernama perempuan itu sungguh memusingkan...
21
Benci Abang,,
22
Sangat frustasi...
23
Abang marah?
24
Mood Mentari seketika memburuk...
25
Pertengkaran pengantin baru..
26
Selangkah lebih dekat...
27
Ingin cucu yang banyak...
28
Hanya tidak suka bukan cemburu,,,
29
Andaikan aku tau begini,,,
30
Bertemu mantan...
31
Melakukan hal yang iya-iya,..
32
Alergi wanita cantik...
33
Hamil muda?
34
Tidak sabar untuk menjadi Ayah...
35
Kok jadi kita yang ribut...
36
Akan banyak keanehan yang menanti..
37
Para pemuda yang iri,,,
38
Bahagia itu sederhana..
39
Buah cinta Ujang dan Mentari,,,
40
Jatuh cinta lagi...
41
Karena jodoh Ujang masih sekolah...
42
Ujang frustrasi...
43
Astagfirullah,,
44
Kepercayaan diri,,,
45
Ada yang tercecer...
46
Abang mau mati?
47
Anak kecil...
48
Manjanya minta ampun,,
49
Manfaatkan waktu,,,
50
Perubahan drastis yang tidak berarti...
51
Untung berat kalau tidak kena banting juga...
52
Salah sasaran...
53
Azis dirantai...
54
Bang Azis sekarang lagi tergila-gila berat padamu,,,
55
Jika Marni sudah gila,, aku masih waras,,
56
Marni yang tidak tau malu...
57
Tidak memenuhi perjanjian awal...
58
Wujudnya berubah....
59
Tari akan menunggu,,,
60
Cemburu lagi,,,,
61
Mentari yang sensitif...
62
Ada rasa iri,,,
63
Takut menjadi Ibu yang gagal....
64
Pikirkan matang-matang.,,
65
Tenggelam!!!
66
Indri iri...
67
Mengintip...
68
Nona sok cantik!!!
69
Membantu...
70
Sangat beruntung Mentari mendapatkan Ujang....
71
Berhasil meluluhlantahkan hati Ujang yang beku...
72
Saya ingin bertemu dengan dia!!!
73
Dengan Mentari semuanya sangat indah...
74
Ayo kita selidiki wanita itu terlebih dahulu,,,,
75
Tak perlu uang yang banyak untuk membuat dia tertawa...
76
Bertemu istri Ujang!!!
77
Berusaha keras untuk mengabaikannya...
78
Terpesona!!!
79
Andaikan Ujang adalah suaminya,,,,
80
Barang KW...
81
Uang bisa dicari, kebahagiaanmu adalah segalanya untukku!!!
82
Semuanya tidak sama lagi...
83
Kobaran api!!!
84
Apa aku bisa memegang janjimu?
85
Penyesalan Doni...
86
Bibit unggul...
87
Sudah tidak punya apa-apa lagi....
88
Lebih cepat dari apa yang aku duga,,,
89
Terdiam seribu bahasa...
90
Menginterogasi Doni....
91
Tugas,,,
92
Melakukan suatu hal yang besar,,,
93
Rencana Angelica...
94
Butuh pekerjaan...
95
Mencari nafkah,,
96
Keroyokan!!!
97
Berprasangka buruk pada suaminya sepanjang hari,,,,
98
Kebimbangan Doni...
99
Aku mencintaimu...
100
Memulai semuanya dari awal!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!