Mentari sampai di rumah nya tepat saat adzan Maghrib berkumandang,, seperti biasa Ujang tidak singgah di rumah Mentari,, Ujang langsung pulang ke rumah nya di Bukit.
Pak Mamad menyambut anak gadisnya itu dengan perasaan cemas luar biasa,, namun begitu melihat Mentari terlihat baik-baik saja berada di depan pintu Pak Mamad langsung merasa sangat lega.
"Kamu kemana Tari? kan tadi sudah Ayah katakan kamu pulang nya jam enam,, sekarang sudah jam enam lewat,, kemana teman mu tadi?" tanya Pak Mamad.
"Aku nggak tau Ayah,, mungkin dia sudah balik ke Kota,," ucap Mentari.
"Siapa sebenarnya laki-laki itu? ekspresi wajahmu langsung berubah ketika habis bertemu dengan laki-laki itu?" tanya Pak Mamad lagi yang sangat tau anaknya itu.
"Dia itu mantan pacar Tari,, Ayah,," jawab Mentari sambil masuk ke dalam rumah.
"Sudah mantan kekasih kan?" tanya Pak Mamad sambil menutup pintu.
"Iya Ayah," jawab Mentari lesu.
"Syukurlah Tari kalau dia sudah menjadi mantanmu,, Ayah tidak menyukai anak itu dia tidak punya sopan santun,, para tamu tadi mengeluh karena anak itu sangat sombong," ucap Pak Mamad.
"Sombong?" tanya Tari yang menjadi sedikit tertarik.
"Iya Tari,, massa dia datang jauh-jauh tapi tidak menyapa,, tidak menegur sama sekali,, nanti saja lanjut ceritanya lebih baik kamu shalat lah dulu,," ucap Pak Mamad.
Mentari pun menuruti ucapan Ayahnya.
Flashback on...
Beberapa tahun yang lalu,, wajah yang sangat tenang dan kulit sawo matang dengan tubuh yang sangat kekar,, serta tatapan mata yang mengisyaratkan tidak ada rasa gentar sama sekali.
Ujang sedang berhadapan dengan seorang wanita berambut panjang dengan kulit hitam manis,, tubuh wanita itu sedikit kurus dan memakai dress berwarna kuning.
Mereka tengah berada di sebuah warung yang berada di tepi jalan,, warung itu hanya menyediakan jus atau minuman dingin saja.
"Maafkan aku Bang,," ucap wanita itu dengan nada suara yang sangat halus dan sopan.
"Aku sudah mengecewakan Abang dengan memutuskan pinangan secara sepihak,, aku benar-benar minta maaf telah membuat Abang sangat kecewa,, tapi kekasih ku yang selama ini tidak ada kabar dia telah kembali Bang dan meminta janji kami selama ini, aku serba salah Bang,, dan dia juga telah banyak berkorban untuk ku selama ini Bang,," ucap wanita itu sambil menunduk,, wanita itu tidak berani mengangkat wajahnya sendiri untuk melihat Ujang.
Ujang lelaki yang baik,, kecewa? sudah tentu dia kecewa tapi menurut nya lebih baik wanita itu mengaku sekarang daripada nanti setelah mereka menikah. Lebih baik berpaling sekarang daripada nanti setelah janji suci pernikahan.
Mereka memang baru saja bertunangan,, bertunangan karena perjodohan,, tidak ada cinta sama sekali layaknya perjodohan seperti yang lainnya. Namun,, tidak bisa dipungkiri bahwa hati Ujang sakit diperlakukan seperti itu,, Ujang kecewa ini menyangkut harga dirinya sebagai seorang pria.
"Aku tidak bisa mencegah apapun yang kamu inginkan,, yang menurut mu baik untuk mu,, termasuk membatalkan pertunangan kita,, namun,, jika memang kamu tidak serius dengan pertunangan kita lebih baik dari awal jangan anggukan kepalamu,, karena ini juga berkaitan dengan nama baik keluarga ku,," ucap Ujang.
"Sekali lagi maafkan aku Bang," ucap wanita itu sambil menundukkan kepalanya.
"Sudahlah,, aku sangat menghargai keputusan mu,, mungkin kita memang tidak berjodoh,," ucap Ujang lagi.
Wanita itu mengangkat wajahnya yang sudah basah,, wanita itu menangis. Ujang tau pasti wanita akan terlihat lemah jika sudah mengeluarkan air mata,, tapi pada dasarnya wanita juga makhluk yang cerdik,, punya seribu akal agar terlihat menderita padahal sebenarnya mereka lah yang menyakiti.
"Kalau begitu aku pamit dulu Bang," ucap wanita itu lagi.
Ujang pun menganggukkan kepalanya lalu wanita itu segera pergi dengan naik sepeda,, meninggalkan Ujang yang sedang duduk termenung sendiri,, Ujang bingung harus menjawab apa pada Ibunya karena kali ini dia gagal lagi untuk menikah. Ibunya pasti akan sangat sedih jika mengetahui semuanya.
Flashback off
Pagi harinya sempat terjadi perdebatan kecil antara Mentari dan Pak Mamad. Pak Mamad bersikeras menyuruh Mentari untuk menemui Ujang,, sebenarnya Mentari tidak mau bertemu dengan siapa-siapa dulu saat ini karena kondisi hatinya belum membaik seratus persen sehabis bertemu dengan Samuel,, tapi Ayah Mentari berhasil membuat Mentari mengeluarkan motor lalu pergi ke rumah Ujang yang terletak sangat terpencil dari Desa.
Ujang yang melihat kedatangan Mentari benar-benar heran,, mengapa gadis itu pagi-pagi begini sudah datang ke rumah nya,, apa mungkin Pak Mamad ingin memesan perabot lagi?
Mentari langsung menaruh helm nya di motor,, rambut Mentari yang dikuncir kuda sedikit bergerak karena tertiup angin.
"Abang lagi sibuk?" tanya Mentari pada Ujang.
"Tidak juga,," jawab Ujang.
Ujang lalu meletakkan mesin bor kayu.
"Ayah nyuruh aku kesini Bang," ucap Mentari.
"Apa mau pesan perabot lagi?" tanya Ujang.
"Nggak Bang,, besok kan Mentari wisuda,, Ayah menyuruh Abang datang sekaligus Abang yang nyetir untuk membawa rombongan ke wisuda aku besok," jawab Mentari.
"Oh," ucap Ujang singkat,, padat dan jelas,, tapi itu berhasil membuat Mentari kesal.
"Kok oh saja sih Bang? Abang bisa atau nggak sih?" ucap Mentari kesal karena laki-laki dihadapannya ini selalu saja menjawab singkat,, padahal Mentari tadi bicara sangat panjang.
"Bisa," ucap Ujang lagi lalu kembali menyalakan mesin bor nya.
"Kita berangkat setelah shalat subuh Bang pakai mobil Pak Rahmat,," ucap Mentari lagi.
"Baik," jawab Ujang lagi dengan singkat dan matanya fokus pada pahat sedangkan mesin bor sudah Ujang simpan setelah colokannya Ujang cabut.
Mentari benar-benar kesal luar biasa,, pagi ini Ujang tampak cuek luar biasa padanya,, Mentari benar-benar merasa diabaikan oleh Ujang,, Ujang tidak tau saja berkali-kali Mentari hampir jatuh dari motor karena kondisi jalan tanah yang sangat licin.
"Bang," ucap Mentari lagi.
"Hm,,"
"Abang itu sama semua wanita seperti ini yah?" tanya Mentari lagi.
"Begini gimana?" tanya Ujang sambil meletakkan pahat lalu menatap serius kepada Mentari yang saat ini sedang menatap Ujang dengan tatapan kesal.
"Tidak perduli,, cuek dan juga sombong,," ucap Mentari yang sudah merasa sangat kesal.
Ujang menatap lurus kepada Mentari sejenak lalu kembali melanjutkan memahat kayu yang ada di depannya.
"Apa penilaian kamu seperti itu?" tanya Ujang.
"Iya," jawab Mentari.
"Anggap saja seperti itu,, aku tidak butuh dikatakan baik, dan berubah menjadi orang lain demi mendapatkan suatu pujian,," ucap Ujang.
Mentari yang mendengarnya bukannya mengerti tetapi malah semakin jengkel pada Ujang.
"Pantas saja Abang sudah setua ini belum memiliki istri juga,, sikap seperti itu sangat dibenci oleh wanita,," ucap Mentari lalu berbalik dan berjalan cepat ke motornya tanpa permisi pada Ujang,, Mentari pergi membawa rasa kesalnya.
Melihat Mentari yang pergi dengan kekesalan,, Ujang hanya geleng-geleng kepala.
"Dasar bocah," ucap Ujang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Andriani
kezel lah jang, dingin banget ma perempuan
2022-09-08
1