Apa kamu bisa menerima aku apa adanya?

"Sah," suara serentak menggema di dalam kantor KUA seiring dengan lafadz doa yang dipanjatkan oleh Pak Penghulu, dan di aminkan oleh para hadirin yang menjadi saksi pernikahan Ujang dan Mentari. Acara yang sakral itu hanya dihadiri oleh beberapa orang saja,, keluarga terdekat Mentari dan juga dari pihak Ujang yang hadir hanya Azis dan istrinya saja.

Mentari memejamkan matanya sejenak,, sekarang tanggung jawab sudah berpindah ke pundak Ujang,, Mentari tidak bisa lagi merengek kepada Ayahnya seperti biasa dan sebentar lagi dirinya akan ikut pada suaminya berpisah dengan keluarga nya. Mentari menahan air matanya dan juga rasa sesak di dadanya.

Setelah shalat Jum'at,, dua insan berbeda umur itu sudah terikat dengan yang namanya akad,, banyak yang takjub kepada mereka dan banyak juga yang mencibir,, bagaimana si perjaka tua bisa menikahi bunga Desa yang sangat cantik jelita itu,, banyak prasangka buruk yang terus berdatangan kepada pernikahan mereka,, mulai dari Mentari mau menikah dengan Ujang karena guna-guna,, ada juga yang menuduh Ayah Mentari terlilit utang yang sangat banyak kepada Ujang hingga akhirnya Mentari lah yang menjadi korban untuk melunasi utang Ayahnya.

Mentari sangat cantik dengan kebaya putih dan juga make up sederhananya sedangkan Ujang tampak gagah dengan jas hitamnya,, rambut Ujang sudah dipangkas,, jenggotnya sudah dirapikan,, Ujang semakin enak dipandang sekarang.

"Ayo Tari salam sama suamimu,," ucap salah satu ibu-ibu pada Mentari yang saat ini masih tertegun setelah kata sah diucapkan,, Ujang menyodorkan tangannya dan Mentari pun menyambut dan mencium tangan Ujang.

"Tahan yah,, kita harus foto dulu,," ucap fotografer kepada Ujang dan Mentari,, Mentari pun tersenyum tipis.

"Coba Mentari,, tangan suaminya digandeng yah,," ucap fotografer muda itu lagi.

Mentari tampak bergerak kaku namun tetap mengikuti arahan fotografer itu.

"Agak merapat sedikit yah,, nah gitu,, satu,, dua,, tiga,," ucap fotografer itu lagi.

Mentari rasanya ingin sekali menyumpal mulut fotografer muda itu yang sejak tadi menyuruhnya ini dan itu,, dan akhirnya setelah puluhan jepretan proses foto-foto nya selesai juga.

Mereka langsung pulang ke rumah Mentari karena resepsi akan diadakan esok harinya,, rumah Mentari tampak sudah didekor sedemikian rupa, tenda sudah dipasang,, pelaminan juga sudah berdiri dengan sangat cantiknya,, warna pelaminan di dominasi dengan warna kesukaan Mentari.

Begitu sampai di rumah Mentari langsung masuk ke dalam kamarnya, kamar pengantin yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah,, Mentari tampak mengambil satu kelopak bunga itu lalu tersenyum masam,, Mentari yakin itu pasti kerjaan Ibunya,, lagipula Ujang tidak akan tidur dikamarnya, di kampungnya sudah memiliki kebiasaan sebelum resepsi diadakan,, pengantin tidak boleh tidur bersama. Mentari juga tidak mau memikirkan itu.

"Tari,," panggil Ibu Mentari dari luar kamar,, dan pintu kamar terbuka sedikit.

"Iya Bu,, ada apa?" tanya Mentari.

"Ujang mau memakai kamar mandi kamu,, kamar mandi yang dibelakang kotor karena banyak piring kotor yang berantakan,," ucap Ibu Mentari.

Mentari pun tampak berpikir sejenak.

"Suruh Bang Ujang masuk Bu," ucap Mentari.

Ibu Mentari pun mengangguk hingga tidak lama setelah itu terdengar suara ketukan pintu dan juga disertai salam.

"Masuk Bang," ucap Mentari sejenak Mentari menghela nafas.

Tak lama Ujang pun masuk sambil membawa tas kecil,, Mentari yakin isi dari tas itu adalah pakaian ganti Ujang.

"Maaf Tari, aku mau numpang mandi,,," ucap Ujang.

"Silahkan Bang,, itu kamar mandinya,," ucap Mentari sambil menunjuk sebuah pintu yang berada di sudut kamarnya.

Setelah mengucapkan itu,, tanpa menunggu lama Mentari langsung keluar dari dalam kamar agar Ujang bisa lebih leluasa.

Mentari tersenyum sekilas pada Ibu-Ibu yang sedang duduk berkumpul di ruang tamu.

"Tari,, Ujang masuk kok kamu malah keluar?" tanya Ibu-Ibu berbaju ungu yang bernama Marni,, umur Ibu-Ibu itu sekitar tiga puluhan lebih,, godaan khas Ibu-ibu muda.

"Mungkin Mentari kaget belum resepsi tapi sudah di sosor ke kamar sama Ujang,," ucap Ibu-Ibu satunya lagi sambil melipat serbet.

"Tentu saja itu,, Ujang pasti sudah tidak tahan,, Ujang kan seumuran dengan suamiku,, sekarang anak kami sudah SMP,, sedangkan Ujang saja belum lepas segel,, mungkin saja Ujang perlu diajari,," ucap salah satu Ibu-Ibu lagi.

Ibu-Ibu yang lain langsung tertawa terbahak-bahak,, mereka saat ini tengah membantu mempersiapkan hidangan pesta untuk besok,, seperti biasa khas Ibu-Ibu ketika berkumpul akan selalu membahas apa saja,, dari sumur hingga kasur, dari masalah mereka sendiri hingga masalah tetangga.

Mentari tidak menanggapi,, Mentari langsung berjalan menuju dapur. Ibunya tampak sedang sibuk menghitung sendok yang dipinjam nya dari persatuan PKK.

"Ibu,, lagi apa?" tanya Mentari sambil duduk di dekat ibunya.

"Ibu lagi menghitung sendok dan piring,, jadi nanti kalau ada yang kurang atau pecah tinggal kita ganti,, kok kamu malah ke dapur Tari? nanti kebaya kamu kotor,," ucap Ibu Mentari.

"Malas di depan Bu,, semuanya pada gangguin Bang Ujang,, apalagi si Marni itu dia duluan yang membuat rusuh sehingga Ibu-Ibu yang lain pada ikut,," ucap Mentari.

Ibu Mentari langsung tersenyum begitu mendengar ucapan Mentari.

"Jangan semuanya dimasukkan ke hati,, kalau Ibu-ibu pada kumpul yah memang seperti itu,, jadi syukuri saja karena mereka sudah mau bantu kita, walaupun mereka agak heboh sedikit tapi anggap saja itu sebagai angin lalu, oh iya mungkin Ujang sudah selesai mandi,, kamu buatkan dia kopi dan buatkan juga untuk Ayahmu,, Ayahmu lagi duduk di tenda,, dia sedang melihat orang yang lagi memasang lampu," ucap Ibu Mentari.

"Baik Bu," ucap Mentari.

Mentari tampak melihat sekilas,, para Ibu-ibu itu sedang melihat Marni yang tampak sedang menceritakan sesuatu,, entah apa yang Marni ceritakan yang jelasnya terlihat kening mereka berkerut dan juga mereka tidak menyadari Mentari yang sudah kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Oh maaf," ucap Mentari yang tidak sadar bahwa saat ini dirinya tidak lagi sendiri di dalam kamar,, Mentari melihat Ujang tengah mencari sesuatu di dalam tas nya sambil bertelanjang dada.

Ujang tampak tidak perduli,, Ujang hanya memandang sekilas pada Mentari lalu kembali mencari sesuatu di dalam tasnya,, hingga tak lama Ujang tampak memegang baju kemeja,, Mentari yakin baju kemeja itu baju baru.

"Kopi sudah aku taruh di meja depan,, tempat Ayah mengawasi orang kerja,," ucap Mentari.

"Baik Tari,," ucap Ujang,, Mentari tampak mempertahankan pandangan matanya ke arah lain,, karena saat ini Ujang masih bertelanjang dada,, Ujang baru mau memakai kemejanya.

"Nanti Abang tidurnya sama-sama Dika,, aku tidurnya sama Ibu,, kita belum dibolehkan tidur sekamar," ucap Mentari yang mencoba menebalkan mukanya membahas hal itu,, tapi Mentari ingin memberitahukan informasi itu pada Ujang.

"Aku tau Tari,," ucap Ujang.

"Tari hanya ingin mengingatkan Abang,, siapa tau saja Abang lupa," ucap Mentari yang tidak mau kalah.

"Tari kamarmu cantik,, bunga siapa yang dipetik? apa ini tidak mengotori sprei?" ucap Ujang yang memilih mengalihkan pembicaraan daripada berdebat dengan Mentari.

Mentari benar-benar melongo begitu mendengar ucapan Ujang,, jika saat ini Mentari benar-benar merasa tegang sedangkan Ujang terlihat biasa saja malah masih sempat-sempatnya membahas bunga, lucu bukan?

"Nggak tau mungkin bunga Emak Nurul karena dia yang punya mawar merah,," ucap Mentari sambil mengambil kelopak bunga itu lagi,, sikap santai Ujang membuat Mentari cukup tenang,, pria itu tidak berubah dia masih menjadi dirinya sendiri.

Mentari baru memandang Ujang saat Ujang telah memakai kemejanya.

"Barang-barang mu sudah siapkan Tari? karena hari Minggu kamu ikut aku ke Bukit," ucap Ujang.

"Sudah,, tapi tidak banyak karena jarak dari Bukit ke rumah ku tidak sampai satu jam,, nanti bisa di ambil lagi separuhnya,," ucap Mentari.

"Baiklah,," ucap Ujang.

"Mentari masih tidak percaya kalau sekarang sudah menjadi istri Abang,," ucap Mentari sambil menunduk,, sebagian dari diri Mentari masih belum bisa menerima dengan takdir yang sudah dirancang nya sendiri.

"Tapi itulah kenyataannya Tari,, kita sudah menikah," ucap Ujang.

"Apa Abang menyesal?" tanya Mentari.

"Pertanyaan itu lebih cocok untuk mu Tari,, karena kamu sama sekali tidak terlihat bahagia,, dan juga kamu terlihat lebih kurus dari pertemuan terakhir kita," ucap Ujang.

"Tari tidak menyesal,, tapi tentu Abang harus menerima Tari apa adanya,," ucap Mentari lagi.

"Kenyataan itu juga lebih cocok untukmu Tari,, apa kamu bisa menerima aku apa adanya? aku yakin kamu akan lebih banyak terkejut saat kita bersama,, tidak ada yang istimewa sedikit pun dari aku,, aku si perjaka tua," ucap Ujang.

Ujang mengucapkan itu terlihat biasa saja sangat santai seperti tanpa beban.

"Aku mau temui Ayahmu dulu,," ucap Ujang lagi.

Terpopuler

Comments

momnaz

momnaz

suka banget ceritanya real banget kayak Dunia nyata tanpa Apartemen,mobil mewah,,black card.. sungguh cerita yg bagus sampai belibet ngetik aku nya...berasa real banget kehidupan sehari hari kebanyakan orang Indonesia

2023-01-25

5

Andriani

Andriani

ujang ajak bulan madu donk si mentari....

2022-09-11

0

Kute Yasti

Kute Yasti

tapi lucu.juga lo

2022-09-11

0

lihat semua
Episodes
1 Cantik!!
2 Ingat wajahnya tapi tidak ingat namanya,,
3 Tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,,
4 Walaupun ini sudah terlambat tapi aku ucapkan terima kasih...
5 Takdir putus dengan kamu adalah takdir yang terbaik dan aku syukuri,,
6 Aku tidak pernah memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan aku,,
7 Tidak tertarik menanggapi nya,,,
8 Sikap seperti itu sangat dibenci oleh wanita,,
9 Aku menerima perjodohan aku dengan Abang,,,
10 Tari sudah pikirkan baik-baik Ayah,
11 Aku harap setelah ini status perjaka tua mu itu hilang,,
12 Aku tidak akan melepaskan kamu!
13 Lebih cepat lebih baik,,
14 Saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,,
15 Apa kamu bisa menerima aku apa adanya?
16 Air matamu tidak akan membuat ku menceraikan mu,,
17 Rumah Ujang...
18 Perlu bukti,, Tari?
19 Kamu terlalu kecil untuk aku,,
20 Dia baru tau makhluk bernama perempuan itu sungguh memusingkan...
21 Benci Abang,,
22 Sangat frustasi...
23 Abang marah?
24 Mood Mentari seketika memburuk...
25 Pertengkaran pengantin baru..
26 Selangkah lebih dekat...
27 Ingin cucu yang banyak...
28 Hanya tidak suka bukan cemburu,,,
29 Andaikan aku tau begini,,,
30 Bertemu mantan...
31 Melakukan hal yang iya-iya,..
32 Alergi wanita cantik...
33 Hamil muda?
34 Tidak sabar untuk menjadi Ayah...
35 Kok jadi kita yang ribut...
36 Akan banyak keanehan yang menanti..
37 Para pemuda yang iri,,,
38 Bahagia itu sederhana..
39 Buah cinta Ujang dan Mentari,,,
40 Jatuh cinta lagi...
41 Karena jodoh Ujang masih sekolah...
42 Ujang frustrasi...
43 Astagfirullah,,
44 Kepercayaan diri,,,
45 Ada yang tercecer...
46 Abang mau mati?
47 Anak kecil...
48 Manjanya minta ampun,,
49 Manfaatkan waktu,,,
50 Perubahan drastis yang tidak berarti...
51 Untung berat kalau tidak kena banting juga...
52 Salah sasaran...
53 Azis dirantai...
54 Bang Azis sekarang lagi tergila-gila berat padamu,,,
55 Jika Marni sudah gila,, aku masih waras,,
56 Marni yang tidak tau malu...
57 Tidak memenuhi perjanjian awal...
58 Wujudnya berubah....
59 Tari akan menunggu,,,
60 Cemburu lagi,,,,
61 Mentari yang sensitif...
62 Ada rasa iri,,,
63 Takut menjadi Ibu yang gagal....
64 Pikirkan matang-matang.,,
65 Tenggelam!!!
66 Indri iri...
67 Mengintip...
68 Nona sok cantik!!!
69 Membantu...
70 Sangat beruntung Mentari mendapatkan Ujang....
71 Berhasil meluluhlantahkan hati Ujang yang beku...
72 Saya ingin bertemu dengan dia!!!
73 Dengan Mentari semuanya sangat indah...
74 Ayo kita selidiki wanita itu terlebih dahulu,,,,
75 Tak perlu uang yang banyak untuk membuat dia tertawa...
76 Bertemu istri Ujang!!!
77 Berusaha keras untuk mengabaikannya...
78 Terpesona!!!
79 Andaikan Ujang adalah suaminya,,,,
80 Barang KW...
81 Uang bisa dicari, kebahagiaanmu adalah segalanya untukku!!!
82 Semuanya tidak sama lagi...
83 Kobaran api!!!
84 Apa aku bisa memegang janjimu?
85 Penyesalan Doni...
86 Bibit unggul...
87 Sudah tidak punya apa-apa lagi....
88 Lebih cepat dari apa yang aku duga,,,
89 Terdiam seribu bahasa...
90 Menginterogasi Doni....
91 Tugas,,,
92 Melakukan suatu hal yang besar,,,
93 Rencana Angelica...
94 Butuh pekerjaan...
95 Mencari nafkah,,
96 Keroyokan!!!
97 Berprasangka buruk pada suaminya sepanjang hari,,,,
98 Kebimbangan Doni...
99 Aku mencintaimu...
100 Memulai semuanya dari awal!
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Cantik!!
2
Ingat wajahnya tapi tidak ingat namanya,,
3
Tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,,
4
Walaupun ini sudah terlambat tapi aku ucapkan terima kasih...
5
Takdir putus dengan kamu adalah takdir yang terbaik dan aku syukuri,,
6
Aku tidak pernah memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan aku,,
7
Tidak tertarik menanggapi nya,,,
8
Sikap seperti itu sangat dibenci oleh wanita,,
9
Aku menerima perjodohan aku dengan Abang,,,
10
Tari sudah pikirkan baik-baik Ayah,
11
Aku harap setelah ini status perjaka tua mu itu hilang,,
12
Aku tidak akan melepaskan kamu!
13
Lebih cepat lebih baik,,
14
Saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,,
15
Apa kamu bisa menerima aku apa adanya?
16
Air matamu tidak akan membuat ku menceraikan mu,,
17
Rumah Ujang...
18
Perlu bukti,, Tari?
19
Kamu terlalu kecil untuk aku,,
20
Dia baru tau makhluk bernama perempuan itu sungguh memusingkan...
21
Benci Abang,,
22
Sangat frustasi...
23
Abang marah?
24
Mood Mentari seketika memburuk...
25
Pertengkaran pengantin baru..
26
Selangkah lebih dekat...
27
Ingin cucu yang banyak...
28
Hanya tidak suka bukan cemburu,,,
29
Andaikan aku tau begini,,,
30
Bertemu mantan...
31
Melakukan hal yang iya-iya,..
32
Alergi wanita cantik...
33
Hamil muda?
34
Tidak sabar untuk menjadi Ayah...
35
Kok jadi kita yang ribut...
36
Akan banyak keanehan yang menanti..
37
Para pemuda yang iri,,,
38
Bahagia itu sederhana..
39
Buah cinta Ujang dan Mentari,,,
40
Jatuh cinta lagi...
41
Karena jodoh Ujang masih sekolah...
42
Ujang frustrasi...
43
Astagfirullah,,
44
Kepercayaan diri,,,
45
Ada yang tercecer...
46
Abang mau mati?
47
Anak kecil...
48
Manjanya minta ampun,,
49
Manfaatkan waktu,,,
50
Perubahan drastis yang tidak berarti...
51
Untung berat kalau tidak kena banting juga...
52
Salah sasaran...
53
Azis dirantai...
54
Bang Azis sekarang lagi tergila-gila berat padamu,,,
55
Jika Marni sudah gila,, aku masih waras,,
56
Marni yang tidak tau malu...
57
Tidak memenuhi perjanjian awal...
58
Wujudnya berubah....
59
Tari akan menunggu,,,
60
Cemburu lagi,,,,
61
Mentari yang sensitif...
62
Ada rasa iri,,,
63
Takut menjadi Ibu yang gagal....
64
Pikirkan matang-matang.,,
65
Tenggelam!!!
66
Indri iri...
67
Mengintip...
68
Nona sok cantik!!!
69
Membantu...
70
Sangat beruntung Mentari mendapatkan Ujang....
71
Berhasil meluluhlantahkan hati Ujang yang beku...
72
Saya ingin bertemu dengan dia!!!
73
Dengan Mentari semuanya sangat indah...
74
Ayo kita selidiki wanita itu terlebih dahulu,,,,
75
Tak perlu uang yang banyak untuk membuat dia tertawa...
76
Bertemu istri Ujang!!!
77
Berusaha keras untuk mengabaikannya...
78
Terpesona!!!
79
Andaikan Ujang adalah suaminya,,,,
80
Barang KW...
81
Uang bisa dicari, kebahagiaanmu adalah segalanya untukku!!!
82
Semuanya tidak sama lagi...
83
Kobaran api!!!
84
Apa aku bisa memegang janjimu?
85
Penyesalan Doni...
86
Bibit unggul...
87
Sudah tidak punya apa-apa lagi....
88
Lebih cepat dari apa yang aku duga,,,
89
Terdiam seribu bahasa...
90
Menginterogasi Doni....
91
Tugas,,,
92
Melakukan suatu hal yang besar,,,
93
Rencana Angelica...
94
Butuh pekerjaan...
95
Mencari nafkah,,
96
Keroyokan!!!
97
Berprasangka buruk pada suaminya sepanjang hari,,,,
98
Kebimbangan Doni...
99
Aku mencintaimu...
100
Memulai semuanya dari awal!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!