Mentari dengan terpaksa menyimpan motornya di rumah Ujang,,, lalu tidak lama Ujang terlihat mengeluarkan motor,, motor itu terlihat sangat butut bahkan menurut Mentari motor itu bututnya melebihi dari pengertian butut itu sendiri.
Mentari sangat tidak yakin akan duduk di motor itu karena tempat duduknya hampir dipenuhi oleh Ujang semua,, tersisa sedikit saja untuk Mentari.
"Bang,, tidak ada motor yang lain yah?" tanya Mentari yang terpaksa mengeluarkan unek-uneknya sejak tadi,, Mentari juga sangat yakin sebentar lagi waktu Maghrib akan segera habis.
"Hanya ini saja Tari,," ucap Ujang.
Ujang sudah bersiap-siap menyalakan motornya namun Ujang membatalkan niatnya begitu melihat keraguan pada Mentari.
"Jadi bagaimana Tari? apa tunggu Ayah mu saja untuk menjemput mu?" tanya Ujang.
"Nggak mungkin Ayah jemput aku Bang,, karena cuma ini motor satu-satunya di rumah ku,," jawab Mentari.
"Terus,, gimana?" tanya Ujang.
"Ya sudah ini aja,, Abang antar aku saja!!," ucap Mentari.
"Naiklah,," ucap Ujang lalu segera menyalakan mesin motornya,, Mentari tampak menarik nafas begitu melihat asap dari knalpot. Bunyinya pun Mentari bingung mau mendeskripsikan seperti apa.
"Tari cepat kayaknya bentar lagi mau hujan,," ucap Ujang.
Akhirnya Mentari tidak punya pilihan lain selain naik duduk di belakang Ujang,, Mentari berusaha sedikit menjauh agar tidak bersentuhan dengan Ujang tapi motor itu sangat sempit akhirnya Mentari duduk dengan menaruh tangannya di atas pahanya agar tidak merapat dibelakang Ujang.
Mereka kini mulai melewati beberapa pohon sawit yang gelap,, hanya ada cahaya redup dari pondok penjaga sawit itu yang terletak ditengah-tengah kelapa sawit.
"Bang,, kalau malam sepi banget yah disini,," ucap Mentari bergidik ngeri,, membayangkan bisa saja ada harimau atau binatang buas lainnya di tempat nya sekarang berada.
"Lumayan Tari,, tapi kalau sudah terbiasa,, suasana seperti ini yah biasa aja,," ucap Ujang.
"Kalau aku jadi Abang,, aku pasti segera pindah dari sini,," ucap Mentari.
"Sayangnya,, aku bukan kamu Tari,," ucap Ujang.
Mereka terus melalui jalan berkerikil,, berbelok bahkan sesekali motor Ujang terpeleset karena baru habis hujan menyebabkan jalanan licin.
Tiba-tiba Mentari merasa ada yang tidak beres dengan motor butut yang saat ini sedang mereka gunakan dan benar saja motor itu saat ini mati.
"Bentar yah Tari,," ucap Ujang sambil menepi,, Mentari segera turun penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi pada motor itu.
Ujang segera berjongkok sambil menyalakan senter hp nya,, meskipun Ujang punya ponsel tapi jaringan ditempat nya tinggal itu lumayan susah.
"Ternyata ada yang koslet,," ucap Ujang sambil berdiri kembali lalu segera melihat sampai di ujung jalan.
"Disini tidak ada bengkel Bang,," ucap Mentari.
"Iya nggak ada,," ucap Ujang juga.
"Gimana lagi Bang ini?" tanya Mentari.
"Biar motornya aku dorong,, apa kamu tidak apa-apa kalau ku antar dengan jalan kaki?" tanya Ujang.
Mentari harus jawab apa,, ditempat ini tidak ada rumah satu pun karena diperbatasan kampung,, jalannya juga sangat sepi,,, tidak ada pula kendaraan umum,, Mentari tidak ada pilihan lain.
"Ini masih jauh Bang,, tiga puluh lima menit lagi baru sampai,," ucap Mentari.
"Kamu kuat nggak Tari?" tanya Ujang.
"Aku sih kuat,, tapi Abang lumayan capek kalau sambil dorong motor gitu Bang," ucap Mentari.
"Sekalian ke bengkel juga kok,," ucap Ujang.
Mereka akhirnya mulai berjalan berdampingan,, hanya cahaya bulan sebagai penerang jalan mereka.
Lagi-lagi Mentari melirik Ujang sebentar,, Ujang terlihat sangat tenang seperti air sungai yang sangat dalam,, Ujang bahkan tidak akan bicara jika Mentari tidak memulai pembicaraan.
"Kenapa Abang tidak beli motor baru saja Bang,, kata Ayah Abang itu punya banyak uang,, karena buktinya masjid di Desa,, Abang yang bangun kan?" ucap Mentari lagi.
"Mungkin nanti Tari, karena motor juga jarang aku gunakan,, lebih sering gunakan mobil barang,," ucap Ujang.
"Oh,," ucap Mentari sambil menyelipkan rambutnya sebelah di belakang telinga nya.
"Kata Pak Mamad, kamu sebentar lagi akan wisuda yah?" tanya Ujang.
"Iya Bang,," jawab Mentari.
Tumben dia balik nanya,, batin Mentari.
"Waktu kayaknya hanya sebentar yah,, padahal rasanya baru kemarin kamu itu hanyut di sungai,," ucap Ujang.
"Apa benar Abang yang selamatkan aku waktu itu?" tanya Mentari.
"Iya,," jawab Ujang.
"Gimana ceritanya sehingga Abang yang selamatkan aku?" tanya Mentari.
"Waktu itu kamu terbawa arus ketika sedang mandi bersama teman-teman mu,, tidak ada yang berani menolong karena airnya sangat deras ketika habis hujan,," ucap Ujang.
"Terus Abang yang lompat selamatkan aku?" tanya Mentari.
"Iya," jawab Ujang.
"Oh," ucap Mentari.
Cerita itu sudah berulang kali Mentari dengar dari Ayahnya,, kata Ayahnya jika Ujang tidak ada waktu itu pasti Mentari sudah tiada lagi di dunia.
"Walaupun ini sudah terlambat tapi aku ucapkan terima kasih atas pertolongan Abang,," ucap Mentari.
"Tari,, itu sudah lama pun,," ucap Ujang.
Mentari tersenyum begitu mendengar ucapan Ujang. Mengingat Ujang rasanya Ujang tidak jauh berbeda dengan yang dulu.
"Tari kalau kamu capek lebih baik istirahat saja dulu,," ucap Ujang.
"Nggak Bang,, Ayah pasti udah nunggu sekarang,, lanjut aja,," ucap Mentari lagi.
"Baiklah!!," ucap Ujang.
###########
Hingga akhirnya mereka pun sampai,, Ujang sengaja tidak mampir di rumah Mentari,, karena Ujang akan ke bengkel langganan nya,, Ujang pergi tanpa banyak bicara.
Sedangkan Pak Mamad begitu merasa lega saat melihat anak gadisnya itu pulang ke rumah dalam keadaan selamat.
"Alhamdulillah Tari kamu sampai juga di rumah,, kami sangat cemas karena kamu belum pulang ke rumah,, sekarang kan lagi musim hujan,, oh yah motormu dimana nak?" tanya Pak Mamad begitu melihat Mentari datang tidak membawa motor,, padahal pergi tadi membawa motor.
"Ditinggal di rumah Bang Ujang Ayah,," ucap Mentari sambil duduk lalu meluruskan kakinya,, Mentari segera memijat betisnya yang terasa sangat lelah.
"Loh kok bisa Tari?" tanya Pak Mamad.
"Itu Ayah motornya nggak bisa nyala tadi, berkali-kali aku coba tapi tetap nggak mau juga," ucap Mentari yang merasa tubuhnya benar-benar sangat lelah karena jalan kaki.
"Iya Tari,,, Ayahmu itu cuma tau pakai saja entah sudah berapa lama oli motor itu tidak diganti Tari,," ucap Ibu Mentari sambil memberikan satu gelas air putih dan Mentari langsung meneguknya sampai habis karena Mentari sangat kehausan.
"Terus Tari?" tanya Ibu Mentari lagi.
"Bang Ujang tadi yang antarin Tari,, eh tapi sialnya motor Bang Ujang juga mogok tadi, akhirnya kita jalan sama-sama,," ucap Mentari.
"Nggak suruh dia mampir kesini dulu Tari?" tanya Ibu Mentari lagi.
"Dia nggak mau Bu,," jawab Tari.
"Padahal Ayah ingin minum kopi sama-sama dia Tari," ucap Pak Mamad.
Mentari hanya diam saja begitu mendengar ucapan Ayahnya.
"Ayo lebih baik makan dulu,," ucap Ibu Mentari lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Astaga ujang,Hemat sih hemat tp gak gitu juga konsepnya sampai2 motor sendiri lapuk kayak tuannya..🤭🤭😂
2023-04-10
1
M Dewi
tetap semangat thor
2022-10-11
0
dite
romantis kali jalan kaki berdua 🤣
2022-09-10
1