Mentari berpikir cinta tidak penting lagi sekarang karena dulu pernah sangat bahagia hingga akhirnya begitu terluka,, Samuel telah memberikan dia luka yang membuatnya jera.
Untuk itu sekarang Mentari telah menyerahkan urusan jodoh kepada Ayahnya,, jika menurut Ayahnya pria itu baik untuknya maka Mentari akan mengikut saja.
Tapi Mentari tidak pernah menduga sama sekali,, dari sekian banyak nya pria lajang kenapa harus Ujang yang menjadi pilihan Ayahnya? cukup lama Mentari berpikir tapi Mentari tidak mempunyai alasan apapun sehingga bisa tertarik pada sosok Ujang.
Yah pria itu memang baik salah satu buktinya dia mau mengantar Mentari pulang meskipun mereka akhirnya jalan kaki bersama,, juga Ujang selalu menjaga adab seperti yang Ayahnya katakan,, tapi pernikahan menurut Mentari tidak hanya kebaikan yang dibutuhkan banyak yang sangat dibutuhkan oleh Mentari.
"Tari,, ayo bantuin Ibu menata piring ini,, tamu sudah mulai datang sekarang,," ucap Ibu Mentari yang tiba-tiba muncul di pintu kamar Mentari,, hari ini adalah hari syukuran sunatan adik Mentari yaitu Dika,, dan Dika baru duduk di bangku SD,, satu-satunya adik Mentari dari tiga bersaudara.
"Iya Bu,," ucap Mentari lalu segera keluar kamar bergegas ke tenda yang didirikan di halaman rumah nya,, memang para tamu sudah mulai berdatangan meskipun belum terlalu ramai.
Tiba-tiba kedua mata Mentari menatap sosok pria yang sangat tidak asing baginya,,
Samuel? mau apa lagi dia kesini? batin Mentari.
"Hai Tari,," sapa Samuel dengan senyum yang sangat menawan seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara dirinya dan Mentari,, Mentari pun ikut tersenyum anggun dan sangat manis seolah-olah tidak terjadi apa-apa juga,, padahal hati Mentari sangat sakit dengan apa yang dilakukan Samuel padanya.
"Oh hai Samuel,," sapa Mentari juga sambil tersenyum lalu matanya melihat ke samping Samuel,, Samuel saat ini sedang bersama Nino teman Samuel.
"Kamu apa kabar Tari?" tanya Nino.
"Aku baik Nino,, eh ayo kalian makan dulu,," ucap Mentari sambil menyodorkan piring kosong kepada Samuel dan juga Nino.
"Tari,, aku butuh waktu untuk bicara berdua dengan mu,," ucap Samuel.
"Maaf Samuel,, kamu lihat sendiri kan aku sedang sibuk sekarang?" ucap Mentari.
"Aku akan menunggu sampai kamu tidak sibuk lagi," ucap Samuel.
Mentari tidak merespon lagi ucapan Samuel,, karena sejujurnya Mentari hanya mencoba untuk terlihat kuat di hadapan Samuel,, saat ini Mentari ingin sekali menangis.
Samuel saat ini masih mengawasi Mentari meskipun saat ini Samuel sudah duduk paling pojok setelah piringnya terisi dengan nasi dan lauk pauk.
"Melamun Tari?" tanya seorang pria.
Mentari langsung kembali ke dunia nyatanya setelah melamun tadi,, Mentari melihat pria dihadapannya sudah berdiri tegap dengan baju batiknya,, entahlah baju itu yang kecil atau otot Ujang yang besar,, baju batik itu tampak mencetak ketat lengan Ujang.
Rambutnya disisir rapi,, Mentari juga melihat kumisnya sudah dicukur rapi,, cambang juga sudah rapi,, Mentari merasa saat ini Ujang cukup bersih dan rapi.
"Abang sama siapa?" tanya Mentari.
"Oh itu aku sama Azis," jawab Ujang sambil menyendok nasi ke piringnya,, Mentari melihat Azis sedang kerepotan mengurus dua anaknya yang terlihat ingin pulang.
"Itu anak Bang Azis kenapa?" tanya Mentari.
"Mereka nggak mau ikut tapi Azis paksa jadi gitu,," jawab Ujang.
"Oh pantas," ucap Mentari.
Ujang segera berlalu dari hadapan Mentari lalu duduk di sebelah Samuel.
Mentari melihat pemandangan itu begitu sangat kontras,, Ujang dan Samuel memang sangat jauh berbeda. Samuel sangat ramah dan juga murah senyum,, sedangkan Ujang terlihat tidak perduli dan pendiam,, Samuel memiliki kulit yang cerah dan juga bersih,, sedangkan Ujang memiliki kulit sawo matang,, Samuel berpakaian sangat bagus, dengan baju kemeja, celana jins dan juga sepatu sport,, sedangkan Ujang memakai baju batik dipadukan dengan celana jins.
Jika Samuel terlihat sangat muda dan juga terlihat segar sedangkan Ujang terlihat tua,, di mata Mentari tidak ada keistimewaan di fisik Ujang jika dibandingkan dengan fisik Samuel,, kecuali otot,, Ujang memiliki otot yang bertonjolan.
"Piringnya dimana?" tanya salah seorang tamu.
Mentari pun tersadar.
"Oh maaf,, ini," ucap Mentari sambil menyodorkan piring ke tamu itu.
Samuel terlihat menepati janjinya yaitu menunggu hingga Mentari tidak sibuk lagi,, bahkan sampai waktu Ashar pun Samuel masih berada di rumah Mentari,, hal itu membuat Mentari merasa tidak nyaman karena biar bagaimanapun dirinya dan Samuel sudah tidak ada urusan lagi,, Samuel sendiri yang memutuskan hubungan mereka duluan,, Samuel memilih selingkuhan nya,, lalu untuk apa lagi pria itu ke rumah nya? apa tujuan pria itu? sedangkan jarak dari Kota menuju kampung Mentari cukup jauh memakan waktu berjam-jam perjalanan dan Mentari berpikir Samuel juga tidak diundang nya sama sekali,, Mentari hanya mengundang secara umum saja di sosial media nya.
"Tari itu siapa?" tanya Pak Mamad yang mulai curiga karena sejak tadi tamu sudah datang silih berganti tetapi laki-laki itu masih ada ditempat nya semula,, tidak pulang-pulang juga.
"Oh itu teman aku, Ayah,," jawab Mentari.
"Oh," ucap Pak Mamad.
"Tari izin keluar sebentar yah Ayah,, boleh?" tanya Mentari.
"Kemana?" tanya Pak Mamad yang memang sudah curiga sejak tadi pada Samuel namun Samuel juga tidak memperkenalkan dirinya dan malah asik sendiri dengan ponselnya.
"Aku ada urusan sedikit dengan Samuel,, ini urusan kampus kebetulan kami sama-sama akan wisuda nanti,," ucap Mentari yang terpaksa berbohong.
Pak Mamad tampak berpikir sejenak.
"Sebelum jam enam,, kamu harus sudah ada di rumah,, bisa Tari?" tanya Pak Mamad.
"Iya bisa Ayah,," ucap Mentari sambil tersenyum lega.
Dan disinilah mereka saat ini mereka sedang duduk di sebuah warung yang menjual es kelapa muda.
"Tari,, bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Samuel lagi memulai pembicaraan.
"Aku baik seperti yang kamu lihat saat ini," jawab Mentari.
"Kamu sedikit terlihat kurus Tari," ucap Samuel seakan tidak setuju dengan jawaban Mentari.
"Tentu saja aku sedikit kurus karena aku baru saja selesai dengan urusan ku skripsi sampai sidang,," ucap Mentari lagi.
"Apa kamu tidak bertanya balik ke aku Tari?" tanya Samuel.
"Hmm untuk apa? aku sudah tau kabarmu pasti sangat baik,, iyakan? tebakan ku pasti benar," ucap Mentari.
"Kau salah Tari,, aku sangat kacau,," ucap Samuel.
"Hah kacau?" ucap Mentari sambil tertawa kecil karena dimatanya Samuel terlihat baik-baik saja.
"Iya Tari,,, semenjak aku putus dengan kamu,, aku sangat kacau,," ucap Samuel lagi.
"Jangan berucap seperti itu Samuel,, aku disini mau menemui kamu dengan status sebagai teman saja,, tidak ada sama sekali hubungannya dengan perasaan,," ucap Mentari.
"Tari,, beri aku kesempatan menjelaskan,, please sedikit saja, tolong dengar penjelasan ku," ucap Samuel.
"Bagian mana lagi yang perlu aku dengar? aku sudah memahami semua yang kamu katakan,, kamu memutuskan ku,, dan aku merelakan kamu,, jadi apa lagi yang harus ku dengar?" tanya Mentari.
"Tari,, kami sudah putus!!," ucap Samuel.
Mentari tersenyum tidak tertarik.
"Terus?" ucap Mentari.
"Ceritanya panjang Tari,," ucap Samuel.
"Sejujurnya Samuel,, aku tidak ingin mendengar nya sedikit pun karena itu bukan urusan ku juga,," ucap Mentari.
"Aku masih sangat mencintai kamu Tari," ucap Samuel.
Mentari terdiam dan mengencangkan cengkraman nya pada gamis yang dipakainya,, saat ini Mentari memakai gamis dan jilbab karena tadi acara syukuran sunatan adiknya.
"Apa tujuan kamu mengatakan hal itu sekarang padaku?" ucap Mentari.
"Tari mungkin kita berdua bisa kembali bersama dengan mengubah beberapa hal,," ucap Samuel.
Mentari tampak menatap dingin Samuel,, Mentari ingin pergi tapi Mentari ingin mendengar apa lagi yang akan dikatakan Samuel sekarang.
"Kamu itu wanita yang sangat sempurna Tari,, tapi aku tidak mendapatkan apa-apa dari kamu selama ini,, kita berpacaran sudah tiga tahun lebih tapi kita hanya sebatas berpegangan tangan saja, padahal zaman kita ini sudah sangat berbeda dengan zaman dulu," ucap Samuel.
Mentari tampak sangat menahan emosinya.
"Aku juga ingin seperti yang lain Tari....,"
"Kalau kamu ingin seperti yang lain,, maka temui Ayahku dan bawa kedua orang tua mu," ucap Mentari.
"Tari itu sangat tidak mungkin,, aku belum punya pekerjaan,, aku belum wisuda," ucap Samuel.
Mentari langsung berdiri dengan tatapan mata penuh kekesalan pada Samuel.
"Takdir putus dengan kamu adalah takdir yang terbaik dan aku syukuri,," ucap Mentari.
"Permisi,," ucap Mentari lalu segera pergi meninggalkan Samuel yang terus memanggil nama nya.
Mentari tampak mengangkat gamis nya sambil berjalan dengan penuh kemarahan,, apakah dirinya begitu tidak berharga? hingga dijadikan pelarian semata. Mentari ingin marah tapi pada siapa dia harus marah?
Tiba-tiba bunyi klakson mobil mengagetkan Mentari.
"Tari,, kamu mau kemana?" tanya Ujang sambil menepikan sedikit mobilnya.
Tanpa basa-basi Mentari langsung masuk ke dalam mobil Ujang lalu duduk di samping Ujang.
"Abang mau kemana?" tanya Mentari.
"Aku mau pergi antar barang," jawab Ujang.
"Aku mau ikut Abang,," ucap Mentari.
"Baiklah," ucap Ujang dengan ekspresi wajah herannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk mampus kamu,kamu pikir Tari cewek apaan,,Gila😡😡🤦🏻♀️
2023-04-10
1
Qaisaa Nazarudin
🙄🙄🙄 saat di putusin,nyati mantan balik,apaan lelaki kek gini,jgn mau deh tari,Sekali dia coba selingkuh,dia akan tetap akan selingkuh lagi,percaya deh..
2023-04-10
0
Devi Handayani
ciee tari dah mulai cukak nih abang babang ujang😙😙😙
2023-02-15
0