"Kalau dia sayang sama kamu,, dia tidak akan memutuskan kamu,,"
Kata-kata Ujang itu terus terngiang-ngiang di pikiran Mentari,, analisa Ujang itu sangat sederhana,, logikanya benar karena selama ini Samuel bilang sangat mencintai dirinya,, sampai membuat Mentari melakukan apapun yang Samuel inginkan,, membuat Samuel agar bisa terus senang berpacaran dengannya,, mulai dari mengerjakan tugas Samuel,, mencucikan baju Samuel,, memasak untuk Samuel, menyetrika baju Samuel dan banyak lagi yang dilakukan Mentari demi cintanya pada Samuel,, hanya yang tidak dilakukan Mentari yaitu sentuhan fisik,, Mentari tidak akan pernah mau jika Samuel meminta sentuhan fisik padanya. Itu saja,, yang lain Mentari selalu menyanggupi keinginan Samuel.
Samuel memang selalu mengeluh mengenai gaya pacaran mereka selama ini yang menurut Samuel sangat kampungan itu,, namun mau apapun yang dikatakan oleh Samuel,, Mentari tetap pada prinsipnya,, Mentari tidak akan memberikan apapun pada lelaki yang bukan suaminya,, jika lelaki itu sudah menjadi suaminya barulah Mentari mau memberikannya.
Setengah tahun terakhir,, Samuel semakin mendesak Mentari,, melihat Samuel yang sangat mendesak dirinya membuat Mentari menawarkan pernikahan pada Samuel,, tapi tanpa pikir panjang Samuel menolak karena pernikahan belum menjadi target Samuel saat ini,, tentu Mentari juga menolak keinginan Samuel yang menginginkan sesuatu yang sangat berharga untuk Mentari yang Mentari jaga hanya untuk suaminya kelak,, gara-gara itu puncaknya Samuel selingkuh di belakang Mentari.
Satu hal yang pasti Mentari tidak menyesali keputusannya putus dengan Samuel,, meskipun hati Mentari sakit, tapi putus dengan Samuel adalah keputusan yang paling terbaik,, pria itu sangat pengecut untuk dijadikan imam dalam rumah tangganya kelak.
"Kamu mau ikut turun Tari?" tanya Ujang begitu sampai di salah satu rumah.
Ucapan Ujang membuat Mentari tersadar dari lamunannya,, seiring dengan suara mobil yang telah berhenti,, saat ini Mentari melihat mereka telah berada di depan rumah yang dipagari kayu dan juga di cat putih.
"Nggak usah Bang,, aku disini aja,," ucap Mentari.
Ujang pun menganggukkan kepalanya lalu tak lama dua lelaki dewasa keluar dari dalam rumah itu,, mereka membantu Ujang mengangkat lemari dua pintu itu untuk masuk ke dalam rumah.
Mentari tampak menyeka keringatnya karena suasana saat ini benar-benar panas meskipun sudah sangat sore,, namun Mentari sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu jika di kampung nya,, Mentari bahkan merasa baju gamis bagian belakangnya sudah basah karena keringat.
Tak lama menunggu Ujang akhirnya masuk lagi ke dalam mobil,, Ujang tampak mengelap keringatnya juga menggunakan handuk yang sejak tadi ada di lehernya,, Ujang sama dengan Mentari merasakan hawa panas.
"Hari ini antar barangnya sudah selesai Tari,, aku akan antar kamu pulang ke rumah mu,," ucap Ujang sambil membunyikan mesin mobilnya kembali.
"Bang Ujang apa tidak bosan?" tanya Mentari tiba-tiba.
Ujang melirik Mentari sekilas dengan ekspresi wajah heran dengan pertanyaan Mentari.
"Bosan kenapa?" tanya Ujang.
"Yah tinggal di rumah kayu diantara banyaknya pohon-pohon,, tidak ada tetangga,," ucap Mentari.
"Bilang saja tinggal di hutan,," ucap Ujang.
"Iya itulah maksud aku Bang,, aku tuh lihat Bang Ujang hanya menghabiskan waktu Bang Ujang dengan membuat perabot,, mengantar barang lalu pulang lagi,, seperti itu terus,, apa Bang Ujang tidak memiliki ambisi lain dalam hidup Abang?" tanya Mentari.
"Contohnya ambisi seperti apa?" tanya Ujang.
"Yah seperti menikah,, punya istri,, punya anak,, terus pindah ke Kota,, buat rumah di Kota, memiliki toko perabot di Kota," ucap Mentari lagi.
Mendengar ucapan Mentari membuat Ujang tersenyum lebar,, senyuman yang tidak pernah dilihat oleh Mentari sebelumnya baru sekarang Mentari melihat Ujang tersenyum selebar itu,, Mentari baru menyadari deretan gigi Ujang putih dan sangat rapi meskipun Ujang seorang perokok.
"Tari,, jika aku tidak menginginkan hal itu di dalam hidupku berarti aku tidak normal,," ucap Ujang.
"Terus kenapa Abang seperti ini?" tanya Mentari lagi.
"Karena selama ini aku sudah mencari calon istri di sepanjang hidup ku,, dan hasilnya yah selalu gagal,, jadi gimana mau punya anak sedangkan istri saja aku tak punya,, jika aku hanya menghidupi diriku sendiri untuk apa aku repot-repot pindah ke Kota dan meninggalkan warisan orang tua ku disini," ucap Ujang.
"Apa Bang Ujang bahagia dengan kehidupan Abang yang seperti sekarang ini? tanpa saudara,, tanpa orang tua,, tanpa pendamping hidup dan tinggal di tempat terpencil?" tanya Mentari lagi.
"Bahagia itu datang dari dalam diri kita sendiri,, jika kita selalu merasa bahagia dan bersyukur atas apa yang kita dapatkan dan kita jalani sekarang maka tidak ada alasan untuk kita terlihat tidak bahagia,," ucap Ujang.
"Abang memang benar,," ucap Mentari.
"Jadi kamu tidak perlu bersedih atau menangisi sesuatu yang membuat mu menderita,," ucap Ujang lagi yang tepat sasaran.
Lagi-lagi Mentari takjub akan ucapan sederhana dari Ujang,, belum tentu kan Samuel benar-benar serius ingin kembali padanya lagi,, bisa saja Samuel hanya menjadikan dirinya sebagai pelarian semata atau percobaan semata.
"Bang,, aku mau bicara sesuatu sama Abang," ucap Mentari ditengah mobil yang melaju dengan lambat,, dan juga suasana yang sebentar lagi akan masuk Maghrib.
"Dari tadi kamu itu sudah bicara,, Tari," ucap Ujang.
"Tapi ini serius Bang,, ini tentang Ayahku," ucap Mentari lagi.
"Kenapa dengan Ayahmu,, Tari?" tanya Ujang.
"Ayah berniat menjodohkan aku dengan Abang," ucap Mentari.
Mentari lagi menunggu ekspresi terkejut dari Ujang,, tapi sampai saat ini Ujang terlihat biasa saja,, ekspresi nya tidak berubah sedikit pun dari tadi.
"Abang tidak terkejut?" tanya Tari.
"Tidak!!," jawab Ujang.
"Lah kok bisa? apa Ayah pernah bicarakan itu pada Bang Ujang?" tanya Mentari.
"Sering,," jawab Ujang.
Mentari terkejut.
"Be..be.. benarkah Bang?" tanya Mentari sedikit terbata-bata.
Ujang menganggukkan kepalanya.
"Iya, untuk apa aku berbohong padamu," ucap Ujang lagi.
"Lalu tanggapan Abang apa pada Ayahku?" tanya Mentari lagi yang sudah sangat penasaran,, karena Mentari saja sudah memberikan tanggapan tidak mau dan juga sangat terkejut tapi bagaimana dengan tanggapan Ujang pada Ayahnya setelah mendengar kemauan Ayahnya.
"Tidak ada!!!," jawab Ujang yang membuat Mentari lagi-lagi bertanya-tanya,, heran juga dengan pria di dekatnya ini yang selalu menanggapi dengan singkat,, padat dan jelas membuat seorang Mentari selalu tidak puas dengan jawaban singkat itu.
"Tidak ada maksud Abang itu apa? bisa nggak sih bicaranya di perpanjang sedikit biar aku tidak perlu tanya lagi maksud Abang itu apa," ucap Mentari lagi.
"Aku tidak tertarik menanggapi nya," jawab Ujang.
"Ke..ke..kenapa?" tanya Mentari.
"Tari,, aku mengukur diriku dengan bayang-bayang aku sendiri,, wanita seperti kamu, tidak mungkin mau menerima lelaki berumur seperti aku ini kan? jadi buat apa aku menanggapi,, dan buat apa juga aku memikirkan itu.," ucap Ujang.
Mendengar jawaban Ujang membuat Mentari terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
momnaz
bagus banget...
2023-01-25
1
M Dewi
lanjut thor....lope yu pull
2022-10-11
0
Wirda Putri
aq fansnya bang ujaaangg.....😍😍😍
2022-10-07
0