Saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,,

Bunyi mesin pemotong pohon itu berbunyi keras,, dua pekerja Ujang sedang bekerja untuk memindahkan kayu yang berjenis kayu Ulin ke samping gudang. Kebetulan minggu ini ada beberapa pesanan perabot dari sekolah,, mereka disuruh buat kursi belajar. Mau tidak mau mereka harus bekerja lebih keras untuk mencapai target membuat pesanan perabot itu.

Azis saat ini sedang menggerutu,, pria yang kelihatan lebih tua dari umurnya itu tampak sedang kesal saat ini. Azis kelihatan mengusap keringat nya dengan handuk kecil yang dia simpan di bahunya.

"Lain kali kamu pakai orang lain saja lah Jang,, jangan lagi si Botak itu,, massa lain yang disuruh lain pula yang dia kerjakan bikin aku darah tinggi saja Jang,, padahal sudah ribuan kali di kasitau masih saja dia tidak mengerti-mengerti,," ucap Azis dengan kekesalannya.

Ujang kemudian memandang sekilas pada Azis yang sedang marah-marah lalu kembali melihat mesin amplas nya yang berada di tangannya saat ini.

"Sabar saja Bang,, aku kasihan sama dia,, dia itu yatim piatu dan juga tidak memiliki pekerjaan,, Abang hanya perlu bersabar dengan dia,, meskipun dia sangat sulit mengerti tapi tenaganya kuat Bang melebihi tenaga Abang,," ucap Ujang lagi.

"Tapi Jang,, dia itu membedakan kayu Ulin dan Pinus saja dia tidak tau,, bagaimana tuh Jang? massa setiap dia mau mengangkat mesti bertanya terus itu kayu apa,, kan pusing aku Jang,," ucap Azis.

"Maka itu jadi tugas Abang buat mengajari dia, ajari dia dengan baik jangan sambil marah-marah,, semakin Abang marah-marah dia pasti semakin tidak mengerti,, Abang harus sabar mengajari dia," ucap Ujang.

Azis mati kutu pada Ujang,, Ujang bukanlah orang yang gampang dipengaruhi,, Ujang orang yang gampang kasihan pada orang lain,, termasuk pada Botak yang sebenarnya memiliki kemampuan otak yang sangat lemah. Meskipun Botak otaknya sedikit tidak mampu tapi tenaganya sangat kuat tidak diragukan lagi kalau mengangkat barang,, biasanya Botak kerja jadi kuli angkut di pasar namun dia kadang diberi upah yang tidak layak sama sekali,, karena Botak tidak terlalu mengerti dengan uang,, jadi orang sering curang pada Botak.

Azis mengipasi tubuhnya,, suhu di kampung nya memang benar-benar sangat panas meskipun saat ini terlihat mendung menandakan akan turun hujan.

"Jang,, tiga hari lagi kamu akan menikah,," ucap Azis,, bukannya Azis tidak tau mengenai waktu pernikahan Ujang,, tapi karena Ujang tidak pernah bercerita mengenai pernikahan nya,, Azis juga tidak berani untuk bertanya,, karena semakin dekat hari pernikahannya Ujang semakin irit bicara. Pria itu terlihat lebih sibuk dengan dirinya sendiri.

"Iya Bang,, nanti sore aku penataran pernikahan di KUA,," ucap Ujang tanpa ekspresi,, Ujang tampak lebih tertarik meraba kayu yang telah diamplas nya,, setelah Ujang merasa cukup halus,, Ujang pun segera menyusun kayu itu dengan jenis kayu yang sama.

Azis menatap Ujang dengan tatapan mata iba,, tapi Azis tau betul jika Ujang tidak suka dikasihani,, orang tidak bisa menerka-nerka apa isi hati pria gagah itu dengan badan berotot.

"Bang,, aku di suruh pakai kemeja putih,, celana hitam dan juga peci tapi aku belum sempat ke pasar untuk membeli itu," ucap Ujang.

"Gampang itu Jang,, kalau baju kamu pakai punyaku saja,, celana kamu bisa pakai punya anakku,,, kayaknya bentuk tubuh kalian tidak jauh beda,, dia baru beli kemarin celananya,, dia pakai ketika acara perpisahan,," ucap Azis.

"Iya Bang,, terima kasih Bang," ucap Ujang.

"Jang,, setelah kalian menikah,, Mentari tinggal disini kan Jang?" tanya Azis.

"Iya Bang,, terus mau dimana lagi kalau bukan disini,,, rumahku cuma ini saja Bang,, aku belum berniat pindah atau membuat rumah baru jadi mau tidak mau Mentari harus tinggal disini,, tapi tolong yah Abang rehab kamar yang di rumah panggung itu,, yang sudah lama tidak ditempati,, tempat tidurnya sedang aku pesan sekarang,, aku pesan spring bed saja yang praktis,," ucap Ujang.

"Nanti sore aku kerjakan Jang," ucap Azis.

"Tolong juga Bang temui Uwak Mustakim kita doa selamatan hari minggu disini,, setelah pesta di rumah Mentari sabtunya,, rencananya mendoanya habis shalat Maghrib saja Bang,, yang diundang orang terdekat saja karena aku juga tidak yakin akan banyak yang datang mengingat lokasi rumah ku yang terpencil ini," ucap Ujang.

"Baik Jang,, pokoknya kalau kamu perlu apa saja tinggal bilang padaku yah,, aku pasti akan membantu mu," ucap Azis.

Ujang lalu mematikan mesin amplas nya sambil tersenyum tipis pada Azis.

"Terima kasih Bang," ucap Ujang.

"Sama-sama Jang," ucap Azis dengan tulus. Seandainya saja Mentari bisa mencintai pria baik seperti Ujang pasti Ujang akan sangat bahagia,, terlalu banyak duka dimasa lalu yang dirasakan oleh pria sebatang kara ini,, duka yang hanya dibaginya untuk diri sendiri saja.

Sore harinya...

Mentari terus melihat ke luar jendela kantor KUA dengan perasaan resah,, jadwal skrening sebenarnya jam dua, tapi Ujang belum juga menampakkan dirinya sampai saat ini, petugas KUA terus saja melihat jamnya,, sambil sesekali berdehem kecil.

"Mana calonnya? ini sudah lewat lima belas menit,, saya ada jadwal menikahkan orang jam tiga,,"

"Sebentar yah Pak dia pasti sedang menuju kesini," ucap Mentari. Tiba-tiba suara motor Ujang terdengar,, dengan segera Mentari berjalan menuju pintu keluar,, Mentari menjemput Ujang dengan terburu-buru ingin sekali Mentari menumpahkan kekesalannya pada Ujang jika dia tidak malu pada petugas KUA.

"Abang kenapa sih terlambat?" tanya Mentari dengan kesal.

"Motorku tadi ban nya kempes jadi aku ke bengkel dulu tadi tambah angin," jawab Ujang sambil mematikan motornya. Mentari kesal bukan kepalang pertama skrening saja sudah terlambat seperti ini,, lagian Mentari sangat heran mengapa motor itu masih dipakai walaupun sudah tidak layak,, beribu pertanyaan masih ditahan Mentari.

"Ayo masuk,, kita sudah ditunggu oleh Pak KUA,,, dia ada jadwal menikahkan orang jam tiga," ucap Mentari sambil berjalan lebih dulu masuk ke dalam ruangan skrening,, ada tiga pasangan lain juga yang memakai baju yang sama dengan mereka,, mereka duduk bersama sambil bertatapan mesra,, sedangkan Ujang dan Mentari duduk dengan dipisahkan satu kursi kosong yang berada di tengah mereka.

Mentari duduk di kursi yang telah disusun menghadap ke meja utama,, disana Pak KUA duduk,, Pak KUA tampak memakai kacamata nya, lalu membuka berkas satu persatu sambil memeriksa peserta skrening.

Mentari dan Ujang kini mendengarkan dengan seksama wejangan dari Pak KUA. Jika Ujang mendengarkan dengan serius sementara Mentari merasa kepalanya saat ini sedang dipenuhi dengan ngaungan lebah, tidak ada satupun materi yang masuk di kepala Mentari.

Skrening selesai sebelum jam tiga,, Pak KUA kemudian mengatakan jika besok mereka harus datang tepat waktu,, ucapan peringatan itu diucapkan sambil melihat Ujang,, Mentari dan Ujang kemudian mengangguk.

Mereka saat ini tengah duduk di kursi tunggu yang berada di luar kantor KUA,, sedangkan pasangan yang lain masih berada di dalam,, mereka sangat enggan untuk berpisah.

"Hujan,, Tari," ucap Ujang memulai percakapan dengan Mentari karena sejak tadi Mentari masih betah dengan diamnya,, beberapa hari mereka tidak bertemu Ujang melihat Mentari semakin kurus,, matanya pun terlihat seperti kurang tidur.

"Iya,," ucap Mentari singkat,, tadi Mentari diantar oleh Ayahnya tapi Ayahnya pulang duluan karena mau menjemput Ibu Mentari yang tengah membeli perlengkapan pesta.

Hujan turun semakin deras,, dua orang yang sebentar lagi akan menyandang status suami istri itu masih saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,, Mentari diam,, wajah ceria itu terlihat sangat tidak bersemangat bahkan Mentari sejak tadi tidak menatap Ujang sama sekali.

Mentari semakin gelisah,, tidak lama lagi status nya akan berubah,, sebentar lagi dia akan menjadi istri Ujang,, rasanya Mentari ingin lari,, ingin menghentikan semuanya tapi itu sudah tidak mungkin lagi.

Terpopuler

Comments

matcha

matcha

duuuh tari🤨

2024-09-06

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Lho kan kemaren2 dia yg maksa ujang utk menikah dgn nya,,

2023-04-10

1

Devi Handayani

Devi Handayani

wahh galau nih si mentari🤔🤔

2023-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Cantik!!
2 Ingat wajahnya tapi tidak ingat namanya,,
3 Tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,,
4 Walaupun ini sudah terlambat tapi aku ucapkan terima kasih...
5 Takdir putus dengan kamu adalah takdir yang terbaik dan aku syukuri,,
6 Aku tidak pernah memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan aku,,
7 Tidak tertarik menanggapi nya,,,
8 Sikap seperti itu sangat dibenci oleh wanita,,
9 Aku menerima perjodohan aku dengan Abang,,,
10 Tari sudah pikirkan baik-baik Ayah,
11 Aku harap setelah ini status perjaka tua mu itu hilang,,
12 Aku tidak akan melepaskan kamu!
13 Lebih cepat lebih baik,,
14 Saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,,
15 Apa kamu bisa menerima aku apa adanya?
16 Air matamu tidak akan membuat ku menceraikan mu,,
17 Rumah Ujang...
18 Perlu bukti,, Tari?
19 Kamu terlalu kecil untuk aku,,
20 Dia baru tau makhluk bernama perempuan itu sungguh memusingkan...
21 Benci Abang,,
22 Sangat frustasi...
23 Abang marah?
24 Mood Mentari seketika memburuk...
25 Pertengkaran pengantin baru..
26 Selangkah lebih dekat...
27 Ingin cucu yang banyak...
28 Hanya tidak suka bukan cemburu,,,
29 Andaikan aku tau begini,,,
30 Bertemu mantan...
31 Melakukan hal yang iya-iya,..
32 Alergi wanita cantik...
33 Hamil muda?
34 Tidak sabar untuk menjadi Ayah...
35 Kok jadi kita yang ribut...
36 Akan banyak keanehan yang menanti..
37 Para pemuda yang iri,,,
38 Bahagia itu sederhana..
39 Buah cinta Ujang dan Mentari,,,
40 Jatuh cinta lagi...
41 Karena jodoh Ujang masih sekolah...
42 Ujang frustrasi...
43 Astagfirullah,,
44 Kepercayaan diri,,,
45 Ada yang tercecer...
46 Abang mau mati?
47 Anak kecil...
48 Manjanya minta ampun,,
49 Manfaatkan waktu,,,
50 Perubahan drastis yang tidak berarti...
51 Untung berat kalau tidak kena banting juga...
52 Salah sasaran...
53 Azis dirantai...
54 Bang Azis sekarang lagi tergila-gila berat padamu,,,
55 Jika Marni sudah gila,, aku masih waras,,
56 Marni yang tidak tau malu...
57 Tidak memenuhi perjanjian awal...
58 Wujudnya berubah....
59 Tari akan menunggu,,,
60 Cemburu lagi,,,,
61 Mentari yang sensitif...
62 Ada rasa iri,,,
63 Takut menjadi Ibu yang gagal....
64 Pikirkan matang-matang.,,
65 Tenggelam!!!
66 Indri iri...
67 Mengintip...
68 Nona sok cantik!!!
69 Membantu...
70 Sangat beruntung Mentari mendapatkan Ujang....
71 Berhasil meluluhlantahkan hati Ujang yang beku...
72 Saya ingin bertemu dengan dia!!!
73 Dengan Mentari semuanya sangat indah...
74 Ayo kita selidiki wanita itu terlebih dahulu,,,,
75 Tak perlu uang yang banyak untuk membuat dia tertawa...
76 Bertemu istri Ujang!!!
77 Berusaha keras untuk mengabaikannya...
78 Terpesona!!!
79 Andaikan Ujang adalah suaminya,,,,
80 Barang KW...
81 Uang bisa dicari, kebahagiaanmu adalah segalanya untukku!!!
82 Semuanya tidak sama lagi...
83 Kobaran api!!!
84 Apa aku bisa memegang janjimu?
85 Penyesalan Doni...
86 Bibit unggul...
87 Sudah tidak punya apa-apa lagi....
88 Lebih cepat dari apa yang aku duga,,,
89 Terdiam seribu bahasa...
90 Menginterogasi Doni....
91 Tugas,,,
92 Melakukan suatu hal yang besar,,,
93 Rencana Angelica...
94 Butuh pekerjaan...
95 Mencari nafkah,,
96 Keroyokan!!!
97 Berprasangka buruk pada suaminya sepanjang hari,,,,
98 Kebimbangan Doni...
99 Aku mencintaimu...
100 Memulai semuanya dari awal!
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Cantik!!
2
Ingat wajahnya tapi tidak ingat namanya,,
3
Tidak akan pernah mau menyukai sesuatu yang tidak mungkin bisa aku miliki,,
4
Walaupun ini sudah terlambat tapi aku ucapkan terima kasih...
5
Takdir putus dengan kamu adalah takdir yang terbaik dan aku syukuri,,
6
Aku tidak pernah memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan aku,,
7
Tidak tertarik menanggapi nya,,,
8
Sikap seperti itu sangat dibenci oleh wanita,,
9
Aku menerima perjodohan aku dengan Abang,,,
10
Tari sudah pikirkan baik-baik Ayah,
11
Aku harap setelah ini status perjaka tua mu itu hilang,,
12
Aku tidak akan melepaskan kamu!
13
Lebih cepat lebih baik,,
14
Saling diam dengan pikiran mereka masing-masing,,
15
Apa kamu bisa menerima aku apa adanya?
16
Air matamu tidak akan membuat ku menceraikan mu,,
17
Rumah Ujang...
18
Perlu bukti,, Tari?
19
Kamu terlalu kecil untuk aku,,
20
Dia baru tau makhluk bernama perempuan itu sungguh memusingkan...
21
Benci Abang,,
22
Sangat frustasi...
23
Abang marah?
24
Mood Mentari seketika memburuk...
25
Pertengkaran pengantin baru..
26
Selangkah lebih dekat...
27
Ingin cucu yang banyak...
28
Hanya tidak suka bukan cemburu,,,
29
Andaikan aku tau begini,,,
30
Bertemu mantan...
31
Melakukan hal yang iya-iya,..
32
Alergi wanita cantik...
33
Hamil muda?
34
Tidak sabar untuk menjadi Ayah...
35
Kok jadi kita yang ribut...
36
Akan banyak keanehan yang menanti..
37
Para pemuda yang iri,,,
38
Bahagia itu sederhana..
39
Buah cinta Ujang dan Mentari,,,
40
Jatuh cinta lagi...
41
Karena jodoh Ujang masih sekolah...
42
Ujang frustrasi...
43
Astagfirullah,,
44
Kepercayaan diri,,,
45
Ada yang tercecer...
46
Abang mau mati?
47
Anak kecil...
48
Manjanya minta ampun,,
49
Manfaatkan waktu,,,
50
Perubahan drastis yang tidak berarti...
51
Untung berat kalau tidak kena banting juga...
52
Salah sasaran...
53
Azis dirantai...
54
Bang Azis sekarang lagi tergila-gila berat padamu,,,
55
Jika Marni sudah gila,, aku masih waras,,
56
Marni yang tidak tau malu...
57
Tidak memenuhi perjanjian awal...
58
Wujudnya berubah....
59
Tari akan menunggu,,,
60
Cemburu lagi,,,,
61
Mentari yang sensitif...
62
Ada rasa iri,,,
63
Takut menjadi Ibu yang gagal....
64
Pikirkan matang-matang.,,
65
Tenggelam!!!
66
Indri iri...
67
Mengintip...
68
Nona sok cantik!!!
69
Membantu...
70
Sangat beruntung Mentari mendapatkan Ujang....
71
Berhasil meluluhlantahkan hati Ujang yang beku...
72
Saya ingin bertemu dengan dia!!!
73
Dengan Mentari semuanya sangat indah...
74
Ayo kita selidiki wanita itu terlebih dahulu,,,,
75
Tak perlu uang yang banyak untuk membuat dia tertawa...
76
Bertemu istri Ujang!!!
77
Berusaha keras untuk mengabaikannya...
78
Terpesona!!!
79
Andaikan Ujang adalah suaminya,,,,
80
Barang KW...
81
Uang bisa dicari, kebahagiaanmu adalah segalanya untukku!!!
82
Semuanya tidak sama lagi...
83
Kobaran api!!!
84
Apa aku bisa memegang janjimu?
85
Penyesalan Doni...
86
Bibit unggul...
87
Sudah tidak punya apa-apa lagi....
88
Lebih cepat dari apa yang aku duga,,,
89
Terdiam seribu bahasa...
90
Menginterogasi Doni....
91
Tugas,,,
92
Melakukan suatu hal yang besar,,,
93
Rencana Angelica...
94
Butuh pekerjaan...
95
Mencari nafkah,,
96
Keroyokan!!!
97
Berprasangka buruk pada suaminya sepanjang hari,,,,
98
Kebimbangan Doni...
99
Aku mencintaimu...
100
Memulai semuanya dari awal!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!