...Ternyata dicintai begitu besar lebih baik daripada mencintai begitu dalam tapi menyakitkan. ...
...~Azzelia Qaireen...
...***...
Zelia terkejut bukan main. Namun, dia tak marah saat mendengar suara suaminya yang berada di belakang tubuhnya.
"Baru pulang?" Tanya Zelia lalu bergerak melepaskan pelukan Frans dan mengambil gelas baru lalu mengisinya dengan air putih.
"Iya, Sayang," Sahut Frans sambil mengikuti langkah kaki Zelia kemanapun.
"Ayo ke ruang tamu dan minum. Kamu pasti capek kan?"
Zelia tak tahu kebiasaan Frans pulang kerja bagaimana. Yang pasti saat ini dia membawakan air putih karena menurutnya memang paling sehat untuk pulang kerja adalah meminum air putih.
"Minum dulu. Kamu pasti capek," Ujar Zelia memberikan gelas itu pada suaminya.
"Terima kasih, Sayang," Kata Frans dengan menerima gelas itu lalu segera meneguknya.
Zelia menatap wajah Frans dengan lekat. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang berbeda dari sana. Seakan wajah suaminya seperti terlihat tertekan akan sesuatu hal.
"Kamu baik-baik saja, 'kan?" Tanya Zelia yang membuat Frans menoleh.
"Ya. Aku baik-baik saja," sahut Frans tersenyum sambil mengangguk.
Zelia merasa jawaban itu bukan jawaban yang sebenarnya. Namun, dia tak mau memaksa Frans. Apalagi ini masih tahap pengenalan satu dengan yang lain.
Zelia ingin mengenal bagaimana Frans, bagaimana tingkah lakunya dan sifatnya. Dia akan memahami suaminya itu secara perlahan.
Tak lama Zelia menguap. Ya dia merasa mengantuk karena belum tidur sama sekali.
"Mengantuk?"
Zelia mengangguk. Dia mengusap matanya yang berair karena menguap.
"Aku belum tidur siang. Sejak tadi aku jalan-jalan keliling rumah ini, akkkk!" Zelia spontan melingkarkan tangannya di leher Frans.
Pria itu benar-benar langsung menggendongnya tanpa kata.
"Kenapa gak bilang? Kalau aku jatuh gimana?" seru Zelia dengan jantung berdegup kencang.
"Aku yang akan menjadi alas jatuhmu jika kamu jatuh," Kata Frans yang mulai berjalan memasuki lift dan membuat suasana di dalam semakin berdegup kencang.
Zelia merasa pipinya memerah. Semenjak menikah dengan Frans, dia semakin mudah untuk salting dengan sikap suaminya itu. Bahkan pipinya sudah tak terhitung berapa kali memerah bak kepiting rebus karena rayuan Frans yang tak kenal tempat.
"Jangan merayu. Ayo jalan!" Ujar Zelia tak mau mendengar ucapan dan rayuan Frans lagi.
Bibir pria itu melengkung ke atas. Pemandangan Zelia yang malu-malu selalu membuatnya bahagia. Hingga akhirnya dia menurunkan istrinya tepat di depan pintu kamar sebelum mereka masuk untuk beristirahat.
...***...
Sedangkan di rumah lain. Lebih tepatnya sebulan mansion besar dengan pilar besar yang menyangganya. Lalu berjajar mobil mewah di depan rumah menandakan jika pemiliknya bukan orang sembarangan.
Tuan Federick, ayah kandung Frans berjalan memasuki mansion utama. Dia langsung pulang setelah menemui putra tunggalnya.
"Bagaimana, Pa?" Tanya seorang perempuan dengan memakai pakaian yang mewah serta perhiasan menempel di tangan dan lehernya.
"King tak akan membelot. Dia pasti bertanggung jawab," Kata Tuan Federick sambil menyandarkan punggungnya di sofa.
"Iya itu sekarang. Besok, lusa atau nanti? Bagaimana?" Seru perempuan itu berdiri di depan Tuan Federick dengan berkacak pinggang. "Apalagi dia baru satu hari menikah dan sudah membuat masalah."
"Diamlah, Lau!" Seru Tuan Federick dengan menatap istrinya tajam. "Anakku bisa diandalkan."
"Charly juga bisa diandalkan. Perusahaan yang dikelola olehnya sukses dan berhasil," Kata Lau dengan suara yang melemah lalu dia memilih duduk di samping suaminya itu. "Biarkan Frans mengurus dunia hitam dan perusahaan utama dikelola oleh Charly."
Perempuan itu melingkarkan tangannya di lengan ayah Frans. Dia memberikan ciuman singkat di pipi pria paruh baya itu dengan wajah dia buat selucu mungkin.
"Jika itu keinginanmu. Maaf, Lau. Perusahaan itu milik Frans kapanpun itu. Aku membelinya menggunakan uang milik almarhum istriku dan dia mewariskan semuanya pada Frans. Jadi aku tak bisa mengambil hak putraku sendiri!" Kata Tuan Federick lalu melepaskan tangan istrinya dari lengannya dan dia langsung pergi.
Laura, perempuan yang jarak umurnya berbeda 5 tahun dengan Tuan Federick itu mengepalkan kedua tangannya. Dia menatap kepergian suaminya dengan perasaan marah. Sekian tahun dia meminta ini, suaminya selalu menjawab dengan perkataan yang sama.
Dirinya menatap tajam ke depan. Dengan pikiran yang sudah melanglang buana seakan memikirkan segalanya.
"Jika darimu aku tak bisa mendapatkannya. Maka aku akan membuat putramu sendiri yang menyerahkan perusahaan itu pada Charly!"
...***...
Waktu terus beranjak naik. Siang mulai berganti malam. Sepasang suami istri terlihat tengah berada di dapur dengan aktifitas yang begitu padat.
Zelia dan Frans. Dua manusia yang saling bucin itu terlihat tengah berperang dengan alat masak. Ya, mereka terlihat tengah menyiapkan makan malam sendiri tanpa bantuan pelayan satu pun.
"Jangan mengacaukan segalanya, Sayang. Duduklah dan biarkan aku yang melakukan semuanya," Kata Zelia membujuk sudah sekian kalinya.
Dia hampir saja meledak. Melihat suaminya yang bukannya membantu tapi malah menghancurkan segalanya. Dari memotong sayur yang dia bilang bisa tapi ternyata tak karuan.
Lalu mengusap bawang pun sudah dibilang untuk tinggalkan saja tapi dia memaksa untuk melakukan dan berakhir dengan mata pedih yang semakin membuat masakan lebih lama.
"Aku mau disini. Aku mau membantumu, Sayang. Aku tak mau kamu kelelahan!" Kata Frans dengan memeluk Zelia dari belakang.
Pria itu mencium tengkuk Zelia yang membuat perempuan itu merinding. Jujur jangankan dicium, merasakan hembusan nafas disertai pelukan di perutnya saja membuat jantung Zelia tak karuan.
Frans benar-benar mampu membuatnya ingin gila dengan segala tingkah bucinnya.
"Ini hanya memasak, Frans."
"Aku tau tapi aku takut… " Jeda Frans yang tak menyelesaikan ucapannya.
"Takut apa?" Tanya Zelia dengan bingung.
Tak ada jawaban. Frans hanya diam sambil menikmati pelukannya itu.
"Sayang katakan!" Bujuk Zelia yang sudah mulai terbiasa memanggil kata itu untuk Frans.
Dia berbalik lalu menatap kedua bola mata Frans yang tengah menatapnya dengan lekat.
"Aku takut jika disini," Kata Frans dengan mengangkat tangannya dan mengusap perut rata Zelia yang membuat perempuan itu merinding. "Sudah ada calon anak kita yang berkembang."
Jantung Zelia mencelos. Dia tak menyangka jika Frans sudah memikirkan jauh disana. Memikirkan anak dan keturunan yang belum terlintas di pikirannya sedikitpun.
"Apa kamu sangat menginginkan anak di antara kita?" Tanya Zelia yang seakan hanya kata itu yang mampu diucapkan sekarang.
Frans mengangguk. Dirinya menangkup kedua sisi wajah Zelia dan mencium hidung istrinya itu dengan mesra.
"Aku ingin memiliki keturunan darimu, Ze. Memiliki duplikat kecil sepertimu yang akan meramaikan rumah ini," Kata Frans dengan tatapan yang sulit diartikan.
Zelia seakan melihat rasa kesepian dalam diri suaminya itu. Dia merasa seakan Frans sangat ingin memiliki duplikat mereka bentuk kecil di antara mereka.
"Jangan menundanya yah. Aku ingin memiliki anak karena aku tak tahu sampai kapan akan terus bersamamu seperti ini."
~Bersambung
Nah nah huru hara keluarga Frans udah terlihat kan. Konfliknya mulai muncul nih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Nor Hikmah
akhirnya bikin mengharu lagi
2022-12-21
0
🌹Barcayl_Elquenna🌹
Memang ya 500 org dri 1001 ibu tiri, itu rata2 jahat dan tak tau diri. Udah syukur di kasih perusahaan, malah ngotot minta perusahaan hasil dri alm istri nya pula kau 😬😬😬
2022-10-05
1
Jeniramaini Jeni
kayaknya ibu tirinya Frans ini ingin menguasai perusahaan frans untuk anaknya,,, enak aja yg bain2 untuk Charli yg berbahaya untuk frans
2022-09-20
0