Tuan Besar Federick

...Sekalipun itu nyawa yang harus kuberikan padanya. Akan ku berikan sebanyak mungkin. Aku tak peduli bahaya di luar sana tapi yang pasti keberadaannya di sampingku akan menjadi penguat untukku. ...

...~Frans Federick Knight...

...***...

"Aww," Kata Frans meringis saat Zelia memberikan obat di ujung bibir suaminya itu.

"Sakit?" Tanya Zelia dengan menaikkan salah stau alisnya.

"Sakit, Sayang," Kata Frans merayu.

"Pukul orang gak sakit tapi diobati gini sakit," Ujar Zelia geleng-geleng kepala.

"Kalau aku gak pukul. Nasib kita gimana?"

"Ya kita lari," Jawab Zelia lalu mengambil kain kasa untuk membalut bekas goresan peluru di lengan atas Frans.

"Lari gak bakal bisa menyelesaikan semuanya, Sayang," Kata Frans membela diri.

"Jawab aja terus. Jawab?" Omel Zelia dengan bibir cemberut.

Frans tersenyum. Baru pertama kali ini dia melihat Zelia mulai nyaman dengannya. Melihat istrinya mulai memperlihatkan sikap dirinya yang sebenarnya.

Zelia yang banyak bicara, mengomel dan khawatir tentu membuat perasaan Frans merasa tak karuan. Jujur kedekatan ini membuatnya yakin bahwa dia bisa memenangkan perasaan istrinya.

"Kenapa lihatin aku segitunya?"

"Cantik," Sahut Frans yang membuat pipi Zelia memerah.

Zelia segera menata kotak obatnya lagi dan lekas berdiri.

"Aku akan membawakan air dan obat untukmu," Kata Zelia lalu tanpa menunggu jawaban dia lekas berjalan ke arah belakang meninggalkan Frans yang tersenyum penuh bahagia.

Dia benar-benar tak menyangka hidupnya jauh lebih berwarna setelah adanya Zelia di sampingnya. Hidup yang dulunya hanya tentang pekerjaan kini bisa dia rasakan berbeda setelah menikah.

Namun, senyuman Frans surut saat Anthony datang dan berdiri didekat meja ruang tamu.

"Ada apa, Thony?"

"Jangan lupa Anda memiliki jadwal ke kantor dan menemuo Tuan besar disana," Kata Anthony mengingatkan.

Frans menarik nafasnya begitu dalam. Dia menganggukkan kepalanya paham akan maksud Anthony kepadanya.

"Siapkan mobil. Aku akan berganti pakaian!" Ujar Frans bersamaan dengan Zelia datang membawa nampan berisi gelas dan obat disana.

"Baik, Tuan. Permisi!" Kata Anthony lalu menundukkan badannya sejenak sebelum dia pergi keluar untuk menyiapkan mobil tuannya.

"Mau kemana?"

Frans memberikan senyuman tipis. Dia menerima gelas berisi air putih dan obat itu dari istrinya.

"Aku harus ke kantor sebentar, Sayang. Ada pekerjaan yang tak bisa aku tunda," Kata Frans lalu mulai meminum obatnya.

"Tapi lukamu?" Kata Zelia menunjuk lengan suaminya.

Frans tersenyum. Dia meletakkan gelas itu di atas meja dan memegang dagu istrinya.

"Luka ini hanya luka kecil, Sayang. Aku juga hanya sebentar ke kantor. Jadi boleh kan?" Pamit Frans penuh kelembutan.

Kedua bola mata Zelia menatap kedua mata Frans yang menatapnya penuh harap. Dia tahu pekerjaan suaminya ini sama sepertinya. Apalagi perusahaan miliknya telah dipegang oleh Frans dan dipantau oleh suaminya itu.

"Boleh tapi ingat… jangan lama-lama."

"Iya, Sayangku. Bantu aku berganti pakaian!" Ajak Frans yang langsung membuat Zelia mengangguk.

Keduanya lekas berjalan ke arah kamar. Zelia dengan sigap membantu menyiapkan kemeja, jas dan celana untuk suaminya itu.

Sampai akhirnya saat Frans membawa kemeja. Tangannya yang kena goresan membuatnya meringis dan hal itu membuat Zelia lekas mendekat.

"Ayo!"

Dengan penuh perasaan Zelia membantu mengancingkan kemeja suaminya lalu memakaikan jasnya juga.

"Terima kasih, Sayang," Kata Frans setelah dirinya siap.

"Sama-sama," Sahut Zelia dengan mengangguk. "Apa aku boleh berkeliling rumah ini?"

"Tentu," Jawab Frans lalu mencium dahi Zelia sebelum dia pergi.

"Hati-hati."

...***...

"Baru datang?" Ucap suara seorang pria parib baya dengan nada setengah mengejek.

Pria dengan wajah tanpa senyuman dan rahang tegas itu tak mengubris. Dia hanya melirik jarum jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dia lalu duduk di kursi kebesarasannya dengan tenang.

"Apa yang membuatmu ingin bertemu denganku, Papa?" Tanya Frans dengan menatap wajah pria di depannya itu.

Sosok pria dengan aura yang tak kalah dominan dengannya. Sosok pria dengan tubuh masih tegap dan terlihat sangat sehat meski usianya sudah tak muda lagi. Sosok pria yang masih memiliki otot tubuh dengan rahang tegas itu duduk begitu tegak menatapnya.

"Apa yang sudah kau lakukan di kasino, King?"

"Aku tak melakukan apapun. Aku hanya membuang tikus kecil yang mencoba menggerogoti kita dari dalam," Jawab Frans dengan entengnya.

"Kau tau, dia adalah pengendali kasino terbesar untuk kita. Penghasilan kasino itu jauh lebih besar dari kasino yang lain," Ujarnya dengan serius.

"Aku tau, Papa. Tapi uang kasino sudah banyak yang dia lenyapkan. Lalu apalagi yang ingin kita pertahankan untuk tikus kecil sepertinya?" Ujar Frans dengan kilat marah di kedua bola matanya..

"Kau harus pandai bermain ketika bersama musuhmu, Nak!' ujar Tuan Federick, ayah Frans.

Pria paruh baya itu beranjak berdiri dari duduknya. Dia berjalan ke arah jendela untuk melihat pemandangan Kota New York dari sana.

" Jangan gegabah. Ingat, Frans! Musuh di luar sana menginginkan kedudukanmu runtuh!"

"Aku tau, Pa," Sahut Frans ikut berdiri dan berjalan mendekati sosok papanya.

"Tapi kau melakukan kesalahan!"

Frans terdiam. Dia tak menjawab perkataan papanya karena menurutnya apa yang dia lakukan sudah benar. Dia hanya ingin menyelamatkan apa yang bisa di selamatkan.

"Bagaimana kabar istrimu?" Tanya Tuan Federick dengan menatap wajah putranya begitu lekat. "Apa dia trauma dengan kejadian yang baru saja terjadi pada kalian?"

"Kau salah, Pa. Bahkan dia menjadi lebih kuat dari sebelumnya, " Jawab Frans dengan tegas. "Dia bukan gadis cengeng lagi seperti dulu."

"Papa yakin dia bisa menerima semua pekerjaanmu, Nak."

"Aku tak yakin, Pa. Dia adalah wanita berhati lembut yang aku kenal," Ujar Frans dengan serius. "Sedangkan aku, pembunuh berdarah dingin yang tak memiliki perasaan belas kasihan."

Tuan Federick menepuk pundak putranya. Dia tahu bagaimana perasaan Frans sekarang.

"Kau ingat bagaimana bundamu dulu kepada Papa?" Kata Tuan Federick yang membuat kepala Frans mengangguk. "Dia menerima semua masa lalu Papa. Keburukan, kekurangan dan apapun yang ada dalam diri Papa dia terima semuanya. Sampai dirinya meninggal. Dia membawa cintanya untuk Papa."

Mata Frans berkaca-kaca. Dia menghapus air mata yang selalu ingin keluar saat mengingat sosok ibunya.

"Tapi kenapa Papa menikah lagi?" Ucap Frans yang membuat bibir Tuan Federick terkunci. "Apa tak cukup cinta Bunda untuk, Papa?"

"Frans!"

"Meski aku anak Papa. Aku tak mau menjadi sepertimu!" Ungkap Frans dengan melepaskan tangan papanya dari pundaknya. "Aku akan setia pada istriku. Aku rela mengorbankan semuanya meski nyawaku sendiri yang harus kukorbankan!"

"Jangan gila, Frans!"

"Aku tak gila, Pa. Aku hanya ingin membuktikan pada Bunda. Bahwa dia masih bisa membanggakanku di atas sana setelah dikecewakan oleh Papa!"

~Bersambung

Maaf baru update yah. Aku 2 hari gak kerja, badan ngedrop lagi. Bener-bener badan gak bisa diajak begadang sekarang. maaf yah kalau updatenya berantakan

Terpopuler

Comments

Nor Hikmah

Nor Hikmah

aku terhuraaaaaa....
Fraaannnsss,,,wemoga kamu n Zelua tetap bersatu bingga akhir

2022-12-21

0

⁹⁴

⁹⁴

awalnya pasti kaget Zee kalau tau apa pekerjaan Frans.

2022-11-08

1

Jeniramaini Jeni

Jeniramaini Jeni

yaa ampun aku masih blm bisa move on dri kak Jim. setiap perlakuan Frans yg manis terhadap.Zeelia aku merasa itu adalah Kak Jim. pengen nangis 😭😭😭😭😭

2022-09-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!