...Ternyata rasanya dicintai dan mencintai adalah dua hal yang sangat amat berbeda dan ini adalah hal baru yang entah kenapa membuatku mampu melupakan semuanya. ...
...~Azzelia Qaireen...
...***...
Zelia menahan nafas saat wajah Frans semakin dekat dengan wajahnya. Dirinya tak bisa pergi atau kabur dari jeratan suaminya itu karena tangan Frans kanan dan kirinya mengurung dirinya.
"Kamu tau berapa lama kuharus menunggu sampai aku bisa sedekat ini denganmu?" Tanya Frans dengan wajahnya yang didekatkan di wajah Zelia dan hidung keduanya begitu dekat saling bersentuhan.
"Berapa?" Tanya Zelia pelan dengan menatap fokus kedua mata Frans yang sama sedang menatapnya.
"3 tahun lebih. Semenjak kamu masih bersamanya, Sayang," Ujar Frans dengan jujur.
Pria itu seakan menikmati keintiman ini. Hidung keduanya saling bersentuhan. Frans seakan ingin mencium bibir istrinya tapi ia tahantahan sebaik mungkin.
"Aku… "
"Jangan memaksa untuk melupakannya," Bisik Frans pelan yang membuat Zelia mematung tak percaya.
Mata gadis itu menatap kedua bola mata Frans. Dia menatap begitu dalam dan membuat pria itu mengangguk.
"Jangan memaksa untuk melupakan seseorang yang belum bisa kamu lupakan," Lirih Frans dengan mengangkat tangan kanannya lalu menyentuh pipi Zelia dengan pelan. "Tapi izinkan aku masuk di dalamnya dan mengganti semua tentangnya dengan kenangan kita."
Jantung Zelia benar-benar seperti berdegup kencang. Apa yang dikatakan oleh Frans memang benar. Jika kita memaksa untuk melupakan orang yang pernah ada dalam masa lalu kita. Itu bukan hal yang terbaik.
Namun, hal paling bagus untuk melupakan seseorang adalah dengan membiarkan namanya bersemayam di hati kita dan membiarkan orang baru masuk untuk membantu melupakan dia dari pikirannya.
"Kamu mengizinkannya?"
Mata Zelia bisa melihat keseriusan dalam bola mata Frans. Apalagi semua tingkah pria itu membuat Zelia tahu seberapa besar cinta pria itu padanya.
"Iya. Aku mengizinkanmu, Frans, " Sahut Zelia pelan dan membuat Frans langsung mencium bibir istrinya itu.
Bukan hanya sekedar ciuman. Namun, Frans mulai mengeksplorasi bibir wanita yang sangat dia cintai itu. Dia benar-benar menikmati ciuman ini hingga membuat Zelia yang mulanya diam tak membalas kini mulai menggerakkan bibirnya.
Wanita itu seakan tak mampu menolak pesona Frans. Bahkan tangan Zelia mulai berpindah di kepala Frans dan memegang rambutnya.
Bibir keduanya saling tak mau kalah. Bahkan Frans sampai menggendong tubuh istrinya dan dia duduk kan di meja wastafel yang membuat tangan Zelia semakin nyaman melingkar di leher Frans.
Suara cecapan keduanya tentu terdengar di seluruh penjuru kamar mandi. Namun, keduanya seakan tak saling ingin menghentikan. Sampai tangan Frans perlahan naik ke pegunungan indah yang masih tertutupi oleh gaun pernikahan.
"Frans!" Lirih Zelia saat bibir Frans sudah berpindah di lehernya.
Pria itu benar-benar mampu membuat Zelia pasrah di bawah kendalinya. Frans mencium dan mengecup leher istrinya dengan penuh perasaan. Keduanya bukan lagi anak muda jika soal hal seperti ini.
Baik Frans maupun Zelia, mereka sudah berkepala tiga dan membuat hormon keduanya sama-sama besar. Meski belum ada cinta di dalam hati Zelia. Bagaimanapun dia tahu makna menjadi istri dan kewajibannya.
Tubuhnya dan semua yang ada dalam dirinya sudah milik Frans. Sudah menjadi milik suami halalnya dan itu tentu membuatnya rela dan membiarkan pria itu menyentuhnya.
Sampai akhirnya Frans mulai merasa berat akan nafasnya. Dia tak tahan ingin menggauli istrinya. Namun, dirinya ingat ini masih di kamar mandi dan membuatnya harus memendam perasaan nafsunya yang sudah berada di puncak.
"Tahan sedikit lagi, Sayang. Kita masih harus keluar dan menyapa banyak tamu undangan," Bisik Frans setelah dia mencium bibir istrinya sebentar lalu melepaskannya.
Zelia merasa malu. Dia bahkan sampai menundukkan wajahnya dan membuat Frans tersenyum.
"Aku…"
"Aku sangat suka kamu yang tak menolak sentuhanku, Istriku," Bisik Frans pelan lalu menaikkan dagu Zelia hingga tatapan keduanya saling beradu pandang.
Dengan pelan Frans mengusap ujung bibir istrinya yang sedikit berantakan karena ulahnya.
"Ayo kita keluar. Terima kasih atas balasan ciumanmu yang membuatku semakin mencintaimu," Bisik Frans pelan lalu membantu Zelia turun.
Jujur semua sikap Frans membuat Zelia sejak tadi tak bisa mengatakan apapun. Seakan semua tingkah Frans sangat berbanding terbalik dengan pria di masa lalunya.
Frans adalah pria yang cepat tanggap. Dia akan melakukan apapun yang dia mau tanpa menundanya. Hal itu yang membuat dirinya tak bisa menolak pesona Frans.
Apa lagi kekurangan suaminya ini? Zelia bahkan berpikir Frans dengan setia mencoba berusaha mengambil hatinya disaat dia tahu jika dirinya belum mencintai Frans.
"Tak ada satu alasan yang tepat untukku untuk menolak dirinya. Frans adalah pria sempurna dan baik. Mungkin mencoba membiarkannya masuk ke dalam kehidupanku bisa membuatku jatuh cinta kepadanya."
...***...
Akhirnya dari semua acara kini sampai di penghujung akhir. Dimana akan ada acara keluarga wanita melepas kepergian pengantin wanita untuk ikut suaminya.
Semua susunan acara memang sudah diatur sedemikian rupa oleh Frans. Bahkan sampai acara terakhir ini. Frans sudah menyiapkan semuanya.
Ya dia akan membawa Zelia pergi dari sini. Dia akan mengajak istrinya untuk tinggal di negara dimana mereka akan memulai hidup baru disana.
"Pa," Lirih Zelia dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan menangis, Nak," Ujar Papa Zee dengan menghapus air mata anaknya yang mengalir tanpa permisi. "Kamu sudah menjadi tanggung jawab Frans. Papa bahkan yakin dia bisa membuatmu bahagia."
Zelia tak mampu mengatakan apapun lagi. Dia hanya bisa memeluk sosok pria paruh baya yang selama ini bersamanya. Sosok Papa yang selalu mengutamakan dirinya, sosok Papa yang selalu memantau dirinya walau Zelia sudah bukan anak kecil lagi.
"Aku gak mau jauh dari, Papa."
Zee tersenyum. Sebenarnya dia juga berat berpisah dengan putrinya. Namun, dirinya sadar jika tanggung jawab Zelia bukan tanggung jawab dirinya lagi.
"Papa titip Zelia yah. Tolong jaga dia seperti Papa menjaganya. Jika kamu tak sanggup. Kembalikan dia pada Papa dengan baik-baik," Ujar Papa Zee serius pada Frans yang berdiri di belakang Zelia.
Frans mengangguk tanpa ragu. "Aku tak akan pernah melepaskan Zelia, Pa. Aku akan menjaganya seperti aku menjaga diriku sendiri."
"Papa percaya padamu," Kata Papa Zee dengan serius. "Ayo, Ze. Kamu harus pergi."
Zelia dengan berat melepaskan pelukannya dengan sang Papa. Air matanya mengalir dengan deras.
"Papa harus jaga kesehatan dengan baik. Jangan terlalu capek dan harus minum obat dengan teratur. Janji?"
"Janji."
"Mbak tolong jagain Papa dengan baik. Aku percaya sama, Mbak," Kata Zelia pada suster yang selalu menjaga Papanya di rumah.
"Baik, Non."
Zelia akhirnya membalikkan tubuhnya. Dia menerima genggaman tangan Frans yang menggenggam tangannya. Kepalanya menoleh ke belakang. Dia melambaikan tangannya dan menatap orang-orang yang ia sayangi melepas kepergiannya.
Papanya, keluarganya dan sahabatnya.
"Selamat tinggal semua dan selamat datang kehidupan baru," Lirih Zelia pelan sebelum dia masuk ke dalam mobil dengan Frans yang membantu membukakan pintunya.
~Bersambung
Haha pada panas dingin kan? wlekkk kagak jadi haha. kaburrr.
Bantu promosi novel ini juga yah. kalau boleh sih hihi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Nor Hikmah
cepet dapat momongan nih klo bgnie,
2022-12-21
0
⁹⁴
yah kagak jadi Thor. kasihan ponakan kecil Frans 🤣🤣🤣🤣
2022-11-07
1
Deyenis
Jejak dulu kak
2022-10-12
0