Devan menatap Dania yang sedang duduk di depannya dengan menundukkan kepalanya.
"Sayang, maaf ya, aku harus pulang karena istriku memintaku untuk pulang sekarang," ucap Devan dengan nada lembut.
Dania menatap Devan lalu mengulas senyum kecut.
"Apa istrimu sedang sakit atau bagaimana sehingga dia meminta suaminya pulang lebih cepat atau kamu memang tidak memberikan alasan yang tepat pada istrimu itu," ucap Dania.
Sebisa mungkin Dania berpura-pura berat ditinggalkan oleh Devan padahal dalam hatinya dia merasa sangat bahagia karena bisa terbebas dari buaya yang hampir akan menerkamnya.
"Sepertinya, Bu Shena sudah melakukan tugasnya dengan baik," ucap Dania didalam hatinya.
"Sayang kamu jangan marah dulu ya, lain kali kita atur jadwal lagi untuk kita bertemu. Aku janji lain kali Susan tidak akan mengganggu kita."
"Ya sudahlah, terserah kamu saja lagi pula aku hanyalah simpanan yang gak mungkin kamu utamakan."
Dania berucap dengan nada kesal, sebisa mungkin dia membuat Devan percaya kalau dia memang benar-benar mencintainya.
"Jangan bicara seperti itu, sayang. Nanti kalau sudah saatnya kamu akan jadi istriku. Istri sah ku dan hanya kamu satu-satunya."
Dania tersenyum yang dipaksakan, "ya udah kamu pulang sana," ucapnya dengan nada lirih.
"Aku antar kamu pulang dulu."
"Tidak perlu, aku bisa naik taksi."
"Ya udah kalau gitu."
Devan mengambil lembaran uang kertas berwarna merah dari dalam dompetnya lalu memberikannya kepada Dania!
"Ambil ini untuk ongkos kamu pulang," ucap Devan sembari menyodorkan uang itu.
"Gak perlu, aku punya kok kalau cuma untuk bayar taksi," ucap Dania.
"Ambil saja, anggap saja ini bayaran untuk kamu karena kamu sudah menemani aku."
Dania menatap Devan dengan tatapan tajam.
"Apa maksud kamu?"
"Nggak, aku hanya bercanda. Uang ini untuk kamu untuk membeli apa pun yang kamu mau. Aku pergi dulu ya karena Susan sudah menungguku."
Devan langsung pergi dari tempat itu! Karena Dania tidak kunjung menerima uang itu akhirnya Devan meletakkan uang itu di atas meja.
Dania menatap kepergian Devan dengan tatapan penuh kemarahan.
"Kamu pikir semua bisa dibeli dengan uang? Kamu pikir kamu bisa membeli ku dengan nominal rupiah? Tidak Devan, aku melakukan ini semata-mata hanya aku kasihan kepada Bu Shena dan aku ingin melihat orang seperti dirimu merasakan kesusahan," ucap Dania didalam hatinya.
Dania terus menatap Devan hingga punggung laki-laki itu sudah tak terlihat lagi.
...****************...
"Sepertinya sudah terlalu lama kita di sini." Reyhan melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan waktu mulai malam.
"Kita pulang saja, Mas udah jam sepuluh malam nih," ucap Shena.
"Aku sampai lupa kalau aku membawa anak orang," ucap Reyhan dengan senyum di bibirnya.
"Ibu dan Bapakku pasti khawatir karena aku belum juga pulang."
"Ya udah, ayo kita pulang!" Devan bangkit dari duduknya.
"Maaf karena aku telat mengantarkan kamu pulang," sambung Reyhan.
Shena tersenyum tipis lalu dia segera berdiri di samping Reyhan.
"Tidak apa-apa, Mas. Ayo kita pulang!"
...****************...
Susan menangis sesenggukan, dia merasa sangat tersakiti oleh foto yang dikirim oleh orang yang tak dikenal yang dia sudah menduganya kalau orang yang mengirim foto itu adalah Shena karena wanita yang ada dalam foto itu adalah Shena.
"Sakit, kenapa sesakit ini padahal sekarang aku sudah menang aku sudah berhasil mendapatkan Devan," lirih Susan disela tangisnya.
Susan masih duduk di tepi ranjang dengan menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidurnya. Dia masih menunggu kedatangan sang suami untuk meminta penjelasan dari suaminya itu.
...****************...
Dania masih duduk di tempat semula, makanan dan minuman yang Devan pesankan untuknya sama sekali belum disentuhnya.
Dania merasa kesal kepada Devan karena sudah berpikir negatif padanya hingga membuat selera makannya hilang.
"Dania, kamu di sini? Sama siapa?" tanya seseorang terhadap Dania.
Dania menoleh ke arah suara!
"Kamu, kamu di sini juga?" Dania malah bertanya balik kepada orang yang baru menyapanya itu.
"Boleh aku duduk?"
"Boleh, silahkan saja."
Laura duduk di kursi bekas Devan duduk!
Laura adalah temannya Dania, mereka sudah berteman sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
"Ada dua porsi makan dan minuman tapi sepertinya masih utuh. Pesanan siapa ini?" tanya Laura.
"Tidak ada, kalau mau makan saja," ucap Dania.
"Dania, ini uang siapa?"
"Uangnya Pak Devan," sahut Dania.
Dania memang tak pernah merahasiakan apapun dari temannya itu.
"Uang Pak Devan? Kenapa bisa di sini?"
Laura nampak kebingungan karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Laura yang juga bekerja di tempat yang sama dengan Dania merasa sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan Dania dan Devan, mengapa ada uang milik bosnya itu di atas meja?
"Boleh dijelaskan, aku kebingungan kayak orang kesasar," ucap Laura.
"Ceritanya panjang, nanti aku ceritakan kalau udah waktunya."
Dania meraih tumpukan uang itu dari atas meja lalu memasukannya kedalam tasnya!
...****************...
"Jelaskan sama aku kenapa kamu bersama wanita itu?"
Belum juga Devan sampai ke dalam rumah, Susan langsung menyerang Devan dengan pertanyaan.
"Maksud kamu apa Susan?" Devan bertanya balik kepada Susan.
Devan mulai mengeluarkan jurus silat lidahnya untuk menutupi kesalahannya.
"Kamu habis bertemu dengan Shena 'kan? Bukan menghadiri pesta temanmu! Aku tahu kalau kamu berbohong padaku."
Devan berdiri dengan tanpa kata, dia merasa bingung dengan ucapan Susan. Dirinya baru bertemu dengan Dania tapi kenapa Susan mengatakan bahwa Shena yang bersamanya.
"Mas! Kamu tega ya."
Susan menangis sembari meninggalkan Devan yang sedang berdiri mematung.
"Susan! Susan! Tunggu dulu, maksud kamu apa? Aku benar-benar tidak mengerti."
Devan berjalan dengan langkah cepat berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Susan!
Susan langsung masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukan Devan yang terus berbicara padanya.
Devan meraih tangan Susan lalu menggenggamnya dengan erat.
"Susan, kamu kenapa? Apa yang sedang kamu bicarakan?" tanya Devan sembari menggenggam tangan Susan.
Susan menarik tangannya yang sedang dalam genggaman tangan Devan lalu mengambil ponselnya yang tadi dia lemparkan ke tempat tidurnya!
Susan memperlihatkan foto yang dikirimkan padanya oleh nomor yang tak dikenal itu.
"Lihat! Lihat ini, Devan. Kamu enak-enakan berduaan dengan wanita lain sedangkan aku di sini sibuk ngurusin anak kita yang sedang rewel karena dia sedang demam."
Susan berbicara dengan nada bicaranya yang tinggi, dia tak kuasa menahan amarahnya kepada sang suami.
Devan memperhatikan foto itu dengan seksama.
"Susan, dari mana kamu dapat foto ini? Ini editan. Ada orang yang berusaha merusak hubungan kita," ucap Devan.
"Tidak penting ini dari siapa, yang jelas dalam foto ini menunjukkan kalau kamu sudah berani mengkhianati aku."
Devan memeluk Susan dengan erat! Dia tak membiarkan Susan terlepas dari dekapannya meski Susan sudah berusaha untuk melepaskan diri.
"Aku tidak menemui Shena, aku berani bersumpah demi apapun kalau aku tidak menemui Shena," ucap Devan dengan sedikit berbisik.
Bersambung
Teman-teman sambil nunggu Dendam Cinta up lagi, yuk mampir ke novel karya teman author!
Judul: Medina Al-Akhmaar
Karya: Bhebs
Blurb:
Medina Al-Akhmaar putri mahkota kerajaan AlHambra Andalusia, sering menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk mengobati kesedihannya pada keadaan yang menimpanya selama hidup di kerajaan.
Raja Lukman Al-Akhmaar tidak menyukainya karena ia terlahir sebagai anak perempuan padahal sang raja sangat menginginkan anak laki-laki sebagai penerusnya kelak.
Kebiasaannya membaca buku dan novel membuat nya bercita-cita menjadi gadis biasa yang ada didalam kisah yang sedang dibacanya. Dan tiba-tiba saja ia berada di dalam Setting kisah 1001 malam yang sedang dibacanya.
Menjadi gadis biasa penjual kue di sebuah keluarga pada tahun 750 M. Gadis biasa yang sangat haus akan ilmu pengetahuan.
Akankah ia bisa bahagia di dalam dunia barunya atau ia harus dipaksa kembali ke dunia nyata?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments