#Dendam_Cinta_Bab_18

"Assalamu'alaikum!" ucap Reyhan sembari mengetuk pintu rumah Pak Rudy.

Reyhan berdiri didepan pintu, dengan setia dia menunggu adanya seseorang yang membukakan pintu itu untuknya.

Tak lama pintu itupun terbuka dan langsung nampak seorang wanita oleh bayar yang muncul dari balik pintu.

"Siapa ya dan ada perlu dengan siapa?" tanya Bu Ayu tanpa mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumah.

Reyhan tersenyum ramah kepada wanita yang menurutnya adalah Ibunya Shena.

"Saya Reyhan, Bu temannya Shena. Bu apa benar ini rumahnya Shena?" tanya Reyhan.

"Oh, temannya Shena. Iya benar ini rumahnya Shena, silahkan masuk, Nak!"

Bu Ayu mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Silahkan duduk, Ibu panggil Shena nya dulu."

Bu Ayu langsung pergi untuk memanggil Shena yang sedang berada di kamarnya!

Reyhan duduk di kursi butut yang sudah usang dimakan zaman itu! Dia menatap sekeliling rumah tua itu.

Entah apa yang ada dalam pikiran Reyhan saat melihat kondisi rumah Shena yang nampak sudah tua dan jelek itu.

"Rumahnya jelek ya? Berbeda jauh dengan rumah Anda," ucap Shena yang sedang berdiri dibelakang Reyhan.

Reyhan menoleh ke arah Shena!

"Shena," ucap Reyhan.

"Tidak begitu juga, saya hanya melihat-lihat foto yang terpajang di dindingnya," sambung Reyhan.

Shena tersenyum lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Reyhan.

Di ruangan tengah, Pak Rudy mengintip dari balik dinding lalu berjalan menghampiri Bu Ayu yang sedang duduk sambil menonton televisi!

"Bu, siapa itu?" tanya Pak Rudy pada sang istri.

"Katanya temannya Shena, Pak," sahut Bu Ayu.

"Sepertinya dia orang kaya ya, Bu."

"Bapak, sok tahu. Memangnya kelihatan dari apanya, kok Bapak tahu dia orang kaya?"

"Dari penampilannya saja sudah beda, Bu. Dua bawa mobil atau motor Bu?"

"Jalan kaki Pak," ketus Bu Ayu.

"Apa, jalan kaki?"

"Ya bawa mobil lah, Pak. Anak kita itu cantik masa punya teman jalan kaki."

"Ibu, gak boleh gitu Bu. Pamali."

"Iya, Pak, Ibu hanya bercanda kok."

Di ruang tamu.

"Shena, kita langsung berangkat aja yuk!" ucap Reyhan mengajak Shena untuk segera pergi.

"Baik, Pak," sahut Shena.

"Shena, panggil saya Reyhan saja kalau sedang berada di luar kantor dan diluar jam kerja," jelas Reyhan.

"Baik, Pak. Eh maksudnya Mas." Shena tersenyum tipis sembari menatap Reyhan.

"Mas?" Reyhan mengulang perkataan Shena.

"Iya, saya gak enak kalau harus manggil nama jadi saya panggil Mas saja," sahut Shena.

Shena merasa canggung jika harus manggil nama bosnya itu selain karena Reyhan adalah atasannya di kantor, Reyhan juga berusia lebih tua darinya.

"Ya sudah, terserah kamu nyamannya manggil apa. Yuk kita pergi!"

"Pak! Bu!" Shena memanggil Pak Rudy dan Bu Ayu dengan sedikit menaikan nada bicaranya.

Pak Rudy dan Bu Ayu pun langsung datang ke ruangan itu!

"Ada apa, Nak?" tanya Pak Rudy.

"Bu, saya mau minta izin untuk mengajak Shena makan malam di luar. Apa boleh saya mengajaknya pergi?" ucap Reyhan.

"Oh, boleh tapi ingat jangan pulang terlalu larut sama balikin anak Bapak seutuhnya ya, sama seperti kamu bawa dia pergi saat ini," ucap Pak Rudy.

Reyhan tersenyum lalu menundukkan kepalanya sesaat.

"Bapak bisa saja. Bapak dan Ibu tenang saja, saya bukan seekor harimau buas yang akan memangsa apapun yang ada didekatnya. Shena akan saya kembalikan dengan keadaan sempurna seperti sedia kala tanpa adanya kekurangan suatu apa pun," ucap Reyhan.

"Ibu percaya, anak Ibu gak akan memilih teman yang salah," ucap Bu Ayu.

"Ya udah, Pak, Bu aku sama Pak– eh maksudnya Mas Reyhan, berangkat dulu ya," ucap Shena.

Pak Rudy dan Bu Ayu hanya menanggapi perkataan Shena dengan anggukan.

Shena dan Reyhan pun langsung pergi meninggalkan rumah Pak Rudy!

...****************...

Di rumah Devan dan Susan.

"Sayang, kamu mau kemana sih? Malam-malam dandan seperti ini," ucap Susan sembari menggendong bayinya.

"Aku mau ...." Devan menggantung ucapannya.

Devan nampak kesulitan mencari alasan kepada Susan agar istrinya itu tidak curiga padanya.

"Mau kemana?"

"Aku mau menghadiri pesta lajang nya temanku," ucap Devan.

Untungnya Devan ingat dengan acara pesta temannya yang akan diselengarakan satu minggu lagi.

"Pesta lajang?" Susan memasang wajah penuh pertanyaan.

"Iya, temanku ada yang mau nikah jadi dia membuat pesta kecil-kecilan dan hanya mengundang teman dekat dan hanya laki-laki saja," jelas Devan.

"Aku baru dengar ada yang namanya pesta lajang."

"Sayang, sebagian orang ada yang suka membuat pesta lajang, ya untuk melepas masa lajangnya dan juga masa kebebasannya saat orang itu belum menikah," jelas Devan lagi.

"Oh gitu."

"Ya udah ya, sayang. Aku pergi dulu, aku cuma sebentar kok."

Devan mengusap pucuk kepala Susan lalu mencium keningnya.

"Kamu hati-hati ya," ucap Susan.

"Iya, sayang. Kamu juga hati-hati di rumah ya, jaga anak kita dengan baik."

Devan mulai pergi meninggalkan rumahnya! Sebenarnya dia ingin pergi menemui Dania dan bukan untuk menghadiri pesta temannya.

...****************...

Reyhan mengajak Shena makan di restoran mewah yang ada di kotanya, mereka duduk di kursi khusus yang sebelumnya sudah dipesan oleh Reyhan.

Tempat itu sangat romantis dengan minimnya pencahayaan dan dengan diiringi musik dan hanya ada mereka berdua di ruangan itu semakin menambah suasana romantis saat itu.

"Mas, serius kamu ngajak aku makan di tempat ini?" tanya Shena yang sudah duduk di kursi yang disiapkan oleh Reyhan.

"Iya, tentu saja," sahut Reyhan.

Shena terdiam, dia teringat masa lalunya yang begitu indah dengan Devan.

Dulu Devan sangatlah romantis namun ternyata janji manisnya hanyalah tipuan semata untuk mendapatkan apa yang Devan inginkan darinya.

"Shena, kamu kenapa kok malah bengong?" tanya Reyhan.

"Enggak, Pak eh maksud saya, Mas. Saya agak gimana gitu diajak makan di tempat seperti ini," sahut Shena.

"Kamu jangan berpikiran macam-macam tentang saya, saya tidak akan apa-apain kamu kok."

Shena tersenyum tipis lalu menundukkan kepalanya.

Bersambung.

Teman-teman mampir juga ke karya author yang lain ya dengan judul : Terpaksa menikah

Cuplikan bab:

Setelah melewati proses yang cukup lama, akhirnya Rea sudah selesai menjalani operasi dan setelah melewati masa pemulihan, Rea dipindahkan ke ruangan perawatan.

Di ruangan pribadi Dokter Sonya.

"Soy, aku minta untuk sementara waktu tolong rahasiakan tentang semua yang terjadi pada Rea," ucap Raka.

"Gak bisa, Raka. Aku tidak mau menanggung resikonya," sahut Sonya.

"Tolong, Soy. Aku akan memberitahu Rea kalau sudah waktunya. Rea akan sedih karena kehilangan bayinya aku takut dia gak kuat menerima kenyataan kalau dia juga kehilangan rahimnya, aku takut dia kenapa-kenapa," jelas Raka.

Sonya menatap Raka penuh iba. Bagaimana tida, sahabatnya itu terlihat begitu lelah dan sedih karena musibah yang menimpa istrinya.

Sonya menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan.

"Baiklah. Tapi kamu harus pastikan, Rea tidak menuntut aku dan pihak rumah sakit dengan tuduhan membohongi pasien." (Sonya)

"Aku pastikan hal itu tidak akan pernah terjadi. Aku pasti memberitahu Rea setelah Rea benar-benar pulih." (Raka)

Sonya tersenyum kepada Raka. "Sabar ya, kamu pasti bisa melewati semua ini."

Raka menanggapi permintaan Sonya hanya dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.

"Kamu boleh menemui Rea, sekarang," ucap Sonya.

"Terimakasih."

Raka segera pergi dari ruangan Sonya lalu memasuki ruangan perawatan Rea!

Setelah tiba di ruang perawatan Rea. Raka duduk di kursi yang ada di samping hospital bed! Raka meraih tangan Rea lalu menggenggam tangan itu sambil sesekali menciumnya.

Raka meneteskan air mata, ia sangat terpukul atas kejadian yang menimpa istrinya.

Tak lama Santi tiba di ruangan itu.

"Sayang." Santi berjalan menghampiri Raka!

Raka melihat siapa yang datang. "Mama," ucapnya.

Air mata Raka masih berbekas di pipinya, Santi mengelus punggung putranya sambil berusaha menenangkan putra satu-satunya itu.

"Sabar ya, Raka. Semua ini cobaan," ucap Santi.

Raka memeluk Santi! Tangisnya pecah saat berada dipelukkan sang ibu.

Tika tiba di ruangan itu dan langsung menghampiri Raka dan Santi!

Tika yang melihat pemandangan memilukan itu meneteskan air matanya, ikut merasakan sakit yang dialami Raka.

Tika mendekati Rea lalu mencium kening putrinya.

Tanpa kata, Tika terus mengelus pucuk kepala Rea dengan air mata yang tak pernah surut.

"Aku suami yang gak bisa menjaga istri dan calon anakku sendiri. Maafkan aku," lirih Raka.

"Ini musibah. Jangan menyalahkan diri-sendiri," ucap Tika.

Raka terus meneteskan air matanya, ia tak kuasa menahan tangisnya.

"Raka, ini takdir yang harus kamu dan Rea terima. Kamu harus ikhlas nanti juga Rea pasti hamil lagi," ucap Santi.

Santi dan Tika tidak mengetahui kalau sebenarnya Rea sudah tidak memiliki rahim lagi karena memang Raka tidak memberitahu mereka tentang semua yang terjadi kepada Rea.

"Rea gak bisa hamil lagi, Ma. Karena Rea sudah tidak memiliki rahim," ucap Raka didalam hatinya.

Rea tersadar, ia mulai menggerakkan tangannya dan perlahan membuka matanya.

"Aku dimana?" gumam Rea sembari mengedarkan pandangannya.

Raka menghampiri Rea lalu menggenggam tangannya.

"Kamu di rumah sakit, sayang," ucap Raka.

Santi dan Tika berdiri di samping hospital bed yang Rea tiduri.

"Mama," ucap Rea.

"Iya, sayang," sahut Tika.

Rea meletakkan tangannya diatas perutnya! Dan alangkah terkejutnya ia saat merasakan perutnya yang rata dan sudah tidak gendut lagi.

"Bayiku," lirih Rea.

Raka dan Tika saling pandang.

"Bayiku mana? Kenapa perutku tidak buncit lagi?" ucap Rea.

"Sayang, kamu yang sabar ya," ucap Tika.

"Apa, kenapa? Bayiku mana?" (Rea)

"Kita kehilangan calon bayi kita. Kecelakaan yang menimpamu membuat kamu keguguran," jelas Raka dengan nada lirih.

"Apa?" Rea menangis.

"Tidak mungkin. Aku mau bayiku, kembalikan bayiku," ucap Rea dengan tangis yang semakin deras.

Raka memeluk Rea dengan penuh kasih!

"Sabar, sayang. Ini cobaan untuk kita," ucap Raka.

"Apa salahku sehingga aku harus kehilangan bayiku. Kenapa aku dihukum sampai seberat ini," ucap Rea.

Raka terus memeluk Rea sambil terus mengelus pucuk kepalanya.

"Sayang, kamu harus ikhlas," ucap Santi.

Tika menatap putrinya yang tengah menangis dipelukkan Raka.

Tika ikut merasakan sedih dan sakit yang dirasakan oleh putranya.

****************

Jasson sedang berada di salah satu kafe yang terdapat tidak jauh dari rumah sakit tempat Rea dirawat.

"Terus kabari saya, tentang perkembangan Rea dan Raka," ucap Jasson kepada salah satu perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut.

"Saya akan selalu memberitahukan semuanya kepada Anda asalkan Anda tidak mencelakakan keluarga saya," ucap Vika.

Vika bekerja sebagai perawat di rumah sakit itu, ia terpaksa harus melakukan perintah dari Jasson karena Jasson mengancam akan menyakiti keluarganya jika ia tidak melakukan perintah dari Jasson.

"Keluarga kamu, aman selama kamu menuruti semua keinginan saya," ucap Jasson.

Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!