#Dendam_Cinta_Bab_19

Devan datang ke rumah Dania untuk menjemputnya, mereka akan makan malam bersama di luar.

"Permisi, Bu. Dania nya ada?" tanya Devan kepada wanita yang mungkin adalah ibunya Dania.

Kebetulan saat Devan tiba di depan rumahnya Dania, di sana ada seorang perempuan paruh baya yang sedang duduk di kursi teras rumah Dania.

"Ada, Nak. Maaf dengan siapa ya?" tanya wanita paruh baya itu.

"Saya Devan, Bu. Bosnya Dania," sahut Devan.

Tak ingin diragukan oleh wanita paruh baya itu, Devan mengatakan siapa dirinya kepada wanita itu.

"Oh, Bosnya Dania, silahkan masuk!"

"Saya tunggu di sini saja Bu karena kami akan langsung pergi."

"Kalau gitu duduk saja di sini! Sebentar Ibu panggilkan Dania nya dulu."

Wanita paruh baya itu langsung pergi untuk memanggil Dania yang sedang berada di kamarnya!

Devan duduk di kursi yang berada di teras rumahnya Dania, dengan sabar dia menunggu kedatangan Dania.

Di dalam Rumah.

"Dania, kamu janjian sama bos mu?" tanya wanita paruh baya itu kepada Dania.

Tanpa mengetuk pintu, wanita itu masuk ke dalam kamar Dania.

"Eh Bibik, iya Bik aku janjian sama dia. Dia udah datang ya?" ucap Dania.

Ya, wanita paruh baya itu adalah Bibik nya Dania. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Dania tinggal bersama adik dari ibunya yang biasa dia panggil dengan sebutan Bibik.

"Iya. Tuh dia nunggu di depan."

"Bik, aku pergi dulu ya," ucap Dania sembari mencium punggung tangan Bibik nya.

"Kamu yakin, sama dia? Yang Bibik tahu dia sudah memiliki istri."

"Bik, aku dengan Pak Devan itu tidak ada hubungan apa-apa, kami hanya sebatas berteman saja. Bibik tidak udah khawatir, aku tidak mungkin merebut suami orang meski laki-laki itu sangat kaya," jelas Dania.

"Bibik percaya sama kamu, jangan kecewakan Bibik ya apalagi kedua orang tuamu. Meski mereka sudah tidak ada tapi mereka tahu apa yang kamu lakukan di sini."

"Iya, Bibik tidak usah khawatir, aku selalu mengingat peran orang tuaku dan juga pesan dari bibik tentunya."

"Ya sudah. Cepat pergi! Kasihan dia udah nunggu kamu sampai selama ini."

Dania tersenyum lalu mulai pergi meninggalkan Bibik nya di dalam kamarnya!

"Mas, udah lama ya nunggu aku?" tanya Dania.

Devan menatap Dania yang masih berdiri di depan pintu dengan mata yang tak pernah berkedip satu kali pun.

"Mas!" ucap Dania dengan menambah volume bicaranya.

"Eh, iya Dania, ada apa?" tanya Devan.

"Kita mau berangkat sekarang atau kamu mau minum dulu?"

"Kita pergi sekarang saja deh."

Dania tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

Mereka berdua langsung pergi ke tempat tujuan mereka!

...****************...

Setelah lumayan lama, Shena dan Reyhan sudah selesai dengan makan nya, namun Reyhan tak langsung mengajak Shena pulang karena dia ingin mengobrol lebih lama lagi dengannya.

"Shena, terimakasih ya sudah mau menemani saya makan malam," ucap Reyhan.

"Iya, Mas sama-sama. Seharusnya aku yang terimakasih karena sudah diajak makan di tempat yang seperti ini," sahut Shena.

"Shena, apa bisa kita berteman dekat? Apa boleh aku mengenal kamu lebih jauh lagi?"

"Berteman? Tentu saja boleh tapi apa tidak masalah ya kalau, Mas menjalin pertemanan dengan karyawan, Mas sendiri? Rasanya aneh aja gitu ada bos yang berteman dengan karyawannya apalagi saya ini hanya karyawan biasa."

"Kenapa harus bermasalah, kita sama saja, sama-sama anak manusia dan lagi aku tidak pernah memilih dengan siapa aku harus berteman."

"Ya, aku rasa agak aneh aja gitu, masa seorang bos bergaulnya sama orang kalangan bawah."

"Ssuut. Jangan bicara seperti itu, bagiku kita tidak ada bedanya. Kita sudah sama-sama dewasa jadi aku rasa kamu tahu dan mengerti maksud saya."

"Maksudnya gimana? Aku benar-benar tidak mengerti, Mas."

"Shena, aku tahu ini terlalu cepat tapi jujur saat pertama kali kita bertemu aku sudah merasakan sesuatu yang berbeda padamu."

"Mas, aku rasa ini terlalu cepat lagian, Mas belum kenal saya dan begitu juga saya yang belum mengenal, Mas."

Reyhan tersenyum lebar selebar bibirnya.

"Sudahlah jangan pikirkan itu, aku hanya ingin kamu tahu saja. Kalau kamu belum siap dan belum bisa menjawabnya, aku akan menunggu."

Shena mengulas senyum di bibir ranumnya.

"Terimakasih."

Drrt!

Drrt!

Drrt!

Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba ponsel Shena bergetar tanda adanya pesan masuk.

Shena langsung melihat siapa yang mengirim pesan padanya!

Tertera nama Dania pada layar ponselnya, dia pun langsung membaca pesan itu.

📩 ["Bu, Saya sedang berada di kafe bersama Pak Devan. Tolong cari cara agar kami tidak berlama-lama berduaan, saya takut karena Pak Devan mulai berani bersikap tidak sopan pada saya."]

Setelah membaca pesan itu, Shena segera membalas pesan dari Dania itu.

"Mas, aku izin untuk membalas pesan dari teman dulu ya," ucap Shena kepada Reyhan.

Shena merasa tidak enak jika main ponsel saat sedang mengobrol dengan Reyhan, akhirnya dia memutuskan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada Reyhan.

"Boleh, silahkan saja," sahut Reyhan.

Shena tersenyum lalu segera mengetik sebuah pesan untuk Dania.

📩 ["Kamu tenang saja, dia gak bakal berani macam-macam selama berada di tempat yang ramai."]

📩 ["Duduklah di tempat yang dekat dengan pengunjung lain. Saya akan menghubungi Susan agar meminta Devan untuk pulang."]

Setelah mengirim pesan kepada Dania, Shena mengirim foto dirinya yang sedang bertemu dengan Devan namun dengan menggunakan ponsel yang lain yang tidak ada seorangpun tahu selain dirinya.

Shena mengirim foto terbaik yang Dania tangkap dengan kamera ponselnya dengan caption, "Ternyata indah ya pacaran sama suami orang."

Shena tersenyum misterius setelah mengirim fotonya kepada Susan.

Shena menaruh kembali ponselnya ke dalam tasnya lalu menatap Reyhan dengan senyuman di bibirnya.

"Maaf ya, Mas membuat, Mas harus menunggu," ucap Shena.

...****************...

Di rumah Devan.

Susan merasa sangat marah saat membaca pesan dari nomor yang tak dikenal namun dia tahu orang yang mengirim pesan padanya itu adalah Shena.

Susan mulai menangis karena terbakar api cemburu, nafasnya terengah-engah karena menahan amarahnya.

Dia langsung menelpon Devan untuk meminta suaminya itu segera pulang.

📞 "Mas, aku minta kamu segera pulang." ucap Susan setelah Devan menerima telpon darinya.

📞 "Sayang, acaranya belum selesai. Teman-teman kami belum kumpul semua," ucap Devan.

📞 "Bohong! Sekarang kamu sedang bersama wanita itu 'kan?"

Devan menatap Dania yang sedang duduk di hadapannya. 📞 "Sayang kamu bicara apa sih? Aku tidak mengerti?"

📞 "Sekarang juga kamu pulang atau aku akan membuat wanita itu menderita seumur hidupnya!"

Susan memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

"Aaaa!" Susan berteriak lalu melemparkan ponselnya ke tempat tidurnya!

"Tega kamu, melakukan ini padaku," gumam Susan.

Bersambung

Teman-teman, mampir juga ya ke novel karya author yang lain dengan judul: Tiba-tiba Menikah.

Cuplikan bab:

"Ini pakaianmu," ucap Rendy sembari memberikan pakaian itu, "aku gak tahu harus mengambil yang mana. Kamu pilih aja baju yang mau kamu pakai," sambung Rendy lagi.

Liana mengambil pakaiannya dari tangan Rendy! "Terimakasih," ucapnya singkat.

Liana memilih pakaian yang suaminya ambilkan tadi, setelah ia menemukan pakaian yang akan dikenakannya Liana segera masuk kedalam kamar mandi untuk memberikan diri.

Selagi Liana di kamar mandi, Rendy memilih membaringkan tubuhnya di tempat tidur sekujur tubuhnya terasa sakit akibat pertempuran yang terjadi siang tadi.

Setelah dua puluh menit akhirnya Liana selesai dengan ritual mandinya, ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian yang tadi diambilkan suaminya.

Setelah melangkahkan kakinya beberapa langkah, pandangan Liana tertuju kepada sang suami yang tengah berbaring ditempat tidurnya.

Liana melangkahkan kakinya menghampiri suaminya! "kalau lagi tidur, ganteng juga. Kamu pasti capek? terimakasih sudah mau menolongku," ucap Liana dengan nada pelan.

Rendy yang memang tidak tertidur, membuka matanya lalu menggenggam tangan Liana.

"Kalau mau bicara, tunggu orangnya melek dulu," ucap Rendy dengan senyum tipis dibibirnya.

"Aku pikir, kamu tidur," ucap Liana sambil memalingkan wajahnya karena ia merasa malu terhadap Rendy.

"Aku memang sudah tampan dari lahir, kamu baru sadar?" ucap Rendy dengan tangan yang terus menggenggam tangan Liana.

"Siapa yang bilang kamu tampan," ucap Liana, kini wajahnya memerah karena terlalu malu.

"Aku mendengar ucapanmu, tadi," ucap Rendy dengan sedikit menggoda Liana.

Liana semakin malu karena ketahuan memuji suaminya. Liana bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju sofa yang ada di dalam kamar Rendy.

"Kamu bau keringat. Mandi sana biar wangi," ucap Liana mengalihkan pembicaraan.

Rendy mencium aroma tubuhnya, tapi ia tidak mencium bau keringat tubuhnya masih wangi parfum yang ia pakai tadi pagi.

Rendy tersenyum sembari menghampiri Liana! ia tahu kalau saat ini Liana sedang mengalihkan pembicaraan mungkin karena Liana gengsi untuk mengakui kalau sebenarnya Liana sudah menyukai Rendy.

"Kalau udah cinta, bilang aja. Biar kita bisa jadi pasangan suami istri sungguhan," ucap Rendy

"Sekarang juga udah jadi suami istri sungguhan. Tapi cintanya belum tumbuh," saut Liana tanpa memandang suaminya.

"Kalau gak disiram, gimana cintanya mau tumbuh?" ucap Rendy lagi.

"Aku sedang berusaha untuk menumbuhkan cinta itu. Aku harap kamu juga berusaha untuk mencintaiku dan mulai melupakan kekasihmu," ucap Liana dengan penuh harap.

Rendy tak langsung menjawab ucapan Liana, biar bagaimana pun juga Jenny adalah wanita yang sangat ia cintai, tidak mudah baginya untuk melupakan masa lalunya dengan Jenny.

"Kalau terlalu berat jangan dipaksakan. Mumpung belum ada cinta dan belum terjadi apa-apa diantara kita, ada baiknya sudahi saja hubungan ini," ucap Liana kepada Rendy.

Liana tak ingin memaksakan cinta. Karena cinta yang dipaksakan akan buruk nantinya, seperti yang sudah dialami oleh ibunya.

Dulu ibunya Liana pernah menikah karena dijodohkan dan akhirnya pernikahannya tidak berlangsung lama karena tidak ada kebahagiaan dalam rumah tangganya.

Liana tidak ingin kejadian yang menimpa ibunya dahulu, terjadi dalam kehidupannya juga.

"Kenapa diam. Aku hanya memberi saran," ucap Liana lagi karena Rendy masih terdiam seolah tak ada yang berbicara dengannya.

"Jujur, aku sudah mulai mencintaimu," ucap Rendy dengan pandangan yang tertuju tepat pada bola mata Liana, "aku nyaman saat bersama denganmu, aku juga mulai merasakan rindu saat kamu jauh dariku. Rasa ini sama persis seperti yang aku rasakan kepada Jenny dahulu," jelas Rendy kepada Liana.

"Lalu bagaimana dengan, Jenny?" ucap Liana.

"Aku sudah mulai melupakannya bahkan aku lupa padanya saat kita sedang bersama," saut Rendy berbohong kepada Liana.

Rendy yang mulai mencintai Liana tak ingin Liana tahu kalau sebenarnya ia masih mencintai Jenny.

"Aku tidak yakin," ucap Liana dengan nada lirih.

"Aku akan menunggumu sampai kamu yakin kepadaku," ucap Rendy sembari mengelus punggung tangan Liana.

"Katanya, kecewa dalam bercinta akan sangat sulit terobati. Aku harap setelah cinta hadir dalam hubungan kita, kamu tidak akan pernah menodai kesucian cintaku," ucap Liana penuh permohonan.

"Aku janji tidak akan mengecewakan istriku ini," ucap Rendy sembari tersenyum kepada Liana.

Liana membalas senyuman suaminya, "Semoga janji yang kau ucapkan barusan tidak akan pernah kamu ingkari," ucap Liana.

Keduanya sama-sama terdiam lalu saling pandang satu sama lain, beberapa menit kemudian keduanya tertawa kecil.

"Cepat mandi, tubuhmu bau," ucap Liana sambil tertawa kecil, meninggalkan obrolan serius tadi.

Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!