"Pagi teman-teman," ucap Shena kepada dua temannya.
"Baru berapa hari kerja udah dijemput sama Pak Reyhan, kamu pakai pelet apa?" tanya Aulya dengan nada ketus.
Shena dan kedua temannya menatap ke arah Aulya yang tiba-tiba datang dan melontarkan kata-katak tak menyenangkan.
"Pagi, Aulya," ucap Shena.
"Heh Shena! Dengar ya kamu itu cuma karyawan biasa di kantor ini, jadi jangan berharap kamu bisa dapetin Pak Reyhan."
Aulya berkata sambil menunjuk ke arah wajah Shena.
"Aulya, kamu bicara apa sih? Aku tidak mengerti," ucap Shena.
"Pak Reyhan itu gak pantas sama kamu, dia itu pantasnya sama aku."
"Aulya, lo ngomong apa sih? Dari tadi lo gak jelas banget tahu gak," ucap Rita.
"Iya, gak jelas banget lo. Lagian kalau pun Pak Reyhan suka sama Shena itu kan hak nya dia. Lo gak bisa melarangnya karena lo bukan siapa-siapanya Pak Reyhan," sambung Shendy.
"Gue sekretaris pribadinya Pak Reyhan jadi gue berhak melarang dia atau siapa pun yang mencoba mendekati Pak Reyhan," sungut Aulya.
"Aulya dengar ya, kalau kamu suka sama Pak Reyhan sana ambil saja dia! Lagipula aku di sini mau kerja bukan mau cari pacar," tegas Shena.
Shena meninggalkan Aulya di tempat itu dengan diikuti oleh Rita Dan Shendy!
Aulya menatap kepergian Shena dan dua temannya dengan perasaan kesal.
"Awas ya kalian," ucap Aulya.
Aulya berjalan memasuki kantornya!
...****************...
Devan sudah berada di restoran miliknya, dia duduk di kursi ruangannya sambil menatap foto Shena yang ia simpan di ponselnya.
"Shena, waktu pertama kita ketemu, kamu sangat cantik tapi kamu berubah menjadi jelek dan membosankan setelah kita punya anak dan sekarang kita bertemu lagi kamu malah menjadi semakin cantik," gumam Devan.
Sebuah senyuman terukir di bibir Devan, dia terus membayangkan dirinya hidup bersama lagi dengan Shena.
"Aku yakin kamu masih mencintai aku, Shena. Akan aku pastikan tidak lama lagi aku akan mendapatkan kamu lagi," gumam Devan.
Devan mengetik sebuah pesan untuk Shena.
📩 "Hai Shena,selamat pagi."
📩 "Nanti kita makan siang bareng ya."
📩 "Aku tunggu kamu di kafe favorit kamu waktu kita masih berumah tangga dulu."
Setelah menulis pesan itu, Devan langsung mengirimkan pesan itu ke nomor Shena yang ia beri nama Istriku pada ponselnya itu.
Dari dulu nomor ponsel Shena diberi nama 'Istriku' di ponsel Devan hingga mereka berpisah dan sampai sekarang pun nomor ponsel Shena masih tetap menggunakan nama yang sama.
Tok!
Tok!
Tok!
Seseorang mengetuk pintu ruangan pribadi Devan.
"Masuk!" ucap Devan.
Dania masuk ke dalam ruangan bosnya itu dengan langkah hati-hati!
"Dania, ada apa?" tanya Devan.
"Pak, saya mau mengantarkan kopi pesanan Anda," ucap Dania.
"Oh, taruh saja di meja."
"Baik Pak."
Dania meletakkan kopi hitam itu di atas meja lalu segera pergi dari ruangan Devan.
"Dania tunggu!" seru Devan.
Dania yang sudah memegang knop pintu itu menghentikan pergerakan tangannya yang hendak membuka pintu.
Dania membalikkan tubuhnya menjadi menghadap Devan.
"Iya, Pak ada apa? Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Dania.
Devan beranjak dari duduknya lalu berjalan menghampiri Dania yang masih berdiri dibalik pintu ruangannya!
Devan mendekatkan wajahnya ke wajah Dania hingga wajah mereka hampir bersentuhan.
"P_pak, Anda mau apa?" ucap Dania yang sudah tak bisa memundurkan dirinya karena punggungnya sudah menempel dengan pintu.
"Dania saya ingin kamu menjadi pacar saya," ucap Devan dengan sedikit berbisik.
"Maaf, Pak apa maksud Anda? Saya tidak mengerti."
Dania memberanikan diri untuk mendorong dada Devan agar menjauh darinya.
"Saya ingin kamu menjadi kekasih gelap saya."
"Maaf Pak, saya tidak bisa."
Dania segera membuka pintu ruangan bosnya itu lalu langsung pergi meninggalkan Devan di dalam ruangan itu.
Dania berjalan dengan langkah cepat, raut wajah ketakutan terlihat jelas di wajah Dania kala itu.
"Dania, kamu kenapa? Kayak habis dikejar-kejar setan saja," ucap temannya Dania.
"Ng_nggak kok, aku biasa saja. Aku tidak apa-apa," sahut Dania.
"Wajahmu kelihatan banget ketakutan nya. Kamu jangan bohong kamu takut kenapa?" tanya temannya Dania lagi.
"Gak apa-apa, serius aku gak apa-apa."
Dania berjalan menuju jauhi temannya, dia tidak ingin temannya sampai tahu dengan apa yang terjadi di ruangan bosnya tadi!
"Kenapa tuh anak? Jam segini udah bersikap aneh," gumam temannya Dania.
...****************...
Shena sedang bekerja di ruangan tempatnya bekerja, dia terus mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan sangat teliti.
Setelah ada sedikit waktu luang, Shena membaca pesan yang masuk ke ponselnya sejak dua puluh menit lalu.
Shena meraih ponselnya dari dalam tas kecil miliknya! Lalu langsung membaca pesan dari Devan.
Sebuah senyuman misterius terukir dibibir Shena.
"Rupanya dia penasaran denganku. Apa semudah ini untuk mendapatkan kamu kembali?" gumam Shena.
"Kamu bicara sama siapa, Na?" tanya Rita yang mendengar ucapan Shena meski tidak terlalu jelas.
Shena menatap Rita yang berada di sebelahnya!
"Hah, tidak. Aku sedang tidak bicara dengan siapa-siapa," sahut Shena.
"Itu tadi."
"Nggak, mungkin kamu salah dengar kali."
Rita menatap Shena dalam waktu yang cukup lama, dia yakin tadi dia tidak salah mendengar.
"Shena, boleh aku bertanya?" tanya Rita.
"Boleh tapi nanti saja setelah jam istirahat tiba. Sekarang waktunya kita kerja."
"Hah kamu, mikirin kerjaan terus. Ngobrol sebentar, gak bakalan langsung dipecat kok."
Shena tersenyum ke arah Rita, dia tahu akan hal itu tapi dirinya tidak mau Rita bertanya-tanya padanya.
Setelah setengah hari duduk di kursi kerja akhirnya waktu istirahat pun tiba.
Shena segera bergegas untuk menemui tujuannya. Saat ini adalah mendapatkan Devan adalah tujuan utamanya.
Rasa sakit hati yang besar menimbulkan rasa dendam yang tak akan hilang sebelum terbalaskan.
Shena menjadi wanita yang tak memikirkan orang lain lagi, kini Shena berubah menjadi sosok wanita yang siap melakukan segala cara untuk dapat menghancurkan mantan suaminya itu.
Saat Shena sedang berjalan di lobby kantor, tiba-tiba Reyhan berjalan di samping Shena!
"Shena," ucap Reyhan.
"Pak Reyhan? Anda mau ke mana?" tanya Shena.
"Ini jam makan siang, tentu saja saya mau makan siang," sahut Reyhan.
"Oh, kalau gitu saya duluan ya, Pak."
Shena berjalan lebih cepat lagi, dia tak ingin bosnya itu merepotkan dirinya nanti.
"Shena! Shena tunggu!" teriak Reyhan.
Reyhan berlari menyusul Shena yang sudah berada di halaman kantornya.
"Shena gimana kalau kita makan siang bersama?" ucap Reyhan setelah berhasil mengejar Shena.
"Maaf, Pak saya sudah ada janji dengan teman."
Dengan rasa tidak enak hati, Shena menolak ajakan dari bosnya itu untuk makan siang bersama.
"Oh gitu, baiklah. Apa dilain waktu kamu akan bersedia pergi makan bersama saya?"
"Tentu saja saya mau, Pak. Saya akan merasa menjadi karyawan paling beruntung jika bisa makan bareng Anda."
"Saya tunggu waktu itu tiba ya."
Shena tersenyum ramah pada Reyhan.
"Pak kalau gitu saya permisi dulu."
Shena segera pergi meninggalkan Reyhan di tempat itu karena kebetulan taksi online yang ia pesan sudah tiba di depan kantornya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Xyylva Xyylva
balaskan dendamu shena...aku dukung 100%...buat devan terpuruk dan teramat sakit.
2022-10-14
1