#Dendam_Cinta_Bab_5

Hari itu, pemakaman Deshyana sudah selesai, semua orang sudah pergi dari pemakaman itu, kini tinggal Shena yang masih berada di makam Deshyana.

Shena memeluk nisan yang bertuliskan nama Deshyana binti Devan Alvaro itu, dia terus menangis di sana.

Shena tidak bisa kehilangan putri satu-satunya itu, dia begitu mencintai dan menyayangi Deshyana karena hanya Deshyana lah yang ia miliki.

"Kenapa kamu pergi, Nak? Bukankah kamu tahu, Mama hanya memiliki kamu, Mama tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu."

Shena mencium nisan itu dengan berurai air mata.

"Deshyana tolong bangun, Nak tolong jangan pergi tinggalkan, Mama. Meski Papamu tidak menyayangi kamu kan masih ada Mama yang selalu mencintai kamu."

Shena terus berbicara pada nisan itu, dalam pikirannya, Deshyana akan mendengar semua yang ia ucapkan saat itu.

Pak Rudy dan Bu Ayu yang sedang berdiri di tempat yang lumayan jauh dari Shena, merasa kasihan terhadap wanita berumur dua puluh lima tahun itu.

"Pak, Ibu tidak tega melihat Shena," ucap Bu Ayu sembari meletakkan tangannya di lengan Pak Rudy.

"Bapak juga, Bu. Bapak tidak habis pikir dengan suaminya Shena, begitu teganya dia menelantarkan anak dan istrinya," sahut Pak Rudy.

"Pak, ayo kita ajak Shena pulang. Setelah Deshyana tidak ada dia pasti merasa sangat kehilangan dan kesepian, kita harus berusaha agar Shena bisa bangkit dari keadaan sekarang ini."

"Iya, Bu ayo kita samperin Shena. Kita tidak boleh membiarkan dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini."

Pak Rudy dan Bu Ayu berjalan menghampiri Shena yang dari tadi masih memeluk nisan itu!

Bu Ayu menyentuh pundak Shena dengan sangat lembut dan penuh perhatian.

"Shena, kamu harus ikhlas. Anakmu sudah tenang di alam sana dia sudah bahagia di surganya Allah," ucap Bu Ayu.

"Iya Shena, hentikan tangis mu itu Deshyana juga bersedih di sana kalau melihat kamu terus seperti ini," sambung Pak Rudy.

"Aku tidak ingin berpisah dari Deshyana, dia satu-satunya penyemangat hidupku, tanpa dia aku tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Shena dengan nada lirih.

"Shena, kamu harus kuat, kamu harus bangkit dari keterpurukan ini. Ayo kita pulang dan memulai hidup baru tanpa adanya Deshyana bersama kita," ucap Bu Ayu.

"Aku gak mungkin bisa tanpa dia, Bu."

"Kamu pasti bisa dan kamu harus bisa. Demi kelanjutan hidupmu," ucap Pak Rudy.

Pak Rudy dan Bu Ayu membantu Shena untuk berdiri! Mereka juga membantu Shena untuk berjalan karena Shena merasa kakinya sangat lemas dan tak bisa melangkah.

Mereka mulai pergi meninggalkan area pemakaman, meski dengan berat hati Shena harus mengikhlaskan semua yang telah pergi dan telah hilang dari hidupnya.

...****************...

Di tempat yang jauh dari tempat Shena berduka.

Devan dan Susan sedang berlibur di luar negeri. Mereka berdua bersenang-senang di atas duka yang Shena rasakan dengan menggunakan uang hasil dari perusahaan milik orang tuanya Shena.

"Sayang, terimakasih ya kamu selalu bikin aku bahagia," ucap Susan sembari bergelut manja pada Devan.

Devan tersenyum lalu membelai rambut Susan!

"Tidak usah berterimakasih, karena cinta tidak meminta imbalan," ucap Devan.

"Kamu baik banget, aku beruntung bisa memiliki kamu."

"Justru aku yang beruntung bisa memiliki kamu. Kamu cantik, bisa merawat diri dan kamu juga selalu ada waktu untuk aku tidak seperti Shena yang setiap harinya selalu sibuk mengurus anak pembawa sial itu, dia tidak pernah berdandan atau mengurus dirinya dia juga tidak ada waktu untuk aku. Shena selalu sibuk dengan anak penyakitan itu."

"Untung kamu segera menceraikan dia, Mas kalau gak uang kamu habis buat biaya berobat anak itu."

"Iya dan untungnya aku pintar, sebelum aku menceraikan dia, aku ubah semua aset miliknya menjadi atas namaku dan sekarang kita tinggal menikmati semua kemewahan milik si Shena itu."

"Kamu memang pintar, sayang."

Devan dan Susan tertawa penuh kemenangan, mereka sama-sekali tidak memperdulikan Shena.

...****************...

"Shena, makan dulu. Dari pagi kamu belum makan," ucap Bu Ayu.

Shena yang sedang duduk di kursi ruang keluarga menatap Bu Ayu sekilas lalu dia kembali ke posisi semula.

"Aku belum lapar, Bu," sahut Shena.

"Ini sudah malam, Shena kamu harus makan kalau tidak nanti kamu bisa sakit."

"Bahkan rasanya aku ingin mati saja, Bu."

Bu Ayu berjalan mendekati Shena lalu duduk di sampingnya! Diusap nya punggung Shena dengan penuh kasih sayang.

"Jangan bicara seperti itu, Nak. Kamu masih muda, perjalanan hidupmu masih panjang jangan mau kalah sebelum berusaha. Ibu tahu ini berat bagimu tapi Ibu yakin kamu pasti bisa melewati semua ini."

"Bu seandainya tidak ada kalian, mungkin aku sudah menjadi gelandangan, terimakasih atas semua kebaikan Ibu dan Bapak padaku."

"Jika kamu ingin membalas kebaikan kami maka jadilah putri kami, kami tidak memiliki anak jika kamu mau menjadi putri kami, kami akan sangat bahagia," ucap Pak Rudy yang baru tiba di ruangan itu.

"Shena, kamu harus tetap hidup untuk kami demi kami, kami akan merasa sedih jika kamu seperti ini."

"Iya Shena, kita sudah kehilangan Deshyana, kami tidak ingin kehilangan kamu juga," sambung Bu Ayu.

Air mata Shena yang semula sudah reda kini kembali berurai membasahi pipinya.

"Kalian begitu baik padaku padahal kalian tidak mengenalku. Aku beruntung bertemu dengan kalian," ucap Shena.

"Nak, anggap saja kami ini orang tua kamu ya. Kami sayang sama kamu meski kita baru bertemu beberapa minggu yang lalu," ucap Bu Ayu.

"Terimakasih," lirih Shena.

Shena memeluk Bu Ayu dengan sangat erat, berapa ia merindukan sosok seorang Ibu dan Ayah dalam hidupnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Salsa220

Salsa220

Ayo bangkit Shena. Semangat, semua orang pasti merasakan kehilangan

2022-10-01

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!