Bab 15. Koma

"Mar, Anka kok belom nyampe juga ya?" tanya Liza khawatir.

"Bentar lagi juga nyampe. Palingan macet." Damar menjawab dengan santai. Pria itu sedang sibuk mengecek laporan keuangan cafe O. Sudah menjadi rutinitas Damar setiap akhir bulan mengecek laporan keuangan cafenya.

"Tapi Mar, perasaan gue ngga enak." Liza langsung menghempaskan tubuhnya di atas kursi yang berhadapan dengan Damar.

"Perasaan elu aja kali, Za. Bentar lagi juga Anka nyampe. Mending elu sekarang bantu anak-anak bagian depan deh."

"Ngga ah!" ketus Liza.

"Ntar ga-"

"Terserah elu deh Mar! Potong aja gaji gue hari ini," sela Liza. Perasaan khawatirnya semakin tak menentu. Gadis itu belum pernah merasakan khawatir yang berlebih seperti ini.

Damar langsung menghentikan pekerjaannya. Dia menatap lekat wajah Liza. Pria itu juga meletakkan punggung tangannya di kening Liza. "Ngga panas," ucap Damar pelan.

Liza tetap diam sambil memainkan layar ponselnya. Gadis itu tidak putus asa menghubungi Anka. Dia tidak peduli dengan ocehan Damar. Biasanya Liza tidak akan tinggal diam. Namun, kegelisahan hatinya membuat gadis itu tidak ingin peduli dengan hal apapun.

Sebenarnya Damar merasakan hal yang sama dengan Liza. Dia tidak ingin menambah kekhawatiran sahabatnya itu. Lagipula Anka baru terlambat sekitar setengah jam. Macet di ibukota sudah menjadi hal yang wajar. Tapi, bukan ciri khas Anka datang terlambat. Meski begadang, Anka tidak tidak pernah terlambat masuk kerja.

Damar hanya bisa diam menyimpan rasa gundahnya sendiri. Dia juga sudah menghubungi Anka saat gadis itu terlambat sepuluh menit. Namun, hasilnya nihil. Anka tidak menjawab panggilan telponnya. Pesan chat juga tidak dibalas.

"Halo, Ka! Elu di mana sih?" Liza langsung menyemprot sahabatnya itu saat panggilannya terjawab.

Damar mempertajam indra pendengarnya untuk mendengar percakapan antara Liza dan Anka.

"Maaf mba, saya salah satu perawat rumah sakit M. Teman mba mengalami kecelakaan dan saat ini masih belum sadarkan diri," jawab seorang perawat.

"Eh, apa mba?" Liza mengulang pertanyaan untuk memperjelas pendengarannya. Dia berharap berita yang baru saja didengarnya itu salah.

"Teman mba yang bernama Ellery Anka mengalami kecelakaan. Sekarang berada di rumah sakit M di rumah IGD," jelas perawat itu lagi.

"Ya ampun, Anka. Makasih mba infonya," ucap Liza. "Saya akan segera ke sana. Oiya, titip tas dan barang Anka yang mba."

Kini Damar dilanda perasaan gundah. Dia yakin pasti terjadi sesuatu terhadap Anka.

"Mar, kita ke rumah sakit M sekarang!" Liza langsung menarik tangan Damar.

"Bentar! Gue ambil kunci mobil dulu," Damar tidak ingin menyela Liza. Dia mengikuti keinginan Liza.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, Liza diam seribu bahasa. Tidak seperti Liza biasanya, yang cerewet, heboh, dan jahil. Damar tahu, pasti gadis itu sedang mengkhawatirkan Anka. Begitu juga dengan dirinya. Ternyata, gelisah yang dia rasakan sejak pagi tadi pertanda terjadi sesuatu pada Anka.

"Anka masih di IGD, Mar," ucap Liza seraya turun dari mobil. Dia sahabat berbeda gender itu langsung berlari menuju arah IGD.

"Pak, korban kecelakaan ada di mana ya pak?" tanya Damar.

"Itu pak di ruangan penanganan. Sepertinya masih ditangani," jawab petugas keamanan.

"Makasih pak," jawab Damar sambil meninggalkan petugas keamanan.

Liza dan Damar menunggu Anka dengan perasaan yang tidak karuan. Mereka tidak bisa masuk ke dalam ruangan karena dokter dan perawat sedang menangani Anka. Perawat yang bergiliran keluar masuk ruangan membuat Liza semakin cemas.

"Kita jangan berhenti berdoa untuk Anka," ucap Damar sambil menggenggam tangan Liza. Dia berusaha menenangkan gadis itu. Mereka duduk diam sambil melantunkan doa untuk kesehatan Anka.

Satu jam kemudian, seorang perawat memanggil keluarga dari Ellery Anka. Liza dan Damar bergegas menuju ke sumber suara.

"Mba dan mas keluarganya pasien Ellery Anka?" tanya perawat itu lembut.

"Iya mba," jawab Liza dan Damar serentak.

"Kondisi pasien saat ini sudah stabil. Hanya saja benturan di kepala membuat pasien masih belum sadarkan diri," jelas perawat.

"Maksudnya, Anka koma mba?" tanya Liza terkejut.

"Iya mba. Benturan kepalanya cukup keras meski tidak meninggalkan luka yang parah. Kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU. Jadi, saya membutuhkan tanda tangan keluarga pasien untuk administrasinya," jelas perawat. "Siapa yang akan tanda tangan?" tanya perawat.

"Saya mba," ucap Damar.

"Ini, silahkan di sini," ucap perawat sambil menunjukkan kolom yang harus ditandatangani.

"Oiya, maaf tadi salah seorang perawat menjawab panggilan ponsel pasien karena berdering terus dari tadi," ucap perawat. "Dan ini tas pasien. Silahkan di cek dulu!"

"Ngga apa-apa mba. Jika tidak begitu, kami juga tidak tahu keadaan Anka. Terima kasih," ucap Damar.

"Sama-sama mas. Saya permisi dulu. Kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU."

Damar mengangguk sambil tersenyum. Pria itu lebih banyak bicara dibanding Liza. Gadis itu terlihat sedikit shock akan keadaan Anka. "Mar, Anka bakalan baek-baek aja kan?" ucap Liza lirih.

"Anka pasti baek-baek aja, Liz. Anka kan gadis yang kuat," balas Damar pelan.

Liza langsung menyandarkan tubuhnya pada Damar. Air mata yang dari tadi dia coba untuk menahannya, kini mengalir deras dengan suara tertahan. Gelisah yang dia rasakan tadi pagi telah terjawab.

* * *

"Permisi tuan," ucap Noah saat memasuki ruangan Harvin.

Harvin tidak menjawab, dia memberi kode pada Noah untuk masuk ke dalam dengan menggerakkan jari telunjuknya.

"Saya mendapat kabar jika nona Anka akan kembali bekerja pada hari ini."

"Benarkah?" tanya Harvin. Pria berwajah bule itu langsung semngat saat mendengar gadis yang dia rindukan telah kembali.

"Saya yakin tuan," jawab Noah sambil tersenyum.

Sebenarnya Noah masih enggan untuk memberitahukan keberadaan Anka. Namun, dia tidak bisa mengelak lagi jika tuanya tahu dari orang lain bahwa Anka telah kembali. Bisa-bisa statusnya sebagai tangan kanan dipertaruhkan.

"Bagus jika begitu," jawab Harvin. "Noah, aku ingin kau menyelidiki sesuatu."

"Apa yang harus saya lakukan tuan?"

"Aku ingin kau menyelidiki wanita yang bernama Claudia. Wajah mereka sangat mirip. Aku ingin semua informasi tentang mereka," perintah Harvin.

"Baik tuan," Noah langsung menuruti perintah tuannya.

"Noah."

Langkah kaki Noah terhenti saat namanya dipanggil. "Iya tuan," jawab Noah.

"Siapa di antara mereka yang merupakan kekasih asliku?" tanya Harvin.

Noah terdiam sesaat. Dia bingung harus menjawab bagaimana. Dua-duanya merupakan kekasih tuannya.

"Apa kau sulit untuk menjelaskannya?"

"Dua-duanya kekasih anda, tuan," Noah akhirnya menjawab pertanyaan tuannya.

Harvin menaikkan sebelah alisnya saat mendengar jawaban dari Noah. Bagaimana mungkin pria dingin seperti dirinya menjalin kasih dengan dua orang sekaligus. "Satu-satu atau sekaligus?"

"Nona Claudia lebih dulu, tuan," jawab Noah. "Nona Anka yang kedua. Anda jatuh cinta padanya karena wajah nona Anka sangat mirip dengan nona Claudia," timpal Noah.

"Sepertinya kau tahu banyak," ucap Harvin. "Ah, seandainya ingatanku tentang mereka segera pulih. Tentu aku tahu mana kekasihku yang sebenarnya," Harvin menghela napas sambil menyandarkan punggung di kursi kebesarannya.

"Maaf tuan, saya permisi," ucap Noah mengundurkan diri. Ponselnya di saku jas bergetar. Dia ingin tahu siapa yang menghubunginya hingga berkali-kali.

"Pergilah."

Noah langsung bergegas meninggalkan ruangan tuannya. Setelah dia berada di luar ruangan, pria tampan itu langsung mengeluarkan ponsel dari saku jasnya.

"Liza," ucap Noah sambil mengusap ke atas layar ponselnya. "Halo," sapa Noah.

"Noah, hiks ..." Sisa tangis Liza dapat Noah dengar dengan jelas.

"Ada apa denganmu?" tanya Noah sedikit khawatir. Entah sejak kapan, Noah mulai perhatian pada Liza. Padahal dia tidak suka dengan seorang gadis yang cerewet.

"Aku tidak apa-apa. Tapi, Anka .."

"Ada apa dengan Anka?" tanya Noah semakin khawatir karena Anka berhubungan dengan tuannya.

"Anka kecelakaan dan sekarang mengalami koma," ucap Liza sambil menahan isak tangis.

"Apa?" suara Harvin menggema di belakang Noah.

"Tu-tuan," ucap Noah terbata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!