Bab 9. Meraih Cinta CEO Dingin dari Awal.

Anka tidak pernah berpikir sama sekali untuk memperebutkan Harvin dengan cara seperti ini. Gadis itu tidak ingin gegabah. Bagaimana jika ini hanya jebakan Claudia saja. Bukannya dia menjadi dekat dengan Harvin. Bisa jadi, semakin menjauh.

"Kau tahu sendiri keadaan Harvin. Dia kembali menjadi CEO dingin, sombong, dan tidak bisa disentuh dengan wanita setelah kecelakaan yang dialaminya." Claudia menekankan kata kecelakaan untuk mengingatkan Anka. "Dan kita semua tahu penyebab kecelakaan itu," Claudia kembali menegaskan kalimatnya.

Penuturan Claudia ada benarnya. Mungkin saja saat ini adalah waktu yang tepat untuk meraih cinta CEO dingin itu dari awal. Cukup adil untuk Anka dan Claudia jika ingin memperebutkan cinta pria itu.

"Ok, deal." Anka reflek mengulurkan tangan sebagai tanda setuju atas pertarungan mereka. Namun, Claudia tidak menanggapi ukuran tangan Anka. Gadis itu hanya bisa menurunkan tangannya.

Sepulangnya Anka bekerja, gadis itu memilih untuk singgah ke salah satu restoran favoritnya bersama Harvin dulu. Motor maticnya mengarahkan dia untuk ke sana. Dia memesan makanan favoritnya shrimp and pesto pasta. Anka memilih duduk di dekat jendela. Duduk di manapun tetap saja sama karena seluruh dindingnya adalah kaca.

Anka hampir menyelesaikan dua suapan terakhir makan malamnya saat dia melihat sebuah mobil yang dia kenali. Selain itu, di kota ini hanya ada beberapa mobil Mercedez Benz keluaran terbaru yang digunakan oleh orang-orang atas. Apalagi mobil listrik seperti ini. Anka yakin, dari sekian juta penduduk di ibu kota, tidak kurang dari lima jari yang memilikinya.

Namun, sosok yang sangat dirindukannya tidak kunjung keluar dari mobil itu. Hanya Noah yang berjalan keluar dari mobil. Baru beberapa langkah Noah keluar dari mobil, pria itu sudah kembali lagi ke mobil setelah mendapat panggilan telpon. Akhirnya, mobil itu kembali keluar dari area parkir restoran.

Dua suapan terakhir membuat perut Anka tidak ingin menampungnya lagi. Perutnya otomatis kenyang setelah melihat mobil Mercedez Benz EQS milik Harvin. Dengan berat hati, Anka memilih untuk menyudahi makan malamnya yang tidak selesai dan pulang ke kost.

Waktu berlalu sangat cepat. Aksi Anka untuk meraih cinta Harvin masih diam di tempat. Dia belum melakukan sesuatu untuk memulai pertarungan cintanya. Gadis itu hampir menyerah untuk Harvin. Bukannya tidak ada alasan mengapa dia menyerah. Akses Anka untuk menghubungi Harvin tertutup alias terblokir. Gadis itu sama sekali tidak bisa menghubungi Harvin sama sekali.

Dia juga tidak bisa menghubungi Noah. Sepertinya semua akses yang berhubungan dengan Harvin terputus. Meskipun Anka mendapat dukungan seratus persen dari dua sahabatnya, tetap saja dia tidak akan berhasil mendapatkan Harvin. Jangankan mendapatkan, mendekatinya saja sangat sulit sehingga membuat Anka menganggap usahanya untuk mendapatkan Harvin nol besar.

Dia kembali fokus pada rutinitasnya seperti biasa. Apalagi, kelompok tari di sanggarnya akan tampil pada sebuah acara besar. Salah satu perusahaan penggalang dana meminta sanggar Aster, tempat di mana Anka berlatih tari untuk mengisi acara pada acara penggalangan dana untuk para korban banjir.

Pada malam puncak acara galang dana, sanggar Aster menampilkan tarian tradisional. Penampilan Anka dan tenan-temannya berhasil menarik perhatian para elit-elit. Tepukan meriah berhasil mereka dapatkan setelah penampilan mereka berakhir.

Salah satu donatur yang terpukau dengan penampilan Anka adalah Harvin. Pria itu hadir pada acara itu. Gerak gemulai tarian yang dibawakan oleh Anka berhasil menarik perhatian CEO dingin itu.

"Maaf nona, tuan saya ingin mengajak anda untuk makan malam." Suara khas Noah membuat Anka terkejut. Pria itu sudah berdiri di belakangnya saat Anka melepas kepulangan teman-temannya.

"Ya ampun, Noah. Hampir jantung gue copot." Anka mengusap pelan dadanya. Noah tertawa pelan melihat tingkah Anka yang terkejut.

"Maaf nona, saya tidak bermaksud untuk mengagetkan anda," ucap Noah sambil menahan tawa.

"Udah gue maafin kok," jawab Anka asal.

"Tuan Harvin mengundang anda untuk makan malam." Noah kembali mengingatkan Anka maksud kedatangannya menghampiri Anka.

"Harvin? Ngajak gue makan malam? Ngga salah?" Beberapa pertanyaan meluncur tanpa hambatan dari bibir manis gadis itu.

"Iya, jawaban untuk ketiga pertanyaan nona." Noah tersenyum pada Anka.

Anka berusaha mencuri pandang pada pria yang berada beberapa meter di belakang Noah. Kebetulan kaca mobil bagian penumpang terbuka hingga setengah. Seorang pria tampan setengah bule tersenyum ke arahnya. Pandangan mereka saling beradu. Anka langsung mengalihkan pandangannya.

"Ok," jawab Anka sambil menatap Noah. "Tapi gue pakek motor sendiri. Kasi tau aja tempatnya di mana," ucap Anka.

Ya ampun nona, lama tidak bertemu cara bicaramu sedikit berbeda. Noah berkata dalam hati.

"Tidak jauh dari sini ada sebuah restoran. Tuan sudah memesan meja di sana."

"Hah!" Anka terkejut mendengar penuturan Noah. Salah satu sifat Harvin yang kurang Anka sukai yaitu selalu percaya diri atau lebih tepatnya memaksa jika sudah melakukan sesuatu. Itu sama saja artinya dengan meski Anka menolak, pria itu tetap akan memaksanya makan malam.

"Aku ikuti kalian dari belakang," ucap Anka sambil mengenakan helm di kepalanya.

"Baik nona," jawab Noah sambil berlalu pergi.

"Eits, tunggu!" Anka menarik bagian ekor jas Noah hingga membuat tubuh pria itu sedikit kurang seimbang. "Jangan ngebut!" ucap Anka sambil melepaskan ekor jas Noah.

Suasana makan malam antara Anka dan Harvin sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Gadis itu merasa sangat canggung saat duduk berdua dengan pria yang dulunya berstatus sebagai kekasihnya. Mungkin saat ini masih berstatus seperti itu jika Harvin tidak hilang ingatan.

"Ehem," Harvin berusaha mencairkan suasana.

"Ya," Anka spontan menjawab padahal tidak ada pertanyaan yang terlontar dari pria itu.

Harvin menjadi salah tingkah saat Anka meresponnya dengan cepat. Pria itu menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal untuk mengurangi rasa canggung di antar mereka.

Ya ampun, ini mulut. Cepet banget sih jawabnya. Anka mengutuk dirinya sendiri yang tanpa sengaja langsung merespon Harvin. Tau kek gini. Mending gue tolak deh.

Harvin dapat melihat raut wajah Anka yang terlihat gusar. Seingat Harvin, dia tidak pernah dekat dengan seorang wanita. Wajar jika dia sangat canggung. Namun, sebagai seorang pria dia harus berusaha mencairkan suasana di antara mereka.

"Penampilanmu tadi bagus." Harvin akhirnya memulai percakapan.

"Makasih," jawab Anka datar.

"Maaf, sebelumnya aku kurang baik kepadamu," Harvin melanjutkan percakapan yang baru saja dia bangun dengan gadis di depannya.

"Yang mana ya?" tanya Anka bingung.

"Di rumah sakit," jawab Harvin singkat.

Anka berusaha memutar otaknya untuk mengingat kejadian yang dimaksud oleh Harvin. Ingatan-ingatan yang sudah dia simpan rapat harus dia bongkar kembali.

"Ah, yang waktu itu!" seru Anka setelah mengingat kejadian yang dimaksud oleh Harvin. "Ngga apa-apa kok," Anka menimpali ucapannya.

"Apa dulu kita memiliki hubungan yang spesial?" Pertanyaan Harvin membuat Anka terkejut. Dia tidak menyangka Harvin akan menanyakan perihal hubungan mereka. Anka bingung harus menjawab apa. Di sisi lain, ini adalah kesempatan untuk dekat kembali dengan Harvin. Sedangkan di sisi lain, Anka ragu apakah Harvin akan menerima begitu saja jawaban Anka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!