BAB 19

" Rara!" teriak seorang pria yang sudah lansia.

Aurora menoleh kearah sumber suara. Dia sangat kenal dengan suara itu. Dia pun langsung berlari menghampiri opanya yang masih berdiri di tengah tangga.

" Opa!"

" Ya Alloh Nak.... kemana saja kamu selama ini? Bagaimana bisa kamu mengikuti tua bangka itu hingga tidak pernah lagi menjenguk opa mu!"

" Maaf opa ."

Tentu saja aksi mereka menjadi tontonan orang yang ada di sana. Reno pun ikut melihatnya. Sekarang dia bisa melihat dengan jelas wajah yang sedari tadi tertutup oleh topi.

Air matanya mengalir. Kakak sepupunya yang sering kali ia ikuti sekarang telah kembali. Sudah lama sekali dia tidak pernah bertemu. Dia merasa bodoh karena tidak bisa mengenali kakaknya itu.

Nenek Ratih pun menangis, beliau memang sudah tidak begitu mengenali wajah seseorang. Apalagi sudah terlalu lama mereka tidak bersua. Dia menghampiri cucunya yang masih dalam pelukan suaminya itu.

" Kenapa kamu tidak mengaku kalau kamu Rara."

" Oma ma nggak asik!" kata Aurora yang sudah menghentikan tangisannya.

" Kok nggak asyik?"

" Opa saja masih ingat sama Rara."

" Maklum sayang ... Oma mu ini sudah tua ."

" Yang penting Oma sama opa sehat selalu itu yang terpenting."

" Terimakasih sayang. Kita duduk di sofa yuk... ngapain berdiri disini."

" Yuk!"

Dia lalu menggandeng tangan opa dan Oma nya ke sofa yang ada di ruang tamu di ikuti Reno dibelakangnya. Bahkan saudaranya yang lain yang tadi berkumpul di belakang sekarang ikut ke depan. Hanya satu orang yang masih berdiri di ruang tamu dengan bingung. Gadis kecil yang sedari tadi mengikuti Omanya.

" Bagaimana kabar Oma dan opa selama ini?" tanya Aurora setelah mereka duduk di sofa.

" Bagaimana menurutmu?" tanya Oma balik.

" Jangan begitu atuh Oma!"

" Bagaimana ceritanya, tua bangka itu bisa mengijinkan kamu kesini sekarang?"tanya Opa Doni.

Mendengar ucapan opanya membuatnya mengenang kakeknya yang sudah meninggal.

" Maafkan semua kesalahan kakek Marcell opa!" kata Aurora dengan sendu.

" Kenapa dia tidak ke sini sendiri? apakah dia sudah mati !"

" Maaf opa!" kata Aurora yang mulai menangis lagi.

" Hei... kenapa sekarang kamu jadi cengeng sekali. Sedari tadi nangis terus. Opa hanya bercanda sayang. Opa sangat kangen sama kamu!"

" Maaf opa!"

" Sudah jangan minta maaf terus."

Kakek tua itupun tak kuasa menahan air matanya. Anak sulungnya meninggal dan cucunya pun ikut dibawa pergi, hati orang tua mana yang tidak sakit. Sudah dicari kemana pun tidak ketemu. Untungnya dia masih mempunyai anak dan cucu lainnya , kalau tidak entah apa yang akan terjadi.

" Rara apa kamu mengingat Tante?" tanya adik ayahnya. Beliau ingin mengganti suasana.

" Tentu saja , bagaimana bisa mengingat Tante genit."

Rara memang moodnya gampang berubah, bahkan sekarang bisa menjawab tanpa menangis.

" Hei.... masih suka usil juga ternyata," kata Tante Azizah sambil tersenyum. Beliau adik bungsu ayahnya.

" Bagaimana Tante... om Gilang sudah jadi suami tante apa belum?"

" His.....jangan ngawur!"

" Kok ngawur ?"

" Masih ingat sama om tidak?"

" Om Lukman kan?"

" Yes ternyata ingat juga sama paman."

" Gimana tidak ingat, kemana- mana sama om Gilang kan?"

" Kok dari tadi ingat Gilang terus?"

" Emang kenapa, kan om Gilang baik ."

" Baik sih baik tapi sekarang yang om mu kan aku!"

" What!"

"..."

" Ada yang nggak beres nih."

" Nggak usah bahas itu dulu. Sekarang cerita sama Oma bagaimana ceritanya kamu bisa kabur ke sini?"

" Naik mobil lah."

" Maksudku bukan itu. Bagaimana dengan kakek mu?"

" Beliau sudah meninggal!"

deg

" Kamu jangan bohong Nak, meskipun opa benci banget sama tuh orang_"

" Beliau memang meninggal opa. Saya kembali pulang saat hari kesembilan setelah kematian kakek," kata Aurora dengan suara yang agak serak .

" Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un."

" Maafkan semua kesalahan kakek Oma ...opa ."

" Sudahlah nak ... kami sudah maafkan kesalahan kakek mu. Sekarang kamu tinggal dimana?"

" Di rumah peninggalan mama sama papa ."

" Kenapa tidak tinggal sama Oma?"

" Oma kan sudah ada temennya. Oh ya... adik cantik siapa namanya? kok dari tadi cemberut saja," tanya Aurora kepada gadis kecil yang tadi bersama Oma nya .

" Siapa yang kecil... kakak juga kecil."

" Kenapa cemberut aja dari tadi?"

" Mama...."

" Sini deh nggak usah panggil mama ... kok kayaknya wajahmu mirip banget sama om Lukman."

" Gimana bibit om Rara ... cantik kan?"

" Wow jadi ini beneran anak om sama Tante Azizah. Kasian deh Tante."

" Kenapa emangnya?"

" Anaknya nggak ada mirip-miripnya sama Tante!"

" Anak ini ya!"

Tante Azizah menghampiri Aurora yang ada di tengah orang tuanya. Lalu menggelitik Aurora.

" Ampun Tante.... peace peace!"

Tante Azizah melepaskan gelitikkannya dan memeluknya dengan erat. Mereka dulunya sangat dekat. Bahkan Tante Azizah sampai ingin menunda pernikahannya sebelum menemukan keponakan kesayangannya .

" Kenapa ninggalin Tante hiks hiks hiks hiks."

Tangisnya pecah, dengan lembut Aurora menepuk punggung tantenya. Dia pun turut menangis.Mungkin sekarang mata Aurora sudah seperti panda 😭😭😭.

Terpopuler

Comments

Dedeh Dian

Dedeh Dian

semangat Thor

2023-02-09

1

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

selamat berbahagia sayang kuh

2022-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!