BAB 12

" Ada apa dengan abangnya neng?" tanya sang supir saat melihat Aurora panik.

" Sebentar pak. Abang kenapa?"

" Entahlah saat sopir itu berhenti mendadak tiba-tiba kepala ku sakit. Aku melihat bayangan yang samar-samar."

" Mungkin itu ingatan Abang."

" Mungkin juga."

" Sekarang Abang minum dulu biar tenang."

" Terimakasih."

" Tolong jangan berhenti mendadak pak."

" Iya neng maaf."

Akhirnya sopir itu melaju kan kendaraannya. Selama perjalanan Adrian menutup matanya. Tidak ada lagi pembicaraan .

Perjalanan mereka tempuh selama dua hari. Mereka berhenti untuk makan dan istirahat. Aurora juga menggantikan sang supir untuk mengendarai taksinya .

Taksi itu berhenti di sebuah rumah yang besar berlantai tiga. Orang tua Aurora membangun rumah itu agar jika ada saudara jauh yang berkunjung tidak perlu mencari penginapan atau hotel. Sebab saudara yang dimiliki oleh ayahnya Aurora ada banyak.

Penjaga rumah langsung menghampiri taksi itu sebelum membukakan gerbangnya. Dia sudah menjaga rumah ini sejak lama. Apalagi sejak kepergian orang tua Aurora. Dia diberi kepercayaan untuk menjaga dan memelihara rumah ini bersama keluarganya .

Ada rumah yang sudah dipersiapkan untuk mereka .

Aurora membuka kaca mobil di sebelahnya. Begitu penjaga melihat wajah Aurora, dia bergegas membukakan pintu gerbang. Aurora menyuruh supir taksi itu untuk masuk kedalam rumah terlebih dahulu .

" Bapak ikut kami dulu kedalam!"

" Baik neng."

Aurora keluar dari taksi dengan disambut tangis haru sang penjaga rumah. Melihat penjaganya menangis jiwa jahilnya meronta-ronta .

" Aduh pak sudah besar kok nangis. Malu sama badan besar bapak loh."

" Ya Alloh Non... Bapak kan terharu bisa bertemu lagi setelah bertahun-tahun , " kata pria paruh baya itu sambil terus menangis. Entah air matanya kenapa tidak bisa berhenti keluar.

" Sudah atuh pak, kalau Bu sari lihat bisa dibuat perkedel nanti."

" Mana ada Non , yang ada istri saya malah kejer ."

" Waduh kalau gitu nggak jadi masuk aku."

" Jangan atuh Non!"

" Sudah dong dek usilnya," kata Adrian sambil keluar dari dalam mobil di ikuti oleh sopir taksi. Sudah dari tadi dia gemes melihat tingkah Aurora dari dalam mobil.

Begitu mendengar suara Adrian mau tak mau penjaga itu mengalihkan perhatiannya dari sang Nona. Begitu melihat wajah Adrian penjaga itu melotot dan berkali-kali mengucek matanya. Kok bisa orang yang dikabarkan meninggal berbulan yang lalu sekarang muncul di depannya.

" Kok tuan Adrian bisa bersama Non Rara?" tanyanya heran.

" Bapak kenal Ama Abang ini?"

" Bukannya kenal Non, tetapi wajah tuan Adrian sudah sering menghiasi layar kaca. Apalagi berita kematiannya."

" What!"

Aurora melihat Adrian yang juga sedang menatapnya. Ternyata orang yang selama ini ia selamatkan bukan orang sembarangan.

" Sekarang bapak ikut saya masuk ke dalam dan jelaskan semuanya. Apakah paman Raka dan juga Tante Ratna sudah ada di rumah?"

" Sudah Non... tapi sekarang mereka lagi keluar."

" Oke! ayo Bang...Pak ikuti saya masuk kedalam. Jangan sungkan!" kata Aurora.

Semua orang memasuki rumah itu . Penjaga itu bernama Pak Slamet. Istrinya bernam Bu Ida. Mereka mempunyai dua anak perempuan dan laki-laki.

Pak Slamet membukakan pintu untuk majikannya dan juga orang yang bersamanya.

" Ayo Non... Nona bisa duduk dulu. Saya akan panggilkan istri saya terlebih dahulu," kata Pak Slamet sebelum meninggalkan mereka.

" Ayo Pak... Bang silakan duduk jangan sungkan."

" Ternyata ada yang mengenali saya dek," kata Adrian begitu menduduki sofa.

" Betul Bang. Kita dengarkan dulu cerita Pak Slamet."

Tak lama kemudian dua orang keluar dari arah dapur. Terlihat sang wanita berjalan cepat ke arah mereka. Sang wanita nampak sedang menangis. Dia langsung berhambur memeluk gadis yang saat kecil dulu ia asuh.

" Akhirnya Non pulang juga. Ibu sudah sangat kangen," katanya sambil terus menangis di pelukan Aurora.

Aurora mau tak mau harus menghiburnya. Dia punggung wanita paruh baya itu yang belum bisa menghentikan tangisannya. Ketiga orang yang ada di situ memandang keduanya dengan pandangan yang berbeda.

" Sudah atuh Bu jangan nangis lagi. Lihat pak Slamet sudah mau telan saya hidup-hidup ," kata Aurora sambil mengedipkan satu matanya kearah pak Slamet.

" Jangan bicara gitu atuh Non!"

" Bercanda kali Pak. Siapa tahu tangisan BB u Ida langsung berhenti."

" Ha ha ha ha "

Mereka semua tertawa. Bu Ida juga sudah menghentikan tangisannya. Semuanya kini duduk di sofa yang ada di ruang tamu .

" Bagaimana keadaan Non Rara selama ini?"

" Baik Bu... seperti yang ibu lihat."

" Nona tambah dewasa dan juga cantik."

" Ya iya lah Rara gitu."

" Kami sudah mendengar tentang Tuan besar. Kami turut berduka cita ,"

" Sama-sama Bu. Tolong maafkan semua kesalahan kakek saya."

" Tuan besar mana ada salah sama kami non. Yang ada tuan besar sangat baik terhadap kami. Meskipun tidak bertemu langsung mereka tidak pernah melupakan kami."

Apa yang dikatakan oleh pembantu rumah tangganya memang benar. Setiap bulan tunjangan untuk mereka telah diberikan lewat orang kepercayaannya.

Lalu sepasang suami istri itu menatap Adrian yang sedari tadi hanya melihat interaksi antara majikan dan pembantunya. Adrian kagum dengan Aurora yang memperlakukan pembantunya dengan sangat baik. Bahkan mereka sudah tidak sungkan lagi untuk memeluknya.

" Bagaimana tuan Adrian bisa selamat dari kecelakaan itu dan bersama dengan Nona kami?" tanya Bu Ida kepada Adrian.

" Bagaimana ibu bisa mengenal saya?"

" Meskipun kami tidak bertemu langsung dengan anda tapi kami sering melihat anda di televisi. Anda sering diundang ke berbagai acara sebagai pengusaha muda yang tampan dan berbakat."

" Apakah yang anda katakan semuanya benar?"

" Memangnya anda tidak mengingat semuanya?"

" Saya tidak bisa mengingat semuanya sejak peristiwa itu."

" Jadi anda mengalami amnesia?"

" Betul Bu. Apalagi di tempat saya tinggal tidak ada televisi jadi kami sulit mengenalinya," jawab Aurora mewakili Adrian.

" Kalau begitu tuan Adrian harus segera menghubungi keluarga anda . Keadaan ibu anda nampak tidak baik. Bahkan berkali-kali pingsan saat pemakaman anda ," kata pak Slamet.

Adrian termenung mendengar ucapan dari pak Slamet. Bagaimana saya harus menemui mereka jika alamatnya saja tidak ingat.

" Apa bapak mengetahui alamat rumah Abang?"

" Tahu Non kebetulan tuan muda Adrian adalah putra dari sahabat mendiang Ibu Anda."

" Kok kebetulan sekali."

" Itulah yang saya heran sejak tuan Adrian keluar dari taksi yang sama dengan Nona."

" Baiklah nanti kita rencanakan lagi tentang keluarga Abang. Sekarang saya harus memberi Banyak ini yang sudah saya janjikan. Berapa nomer rekening Bapak?"

" Nomer rekening saya *******," jawab sopir.

Aurora mengeluarkan hp yang selama ini ia simpan. Dia hanya menggunakannya untuk mendengarkan musik. Sebab tidak ada sinyal yang masuk ke tempatnya.

" Sudah saya transfer pak. Tolong anda periksa."

" Sudah Neng terimakasih. Sekarang sudah saatnya saya pulang ."

" Apa tidak lebih baik istirahat dahulu?"

" Tidak usah , biar nanti saya istirahat di Jalan saja."

" Baiklah kalau begitu kami tidak akan memaksa."

" Saya pamit dulu. Terimakasih semuanya assalamualaikum."

Terpopuler

Comments

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

👍👍👍👍👍

2023-02-09

0

Dedeh Dian

Dedeh Dian

wah kayanya sopir tuh menjadi perantara ...keluarga adruan tau masih hidup

2023-02-09

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

majikan yg baik banget

2022-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!