BAB 8

Kini sudah 6 bulan sejak kecelakaan itu terjadi. Adrian menikmati hari-harinya bersama Aurora dan juga kakeknya. Tinggal lama dengan Aurora dan kakeknya membuat Adrian memiliki tambahan keahlian. Diantaranya meramu obat dan juga berburu.

Sejak kecil Adrian tidak pernah berburu, tapi sekarang dia sangat ahli . Tidak kalah dengan Aurora yang sudah lama menekuninya. Mereka berdua sering berlomba untuk mendapatkan hasil buruan yang lebih banyak.

Mereka berdua sering berburu ayam hutan, berbagai jenis burung dan juga kelinci. Biasanya hasil buruan mereka masih hidup. Jika terluka mereka akan segera mengobatinya.

Adrian dan juga Aurora menjual hasil buruannya ke kota . Mereka sudah mempunyai agen sendiri di sana. Jadi mereka tidak perlu lagi berkeliling.

Adrian sering menunggangi white yang mulai akrab dengannya. Dia tidak pernah menunggangi wolf dan wolfy Karena keduanya tidak pernah suka dengan Adrian. Mereka hanya mengijinkan Aurora yang menungganginya.

Hari ini Aurora dan juga Adrian berencana pergi ke kota. Mereka akan mengambil obat-obatan dari orang kepercayaan kakeknya. Dia juga seorang dokter hebat yang kini di percaya untuk mengelola rumah sakit milik kakek Aurora.

" Kalian sudah siap?" tanya kakek saat melihat Aurora dan juga Adrian yang sudah bersiap.

" Siap kek ... kami akan pergi sekarang juga."

" Baiklah hati-hati di jalan," pesan kakek sebelum mereka benar-benar pergi .

Aurora dan juga Adrian berangkat tidak melewati jalan yang biasa dilalui orang-orang saat akan ke kota. Mereka melewati hutan bersama ketiga binatang kesayangan Aurora.

Adrian mengendarai white sedangkan Aurora mengendarai wolf. Wolfy berjalan mengikuti mereka.

Tidak lama mereka pun sampai di kota. Bukan kota dimana Aurora maupun Adrian tinggal. Karena itu hanyalah kota kecil . Sebenarnya tanpa disadari, mereka tinggal di kota yang sama. Hanya saja mereka tidak ada yang tahu .

Sebenarnya orang tua Adrian sangat mengenal keluarga Aurora. Ibu Aurora dan juga ibu Adrian adalah sahabat. Setelah kematian dari orang tua Aurora, mereka kehilangan kontak mereka.

Apalagi kakek Marsha langsung mengasingkan diri ke pinggiran hutan . Semua usaha mereka tetap berjalan . Salah satunya adalah rumah sakit besar yang ada di kota itu. Obat-obatan yang selama ini mereka gunakan juga berasal dari rumah sakit tersebut.

Marsha bertemu orang suruhan kakeknya yang telah menunggunya sedari tadi.

" Assalamualaikum paman!" sapa Aurora pada pria paru baya yang mungkin seusia ayahnya jika beliau masih hidup .

" Wa alaikum salam warahmatulloh... Bagaimana kabarnya nduk?" tanya paman itu dengan lembut.

" Baik paman . Kakek juga dalam keadaan sehat."

" Alhamdulillah kalau begitu. Maaf paman tidak pernah mengunjungi kalian."

" Maaf diterima. Lagian aku juga tidak percaya paman sanggup berjalan kaki ke sana. Pasti ditengah perjalanan mengeluh capek deh!"

" Ya tidak begitu juga kali. Lagi pula semasa paman masih muda , paman sering mendaki gunung bersama teman-teman paman."

" Kapan itu paman?"

" Sudah lama juga sih. Waktu paman masih kuliah. Ha ha ha ha," kata paman Amir dengan tertawa.

Paman Amir tertawa mendengar kalimat yang diucapkannya. Pak Amir berusia hampir lima puluh tahun. Dia mengikuti kakek sejak bangku SMA. Bahkan dia di kuliahkan oleh kakek Aurora.

Paman kuliah di jurusan kedokteran sesuai yang ia inginkan sejak dulu. Pak Amir dulunya hanya seorang yatim piatu yang tinggal di panti asuhan . Dia bertemu kakek saat dikeroyok oleh para preman jalanan.

Kakek membawanya ke rumah sakit miliknya. Kakek saat itu masih menjadi dokter yang terkenal. Sejak saat itu kakek mengadopsinya dan menguliahkannya bersama putrinya yang tak lain adalah ibunda Aurora.

" Itu ma sudah lama paman."

" Ha ha ha ha ha ha"

" kok malah tertawa. nggak ada yang lucu loh. Memangnya perkataan ku ada yang lucu bang?"

" Mungkin paman malu sendiri dik dengan omongannya," jawab Adrian sambil tersenyum.

Paman mengalihkan pandangannya ke arah Adrian. Beliau menatap pemuda itu lama. Beliau sudah mengetahui tentang Adrian sejak pertama kali bertemu dengannya. Siapa yang tidak akan mengenal dengan pengusaha muda yang sedang naik daun.

Paman Amir juga mengetahui yang terjadi pada Adrian, karena kematiannya disiarkan di beberapa televisi nasional. Paman Adrian memilih diam. Dia tidak tahu mengapa kakek Aurora memilih merahasiakannya. Padahal dia sudah tahu tentang Adrian yang tidak lain adalah teman dari sang putri. Tapi setelah dia menyelidikinya, dia yakin bahwa keputusannya adalah tepat.

Kecelakaan Adrian itu memang disengaja. Jadi sudah jelas ada orang yang ingin melenyapkan nyawanya. Beliau sudah menyuruh detektif untuk menyelidikinya, tapi hasilnya nihil. Mungkin hanya Adrian yang bisa mengungkapnya. Tapi itu tidak mungkin selama Adrian masih tidak mengingat tentang dirinya.

Paman Amir juga belum bertemu dengan kakek Aurora sejak lama. Kakek Aurora sudah berusia hampir 70 tahun jadi sudah tidak memungkinkan untuk berjalan jauh. Jadi hanya bisa menyuruh Aurora mengambil obat yang dibawa oleh paman Amir.

Paman Amir baru bertemu Adrian sejak satu bulan yang lalu. Ini adalah pertemuan kedua mereka. Karena hanya sebulan sekali mereka bertemu.

Paman Amir memandang Adrian secara intens sampai tidak mendengar Aurora yang sudah berceloteh panjang kali lebar. Adrian yang merasa diperhatikan oleh paman Amir sampai risih.

" Paman!"

" Astaghfirullah... ada apa nduk kok sampai teriak begitu."

" Aurora sudah bercerita panjang lebar , paman malah sibuk mandangin Abang. Jangan-jangan _," kata Aurora sambil memicingkan matanya.

" Jangan-jangan apa?"

" Jangan-jangan paman Amr suka sama abang. Ya Alloh paman ingat anak istri di rumah. Abang memang tampan tapi_"

Aurora tidak bisa melanjutkan omongannya karena mulutnya dibekap oleh Adrian. Adrian merasa malu sendiri dengan yang diomongkan oleh Aurora. Tidak seperti paman Amir yang tertawa terbahak-bahak.

" Ha ha ha ha ha ha"

Adrian dan Aurora menatap paman Amir yang tidak berhenti tertawa. Tak lama pesanan yang paman Amir pesan telah tiba. Mata Aurora berbinar melihat makanan yang telah dipesan oleh paman Amir.

Paman Amir yang melihat tingkah Aurora tidak bisa menahan sesak di dada. Matanya berkaca-kaca. Dia sudah menganggap Aurora sebagai putrinya sendiri. Seperti menganggap ibunya sebagai adik kandung. Dia ingin sekali merawat Aurora saat orang tuanya meninggal. Hanya saja kakek Marsha tidak mengijinkannya.

Kakek Aurora malah mengajak cucu satu-satunya mengasingkan diri ke tepi hutan.

" Selamat makan," kata Aurora sebelum menyantap makanan kesukaannya. Adrian dan paman Amir pun mengikuti Aurora menikmati makanannya . Sesekali mereka melirik Aurora yang sedang asyik dengan makanannya.

Setelah makanannya habis mereka berdua berpamitan untuk pulang. Paman Amir menatap kepergian Aurora dan juga Adrian sampai hilang dari pandangan.

Aurora dan Adrian masih berkeliling sebelum memutuskan untuk pulang. Setelah puas berkeliling mereka pun pulang.

Terimakasih telah setia membaca cerita-cerita saya. Jangan lupa untuk tekan tombol like, vote, favorit, dan berikan komentar anda. Terimakasih 🙏🙏🙏 😘

Terpopuler

Comments

Dedeh Dian

Dedeh Dian

bagus ceritanya...semoga menjadi cerminan untuk kita klo hidup memang penuh dengan liku liku rintangan dan cobaan..dan jangan lengah dan jangan terlalu percaya pada siapapun dengan alasan apapun karena hanya yang Maha Kuasa yang tau isi hati manusia.makasih Thor

2023-02-09

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh

2022-10-08

0

LISA

LISA

Bagus jg Kak ceritanya..byk pelajaran moral yg bisa diambil dr sini.

2022-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!