BAB 9

Adrian dan juga Aurora benar-benar menikmati harinya. Mereka kembali ke desa setelah puas berkeliling. Mereka naik angkot yang melewati hutan , tempat ketiga hewan kesayangannya menunggu.

Diperjalanan tidak ada pembicaraan sama sekali. Entah kenapa perasaan Aurora tidak enak. Dia merasa ingin menangis tapi tidak tau apa yang ingin ditangisi. Adrian juga ada merasa ada yang aneh dengan Aurora. Sedari tadi dia mengajaknya berbicara, tapi dicuekin. Mungkin ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Akhirnya dia memilih diam.

" Cepat wolf... kita harus segera tiba di rumah! " teriak Aurora kepada hewan yang kini jadi tunggangannya. Jangan kaget tubuh wolf sangat besar tidak seperti serigala biasanya. Entah keberuntungan apa yang membuatnya memiliki tiga hewan itu .

" Ada ada say?" tanya Adrian dengan suara keras.

" Entahlah bang perasaan adik nggak enak. Kita harus segera tiba di rumah," kata Aurora di atas tubuh wolf yang mulai menaikkan kecepatan larinya. White tidak mau kalah.

Tidak butuh waktu lama mereka tiba diperbatasan hutan. Aurora segera turun dan berlari ke arah rumah. Adrian terbengong melihat kelakuan Aurora.

" Kalian kembali dulu ... aku segera menyusul Aurora!"

Perintah Adrian kepada tiga hewan yang masih memandang tubuh Aurora yang makin menjauh . Setelah melihat tubuh Aurora menghilang dari pandangan mata. Ketiga binatang itu pergi dengan sendirinya.

Adrian berjalan santai. Dia sudah capek menaiki white yang berlari cepat. tubuhnya seakan mati rasa. Ini pertama kalinya dia mengendarai white dengan kecepatan seperti itu. Tidak dengan Aurora yang memang sering melatih ketiga hewan kesayangannya.

Saat tiba di dekat rumah , ada yang aneh menurutnya. Banyak orang yang sedang berkumpul. Dia jadi mempercepat jalannya. Saat sudah dekat dia mendengar tangisan dari wanita yang tadi masih bersamanya.

Dia berjalan berjalan cepat ditengah kerumunan orang-orang. Seorang gadis dengan pakaian yang masih tetap sama sedang memeluk tubuh seseorang yang sedang terbaring di atas ranjang yang sengaja diletakkan di ruang tamu. Air matanya mengalir begitu mengetahui sosok yang terbaring itu. Dia menghampiri Aurora dan memeluknya.

" Sayang...."

" Abang... kakek Kenapa bang. Kenapa Kakek tidak bangun bang. Kakek sudah berjanji tidak ninggalin adik kenapa sekarang kakek pergi bang!' rintihan Aurora bercampur tangisan yang menyayat hati.

Adrian hanya bisa memeluk gadis itu dengan erat. Dia juga bersedih. Orang yang menjadi penyelamatnya telah pergi untuk selamanya. Dia pun menangis dengan Aurora masih dalam pelukannya. Warga yang melihat itu semua turut menangis .

Adrian sadar tubuh yang sudah tidak bernyawa itu harus segera dikuburkan. Dia menyapu air mata yang mengalir dengan tangannya. Kemudian membujuk Aurora.

" Aurora dengarkan Abang.." Adrian melonggarkan pelukannya dan memandang gadis yang masih menangis itu . Dia usap air mata yang mengalir .

" Sudah saatnya kakek dimakamkan. Kita harus sabar... kakek akan sedih melihat cucunya seperti ini ."

" Abang..."

" Abang tau adik kuat. Jangan buat kakek tidak bisa pergi dengan tenang."

" Tapi adik belum berbicara untuk terakhir kalinya bang..."

" Kita doakan... semoga arwahnya tenang.. Sekarang kita urus pemakamannya dahulu."

Setelah tenang mereka mengurus pemakaman kakeknya dibantu oleh warga yang lain. Setelah isya akan diadakan tahlil selama tujuh hari. Untuk mendoakan kepergian beliau.

Aurora berusaha mengikhlaskan kepergian kakeknya meskipun masih ada kesedihan.

Malam hari setelah tahlil, Asisten sekaligus orang kepercayaan kakeknya menghampiri Aurora yang sedang melamun. Adrian masih menemani para tamu .

" Non..., " panggil

" Ada apa paman?" tanya Aurora dengan suara yang serak.

" Apa paman boleh duduk di samping Nona?"

" Silahkan paman... paman tidak perlu sungkan. Paman sudah saya anggap sebagai ayah saya sendiri."

" Terimakasih sayang."

" Sebenarnya apa yang terjadi pada kakek, Paman?"

" Sebenarnya Paman sendiri tidak mengetahuinya nak. Kakek mu berpamitan pada paman untuk pulang terlebih dulu dari klinik. Paman tidak bisa mengikuti karena masih ada beberapa pasien yang masih harus ditangani.

Setelah semuanya selesai, Paman mengikuti kakek pulang. Tapi pulang kerumah bukan kesini. Paman tidak ada firasat apapun.

Paman kesini untuk melihat apa yang sedang kakek lakukan, tapi paman panggil-panggil tidak ada sahutan. Saya cari kesetiaan sudut rumah tapi tidak ada. Jadi saya masuk kedalam kamar, tidak ada juga . Lalu saya masuk ke kamar mandi dan menemukan kakek sudah terbujur tak bernyawa. Maafkan paman."

" Paman tidak perlu meminta maaf. Mungkin sudah waktunya kakek meninggal."

" Ada yang ingin paman berikan padamu. Ini surat yang ditulis oleh kakek sebulan yang lalu."

" Surat?"

" Iya kakek memberikan surat kepada ku untuk diberikan kepadamu, " kata paman Raka sambil mengulurkan surat itu kepada Aurora.

" Terimakasih paman," ucap Aurora setelah menerima surat itu

Malam semakin larut. Hampir semua orang dalam rumah itu sudah tertidur. Aurora sedari tadi hanya memandang surat yang ada dalam genggaman tangannya. Dia ingin membaca tetapi juga ragu . Lalu dia sobek sampulnya dan mengeluarkan kertas yang ada didalamnya.

Untuk cucu tersayang Dewi Aurora

Assalamualaikum warahmatullaah .

Halo sayang ...

Jika surat ini telah sampai kepadamu itu berarti kakek telah tiada. Jangan pernah menangisi kepergian kakek karena kakek akan sedih.

Maaf kan kakek yang selama ini egois , hingga membawamu ketempat terpencil seperti desa ini . Kakek tidak bisa jauh darimu.

Setelah kepergian kakek ... kembalilah kerumah yang dulu kita tinggali. Temui keluarga dari ayahmu, karena mereka juga menyayangimu. Sampaikan maaf dariku pada mereka yang telah membawamu pergi jauh .

Teruskan pendidikan mu yang telah terputus. Mungkin agak terlambat, tetapi jangan khawatir selama ini pendidikan yang telah kau peroleh di sini mempunyai sertifikat sehingga bisa langsung melanjutkan ke perguruan tinggi. Semua kelengkapan administrasi akan di urus oleh paman Amir.

Jika sudah selesai kelolah perusahaan yang diwariskan kepadamu . Pilih jurusan sesuai keinginanmu.

Semoga kamu selalu mendapatkan kebahagiaan. Bawalah Adrian kembali ke kota mungkin dia akan bertemu dengan mereka. Salam untuknya.

Selalu mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Jangan lupa sholat.ok!!

Wassalam

Aurora membaca surat dari kakeknya dengan berurai air mata. Dia melipat surat tersebut dan tidur. Semoga dia bisa mendapatkan keputusan yang terbaik.

Apakah Aurora akan menuruti keinginan kakeknya yang tertulis dalam surat?

Tunggu di episode selanjutnya!

Jangan lupa like, vote, favorit dan komentarnya. Terimakasih 🙏😘😘

Terpopuler

Comments

Dedeh Dian

Dedeh Dian

Hem jadi sedih juga ...

2023-02-09

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

gimana nasip binatang kesayangan nya kalau Aurora tingal di kota

2022-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!