BAB 13

Setelah kepergian sopir taksi , Aurora menyuruh Bu Ida untuk membawa Adrian ke kamar yang bisa di tempati.

" Bu apakah kamar saya masih bisa ditempati?"

" Kata tuan Raka kamar nona kan kecil , jadi bisa ditempati oleh anak dokter Ardan. Sedangkan nona sudah di persiapkan persis di sampingnya."

" Dan untuk abang_"

" Untuk tuan muda juga sudah saya persiapkan di lantai satu."

"Kalau begitu terimakasih. Tolong Bu Ida ajak Abang ke kamarnya."

" Baik Non, Silahkan tuan muda!"

" Abang pergi dulu ya , dek!

" Oke bang👍 ... adek juga mau istirahat."

Adrian mengikuti langkah Bu Ida kekamar yang telah dipersiapkan. Sedangkan Aurora langsung berjalan ke kamarnya.

Kamar yang dipakai Aurora ada di lantai dua. Sedangkan untuk Adrian di lantai satu. Di lantai satu ada kamar yang kosong dan selalu dibersihkan.

Aurora berjalan dengan tenang sembari melihat sekeliling. Tidak ada yang berubah menurut pandangannya. Dia berhenti dibawah sebuah pigura yang menampakan foto nya dengan dua orang tuanya.

Dia menatap sendu foto itu. Foto anak kecil di gendongan ayahnya. Ibunya yang sedang hamil berdiri di samping ayahnya. Tidak ada yang tahu bahwa sulit untuk memutuskan kembali ke rumah ini. Dia menghapus air mata yang mulai mengalir dan melangkah kakinya lagi.

Begitu memasuki kamar Adrian langsung menaruh tas ranselnya keatas ranjang. Lalu mengambil baju bersih sebagai ganti. Dia ingin menyegarkan diri sebelum beristirahat.

Adrian memasuki kamar mandi dan melepas semua baju yang melekat ditubuhnya. Lalu mengisi bathtub dengan air hangat, dan memberinya aromaterapi yang ada di sebelahnya.

Begitu memasukinya tubuhnya terasa rileks, dia pun memejamkan matanya. Adrian mengingat ucapan Pak Slamet yang mengetahui tentang identitasnya. Apa yang harus dia lakukan?

Aurora keluar dari kamarnya setelah melakukan sholat Maghrib. Saat tiba di ruang keluarga semua sudah berkumpul di sana. Termasuk dokter Ardan dan keluarganya .

" assalamualaikum.."

" Wa alaikum salam... wah sudah pada berkumpul nih. Paman sudah lama pulangnya?"

" Sebelum Maghrib tadi. Kebetulan bertemu dengan dokter Ardan yang sedang berbelanja. Terus aku ajak saja kemari."

" Kok nggak panggil Rara?"

" Paman tahu pasti kamu lelah. "

" Selamat datang kembali dokter Ardan!"

" Halo Non. Perkenalkan mereka istri dan juga anak-anak saya."

"Halo Bu... halo adek-adek!"

" Halo kak!"

" Bagaimana, mau tinggal sama kakak tidak?"

" Apa tidak merepotkan non Rara?" tanya istri Dokter Ardan.

" Tentu saja tidak Bu. Sudah lama saya ingin memiliki adik. Jadi keinginan saya bisa terwujud dengan kehadiran mereka. Sekarang mereka sekolah dimana?"

" Kakaknya kelas 3 SMA, sedangkan adiknya masih kelas 2 SMP. Sedangkan si bungsu masih berusia tiga tahun. Dia akan ikut kami ke sana."

" Terimakasih atas kesediaan pak dokter dan ibu yang mau mengabdikan diri di desa terpencil itu. Tidak perlu khawatir tentang sekolah mereka. Saya lah yang akan menanggungnya. Saya juga akan sering menjenguk kalian di sana. "

" Terimakasih banyak neng?"

" Sama-sama... Bagaimana kalau kita makan dulu. Perutku rasanya sudah berontak . Apa Bu Ida sudah masak ?"

" Sudah dari tadi. Bu Ida sudah menyiapkannya dari tadi, cuma menunggu kehadiran mu "

" Let's go kita makan. Sudah lama banget nggak ngerasain makanan Bu Ida."

" Ayo kalo gitu. Abang juga ingin ngerasain makanan Bu Ida ."

Mereka semua menuju ruang makan bersama. Delapan orang menikmati makan malam bersama dengan riang. Ada saja bahan pembicaraan diantara mereka.

Dokter Ardan dan keluarganya pulang agak larut malam. Tiga hari lagi mereka akan pergi dan membawa anak-anaknya ke sini . Setelah mengantarkan kepergian dokter Ardan mereka langsung ke kamar masing-masing.

Keesokan harinya seperti biasa Aurora bangun pagi hari . Dia langsung berolahraga di sekitar rumah.

Ardan keluar saat matahari sudah beranjak naik . Entahlah dia masih ingin menenangkan hati yang resah sejak semalam. Dia sudah sepakat untuk mengunjungi keluarganya. Meskipun tidak ada ingatan apapun tentang mereka.

" Tumben Abang bangun kesiangan?"

" Lagi malas bangun aja dek. "

" Tumben... sampai adek selesai olahraga Abang belum keluar kamar."

" Abang lagi galau dek."

" Galau ? galau kenapa?"

" Huh ...... entahlah. Abang masih deg deg gan ."

" Oh jadi Abang galau karena mau bertemu keluarga?"

" Itu adek tahu."

" Tenang saja... adek akan selalu bersama sama Abang ," hibur Aurora.

" Terimakasih selalu ada untuk Abang."

" Lagi ngobrol nih. Kita jadi pergi tidak?"

" Jadi dong... tapi kita sarapan dulu. Bu Ida sama Tante Ratna sudah selesai masak."

" Kalau itu mah nggak boleh ketinggalan."

" Cus lah kalau gitu ."

Setelah semuanya selesai sarapan dan juga bersiap diri mereka pun berangkat menuju kediaman keluarga Kusuma.

Tidak ada obrolan selama perjalanan, karena Adrian masih menata hatinya. Sedangkan Aurora yang biasanya jahil juga tidak ada suara. Dia asyik dengan pikirannya.

Tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk sampai di kediaman Kusuma. Paman Raka sudah memberi tahu tentang kedatangan mereka. Jadi saat tiba di sana, mobil langsung disuruh masuk kedalam .

Adrian tidak langsung keluar, dia masih menenangkan dirinya sebelum bertemu dengan keluarganya.

Paman Raka dan juga Aurora sudah terlebih dulu masuk ke dalam.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Terpopuler

Comments

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

seru ni

2023-02-09

0

Dedeh Dian

Dedeh Dian

ok thor

2023-02-09

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh

2022-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!