...***...
Di kantor cabang.
"Aku hargai kerja kalian." Ia menatap bosan pada kedua anak buahnya yang memelas. "Meski hanya menonton saja dari dalam mobil, ketika aku dan kira sedang mengejar pelaku."
Deg!.
Keduanya terkejut mendengar ucapan Sakurai yang menusuk hati.
"Setidaknya kalian menjadi saksi, bahwa apa yang aku lakukan? Itu sangat serius."
"Maafkan kami ketua."
"Kami tidak bisa membantu saat itu."
"Kami-."
"Ya sudah." Responnya. "Kembalilah bekerja."
"Baik ketua."
Keduanya mencoba tenang, karena suasana saat itu merasa tidak enak sama sekali.
"Matanya cukup jeli juga." Dalam hati Ryoma merasa kesal. "Meski sedang mengejar pelaku? Tapi masih sempat mengamati sekitar?." Dalam hati Ryoma berusaha bersikap biasa saja, apalagi tatapan Kira yang tidak bersahabat.
"Mengerikan juga ni orang." Dalam hati Naoki. "Aku harus berhati-hati padanya." Ia mencoba duduk dengan tenang di kursi miliknya.
"Tentunya kalian telah mengetahuinya." Ucap Sakurai. "Aku dan kira, telah berhasil menangkap salah satu terduga dari pelaku kasus undangan berdarah." Ia menekan perasaan sakit di hatinya. "Aku akan melakukan interogasi." Ia kepal kuat tangannya. "Aku tidak mau ada gangguan sama sekali, jadi?." Matanya menatap tajam. "Larang siapa saja yang berusaha untuk masuk, kalian mengerti?."
"Kami mengerti."
"Baguslah."
Tidak ada tanggapan dari Ryoma dan Naoki, mereka hanya nurut saja untuk saat itu.
"Kira, kau sudah menyiapkan semuanya?." Sakurai segera meninggalkan tempat duduknya.
"Tentu saja." Kira segera menyusul. "Kau tidak perlu cemas untuk masalah itu."
"Baguslah."
"Kau tidak mau melibatkan mereka?."
"Untuk apa?."
"Tentu saja untuk menyaksikan, betapa ganasnya kau nantinya."
Bletak!.
"Aduh!." Kira meringis sakit, kepalanya terasa berdenyut.
"Kau ini bodoh atau apa?." Ucapnya kesal. "Mereka tidak berniat sama sekali membantuku." Ia terlihat merenggut. "Untuk apa? Aku melibatkan orang seperti mereka?."
Kira tersenyum puas mendengar ucapan itu. "Kalau begitu, teruslah andalkan diriku, sakurai senpai."
Tidak ada jawaban dari Sakurai, ia terus berjalan menuju sebuah ruangan tempat menyimpan dokumen penting.
...***...
Sementara itu.
Daisuke Watanabe saat ini sedang berada di luar. Meskipun ia satu Kantor dengan Sakurai, ia tidak menduga sebelumnya. Akan tetapi ia sedang mencoba untuk menikmati hidupnya sebagai orang biasa tanpa adanya beban. Tapi tetap saja ia tidak bisa melakukan itu, apalagi selama sepuluh tahun setelah kegagalan yang ia rasakan pada saat itu telah membuat hatinya sakit.
"Bagaimana mungkin? Orang gila itu bisa mengatasi masalah?." Dalam hatinya heran. "Apakah dia ingin mencoba? Menghibur dirinya yang pernah gagal?." Ia mencoba untuk memikirkan ke arah sana. "Lagipula dia tidak akan bertahan lama." Ia mendengus kesal. "Meskipun saat ini ia memiliki anjing penjaga baru bernama inuzuka kira." Ia menghela nafas pelan. "Aku yakin hasilnya akan tetap sama saja. Tidak ada perubahan sama sekali." Dalam hatinya terus memikirkan ke arah sana. "Heh!." Kembali ia mendengus kesal. "Setelah ini aku yakin, dia akan kembali ke rumah sakit untuk bersiap-siap menjadi gila!." Suasana hatinya terasa bergejolak. "Karena ia gagal melakukan interogasi itu!."
Di sisi lain ia merasa sangat senang karena membayangkan jika Nakamoto Sakurai disingkirkan tanpa disentuh olehnya.
"Aku saja mengalami kegagalan dalam melakukan itu!." Hatinya semakin panas. "Bagaimana mungkin? Kau si bodoh bisa melakukannya?! Jangan banyak bermimpi kau!."
Ingin rasanya ia berteriak seperti itu, jika ia tidak ingat saat ini berada di tempat umum.
"Heh!." Rasanya ia tak henti-hentinya mendengus kesal. "Aku akan menikmati hariku dengan baik, setelah itu aku akan merayakan kegagalan orang bodoh itu." Ucapnya penuh amarah. "Rasanya hidupku bahagia sekali!." Ucapnya dengan penuh semangat.
...***...
Di sebuah tempat.
Kegelapan yang sangat kentara, tidak ada cahaya, tapi mereka mampu melihat di dalam kegelapan itu?.
"Bagaimana nyonya?." Pemuda itu menyeringai lebar. "Apakah nyonya masih haus?."
"Hufh!." Ia menghela nafas pelan. "Biarkan aku istirahat sebentar."
"Tidak biasanya." Ia memiringkan kepalanya. "Nyonya sedang memikirkan sesuatu?."
"Hanya sedikit."
"Tentang apa?."
"Si anjing sialan itu."
"Apa yang nyonya pikirkan tentangnya?."
"Matanya."
"Matanya?."
"Entah kenapa, aku merasakan tatapan matanya begitu aneh."
"Nyonya takut padanya?."
"Bukan takut." Ia tersenyum aneh. "Hanya saja, mata itu seakan-akan menembus kegelapan yang lebih dalam lagi."
"Apa artinya itu?."
"Dia adalah kegelapan yang berbeda." Jawabnya. "Aku dapat merasakan sensasi yang tidak biasa." Suasana hatinya terasa aneh. "Meskipun aku tidak dekat dengannya, tapi aku bisa melihat kegelapan di hatinya!."
"Apa yang akan nyonya lakukan padanya?."
"Aku? Lakukan padanya?." Hatinya bergetar aneh. "Aku belum memikirkannya."
Pemuda itu hanya diam saja, seakan-akan ia juga sedang memikirkan apa yang akan dilakukan oleh perempuan itu pada Inuzuka Kira.
...***...
Kembali ke masa lalu.
Kira on.
Hari itu, aku benar-benar marah, dan kesal. Rasanya aku ingin membunuhnya, dia berani merencanakan hal cabul pada Sakurai Senpai.
Kira off.
Kira saat itu kelas 1 SMA dan Sakurai kelas 3 SMA. Kira memang memiliki kemampuan aneh bawaan dari lahir. Setiap ia menatap mata seseorang dengan lekat, maka ia bisa melihat masa depan, dan masa lalu seseorang, jika mengancam nyawanya, atau nyawa orang yang telah dekat dengannya. Kebetulan saat itu Kira melihat hal buruk yang akan dilakukan oleh Takagi pada Sakurai.
Deg!.
"Hahaha!."
Tawa mereka begitu menekan suasana sekitar Kira, membuatnya merasa sesak.
"Dia itu memang tidak berguna, hanya mengandalkan tampang saja."
"Sebaiknya kita habisi saja dia."
"Caranya?."
"Kita buat dia menikmati awang-awang ke surga."
"Maksudnya?."
"Ini."
"Hahaha!."
Tawa mereka semakin keras, ketika Takagi memberi kode hal tak senonoh pada teman-temannya.
"Bajingan cabul!." Dalam hati Kira merasakan panas yang luar biasa. "Tunggu saja kalian!."
Kira melihat bagaimana rencana mereka pada Sakurai, hatinya terasa bergejolak luar biasa. Ia merogoh saku celana, mengambil sebuah smartphone, mengetik sesuatu dan mengirimnya pada Sakurai.
Drrrrrrt.
Sakurai sedang berada di ruangan olahraga, ia baru saja selesai mengganti pakaian, karena setelah itu ia akan mengikuti pelajaran olahraga.
"Ada apa si inu?."
Sakurai memeriksa ponselnya yang berbunyi notifikasi.
Dari Kira.
Senpai, pulang sekolah nanti sebaiknya pulang memutar saja.
"Ha?." Reaksinya aneh.
Tadi ada anjing gila di sana, kau bisa terkena rabies jika memaksa jalan di sana.
"Apa sih ni anak?." Sakurai merasa heran.
Tapi senpai tenang saja, aku akan mengusirnya, setidaknya besok saja melalui jalan biasa.
"Terserah kau saja inu." Ucapnya kesal sambil menyimpan kembali ponselnya. "Semoga saja kau tidak melakukan hal aneh-aneh." Sakurai menghela nafas pelan.
...***...
Pukul 17.30 Kira berjalan sendirian di jalan biasanya ia lewati. Jalan yang cukup sepi untuk di lalui, dan agak suram jika hampir malam.
"Hei! Anjing sialan!."
Kira segera membalikkan badannya, melihat ke arah belakang.
"Di mana tuan mu?." Matanya menatap tajam. "Biasanya kau pulang bersamanya."
"Oh? Takagi senpai." Ia tersenyum ramah. "Kau mencari sakurai senpai?."
"Jawab saja!." Teriaknya penuh amarah.
"Owalah, tidak ramah sama sekali." Ucapnya sedikit menghela nafas. "Aku tidak tuli senpai."
"Kalian." Takagi memberi kode pada ketiga temannya agar mendekati Kira, tentunya dengan membawa pipa besi.
"Aku tahu, kau ingin menyekap Sakurai senpai." Kira tersenyum kecil. "Dan kau ingin berbuat cabul padanya."
Deg!.
Mereka semua terkejut mendengar ucapan Kira, sehingga terdiam sejenak.
"Aku mengetahui dengan jelas, jika kau ingin melakukan perbuatan bejat itu." Kali ini sorot matanya begitu tajam. "Tapi maaf saja, aku akan membunuhmu." Ia menyeringai lebar. "Sebelum kau melakukan itu pada sakurai senpai."
"Ho?." Takagi merespon demikian. "Kau benar-benar anjing penjaga yang baik." Ia maju beberapa langkah. "Rasanya sangat memuakkan sekali, dan membuat aku ingin membunuhmu terlebih dahulu."
"Kalau begitu." Respon Kira. "Lakukan."
"Dengan senang hati."
Takagi mengayun pelan pipa besi di tangannya, sebagai tanda pemanasan. Setelah itu ia maju beberapa langkah, tepat berada di depan Kira.
"Katakan padaku, bagaimana bisa?." Matanya menatap tajam. "Kau mengetahui? Jika aku akan melakukan itu pada sakurai?." Ia menahan amarahnya. "Apakah diantara mereka? Ada yang membocorkan rahasia itu padamu?."
"Sayang sekali." Jawabnya sambil terkekeh kecil. "Inuzuka kira, tidak butuh bocoran informasi apapun, untuk mengetahui kejahatan seperti itu."
"Kau seorang esper kah?."
"Bisa dikatakan begitu."
"Kurang ajar!."
Takagi segera menyerang Kira, beberapa kali ia mengarahkan pipa besi itu ke arah Kira, tetapi bisa dihindari dengan baik.
"Apakah hanya segitu saja? Kemampuan yang kau miliki takagi senpai?."
"Bajingan! Beraninya kau mengejek aku!."
Amarahnya semakin membuncah, ia terus menyerang Kira dengan membabi buta.
"Apa yang harus kita lakukan?."
"Bantu ketua."
Mereka berlima segera maju, ikutan menyerang Kira, tetapi serangan mereka tidak mempan sama sekali. Nafas mereka ngos-ngosan, merasakan sensasi tidak biasa.
"Bajingan! Rupanya kau tangguh juga!."
"Ayolah takagi senpai." Kira menatap bosan. "Dari tadi kau hanya mengumpat saja, apakah itu saja? Keahlian yang kau miliki?."
"Diam kau brengsek!." Teriaknya penuh amarah. "Akan aku bunuh kau! Hyah!."
"Rasanya bosan sekali."
Kira mengambil kuda-kuda, hendak menyerang Takagi.
Plak!.
Deg!.
"Sakit."
Kira meringis sakit, ketika kepalanya digeplak seseorang dari belakang. Sementara itu Takagi menghentikan tindakannya, terkejut melihat kehadiran Sakurai yang berdiri di samping Kira.
"Sakurai senpai?."
"Ya ampun." Responnya kesal. "Pesan mu itu isinya buruk sekali."
"Ha?." Kira bingung.
"Aku curiga kau akan melakukan hal aneh, jadinya aku memutuskan untuk mengabaikan pesan mu."
"Hei! Sakurai!."
Sakurai melihat ke arah Takagi yang tampak marah.
"Kau kenapa takagi?." Ia heran. "Apa yang membuatmu berantem dengan kira?."
Tidak ada jawaban dari Takagi.
"Hoi, inu nakal." Ia menjewer telinga Kira sendiri keras.
"Kegh!."
"Katakan padaku."
"CK!." Kira berdecak kesal. "Dia mau berbuat cabul padamu, makanya aku hajar dia."
"Hi! Seleramu seram juga takagi."
Bush!.
Takagi benar-benar bungkam, kepalanya terasa berasap.
Trang!.
Ia banting pipa besi yang ia genggam tadi.
"Awas saja kau sakurai!." Teriaknya penuh amarah. "Cabut!."
Takagi dan teman-temanya segera meninggalkan tempat, tidak melanjutkan pertarungan lagi.
"Sakurai senpai."
"Apa?."
"Mau sampai kapan? Kau mau menjewer telinga ku?."
"Sampai kau menjelaskan semuanya."
"Bagaimana bisa? Aku menjelaskan jika kau menjewer aku!."
"Baiklah." Sakurai melepaskan tangannya. "Kalau begitu jelaskan."
"Sambil pulang saja." Kira segera mengambil tas yang sempat ia buang tadinya. "Perutku lapar sekali."
"Ya sudah, ayo pulang."
Kira menjelaskan semuanya, apa yang hendak direncanakan Takagi pada Sakurai.
"Mengerikan sekali." Sakurai bergidik ngeri. "Dia itu cabul, tingkat parah."
"Makanya berhati-hatilah padanya senpai."
"Aku tidak mau jadi korban cabul orang seperti dia." Ia semakin ketakutan.
Itulah yang diingat oleh Kira di masa lalu. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah Kira memang selalu mengikuti Sakurai?. Temukan jawabannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments